Jatuh cinta bisa menjebak orang untuk mau menikah karena agaknya salah satu ciri jatuh cinta adalah orang yang mengalami akan berkhayal bahwa jatuh cinta itu akan berlangsung selamanya.Â
Khayalan tersebut diyakini masyarakat karena adanya mitos tentang cinta yang romantis, yang berasal dari dongeng kanak-kanak kesukaan kita, yakni bahwa setelah pangeran dan putri bertemu, mereka akan hidup bahagia selama-lamanya.
Mitos tentang cinta yang romantis menunjukkan kepada kita bahwa bagi setiap pria muda di dunia ada seorang wanita muda yang "ditakdirkan untuknya", dan sebaliknya.
Dari mitos itu pula kita tahu bahwa hanya ada satu pria yang ditakdirkan untuk seorang wanita, dan hanya ada satu wanita yang ditakdirkan untuk seorang pria. Ketentuan ini "sudah digariskan". Kita tahu bahwa seseorang yang ditakdirkan untuk kita sudah hadir saat kita jatuh cinta.Â
Orang yang dikirim dari surga sudah kita temukan, dan karena sama-sama cocok, kita lalu sanggup memenuhi semua keinginan masing-masing selama-lamanya. Karena itu kita kemudian hidup rukun dan bahagia bersama untuk selamanya.
Namun bila kita nanti tidak bisa memenuhi semua kebutuhan pasangan sehingga timbul gesekan lalu kita putus cinta, kita lalu sadar bahwa kita sudah melakukan kesalahan fatal, kita salah mengartikan takdir, kita tidak bertemu dengan satu-satunya orang yang serasi untuk kita, apa yang kita anggap sebagai cinta ternyata bukan cinta yang nyata atau "sejati", dan tidak ada yang bisa kita lakukan untuk mengubah situasi tersebut kecuali hidup tidak bahagia selama-lamanya atau meminta cerai.
  [bersambung ke bagian 5]
  Diterjemahkan dari buku The Road Less Traveled (Section: Love), karya M. Scott Peck, M.D.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H