Mohon tunggu...
DuaBahasa
DuaBahasa Mohon Tunggu... Freelancer - Words are mighty powerful; it's the Almighty's word that perfected our universe

Terus mencoba membuat alihan bahasa yang enak dibaca

Selanjutnya

Tutup

Love

Meliatkan Pribadi Menjadi Sang Pengasih (3)

28 Oktober 2021   16:37 Diperbarui: 28 Oktober 2021   16:38 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Batasan ego berkembang, dan prosesnya berlangsung sepanjang masa kanak-kanak hingga yang bersangkutan remaja dan bahkan sampai masuk usia dewasa, meski batasan yang terbentuk setelah masa itu lebih bersifat psikis daripada fisik. Sebagai contoh, usia dua hingga tiga tahun biasanya merupakan masa anak-anak sadar bahwa daya mereka terbatas.

Dulu, anak akhirnya tahu bahwa kehendaknya tidak harus ibunya turuti. Namun, kini pun ia masih berharap bahwa siapa tahu kehendaknya akan dituruti ibunya, dan tetap merasa bahwa kehendaknya seharusnya sang ibu turuti. Harapan dan perasaan inilah yang biasanya membuat anak usia dua tahun mencoba bertingkah seperti diktator lalim, menyuruh orangtua, saudara kandung dan binatang peliharaan seakan-akan mereka semua anak buah, dan akan bereaksi seperti raja yang murka jika titahnya tidak dituruti. Orangtua menyebut usia ini sebagai "umur yang mangkelin".

Menjelang atau pada usianya yang ketiga, anak biasanya lebih penurut dan sikapnya melunak karena sudah bisa menerima kenyataan bahwa dirinya ternyata tidak berdaya. Meski begitu, perasaan anak bahwa dirinya mahakuasa akan selalu jadi impian manis yang tidak akan pernah sirna sekalipun dia sudah dengan susah-payah berusaha mengingkari diri selama bertahun-tahun bahwa dirinya memang tidak mampu apa-apa. 

Sekalipun anak usia tiga tahun sudah bisa menerima kenyataan bahwa dayanya terbatas, bertahun-tahun setelah itu ia sesekali masih berkhayal bahwa ia ada di dunia di mana orang-orang (terutama dirinya) punya kekuasaan luar-biasa. Itulah dunia Superman dan Kapten Marvel.

Para tokoh pahlawan perlahan-lahan akan mereka lupakan, dan begitu menginjak usia remaja, anak-anak muda sadar bahwa mereka itu manusia dengan tubuh dari daging dengan kekuasaan yang terbatas. Mereka semua makhluk hidup yang relatif lemah dan tidak berdaya; mereka hanya bisa hidup jika mau bekerja sama dengan kelompok makhluk hidup lain yang disebut masyarakat. Mereka tidak jauh beda dengan orang lain di kelompok tersebut, tapi mereka terasing dari yang lain gara-gara identitas diri, batasan dan keterbatasan mereka.

Kita hidup sendiri tanpa siapa-siapa di balik batasan tersebut. Ada orang --khususnya yang dijuluki skizoid oleh psikiater-- ketika masih anak-anak mengalami hal tidak menyenangkan penyebab trauma. Mereka ini menganggap dunia di luar sana sangat berbahaya, kejam, tidak pasti dan tidak ramah. Orang-orang seperti ini merasa terlindung dan nyaman di balik batasan mereka, dan sekalipun sendirian, mereka merasa aman. Namun, kebanyakan orang merasa bahwa kesepian itu menyakitkan, dan mereka ingin sekali keluar dari balik dinding identitas diri untuk lebih menyatu dengan dunia di luar mereka sendiri.

Ketika jatuh cinta, kita bisa melarikan diri dari kondisi itu -- untuk sementara waktu. Peristiwa jatuh cinta pada dasarnya adalah kondisi ketika sebagian batasan ego seseorang runtuh, sehingga identitas dirinya bisa melebur dengan identitas orang lain. Ketika batasan ego tadi runtuh, diri kita tiba-tiba terbebas dari diri kita sendiri, masuk dengan deras ke diri orang yang kita cintai, dan rasa sepi tanpa disangka-sangka lenyap.

Semua itu membuat kebanyakan orang merasa sangat bahagia. Kita dan orang yang kita cintai menjadi satu! Kita tidak lagi sendirian!

Meskipun bisa dibilang tidak sepenuhnya begitu, jatuh cinta sama dengan langkah mundur. Menyatu dengan orang yang kita cintai mengingatkan kita akan bayangan masa kecil ketika kita masih menyatu dengan ibu kita. Selain menyatu dengan sang kekasih, kita juga kembali mengalami perasaan berkuasa yang saat beranjak dewasa dulu harus kita tepis. 

Semuanya tampak mungkin! Bersama kekasih kita merasa mampu mengatasi semua rintangan. Kita yakin bahwa kekuatan cinta akan membuat pihak yang menentang kita akan membungkuk takluk dan mundur teratur. Semua persoalan akan terselesaikan. Masa depan akan berubah cerah.

Berbagai perasaan tidak realistis yang muncul ketika kita jatuh cinta pada dasarnya sama dengan perasaan tidak realistis yang dialami anak usia dua tahun yang menganggap dirinya raja di keluarga dan raja di dunia yang memiliki kekuasaan tak terbatas.

Khayalan anak usia dua tahun bahwa dia sangat berkuasa akan berakhir dan berganti menjadi kenyataan; khayalan pasangan yang jatuh cinta bahwa mereka adalah satu juga akan berakhir dan berganti menjadi kenyataan. Cepat atau lambat, karena harus menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari, orang akan tersadar. 

Si pria ingin berhubungan intim; si wanita tidak mau. Yang wanita ingin menonton film di bioskop; yang pria tidak mau. Si pria ingin menyimpan uang di tabungan; si wanita ingin membeli mesin cuci piring. Si wanita ingin bercerita tentang pekerjaan; si pria pun sama. Si wanita tidak suka teman-teman di pria; si pria tidak suka teman-teman si wanita.

Mereka berdua pun dalam hati mulai sadar bahwa mereka tidak menjadi satu dengan sang kekasih, bahwa sang kekasih punya dan akan terus punya keinginan, selera, prasangka dan pilihan waktu yang berbeda dengan keinginan, selera, prasangka dan pilihan waktunya, dan kenyataan tersebut menyakitkan. Satu per satu, perlahan-lahan atau tiba-tiba, batasan ego kembali muncul; perlahan-lahan atau tiba-tiba, mereka putus cinta. Sekali lagi mereka kembali menjadi dua pribadi yang terpisah. Saat inilah mereka akan memutuskan hubungan atau akan mulai mencintai dengan sungguh-sungguh.

Kata "sungguh-sungguh" saya pakai untuk menunjukkan bahwa kita keliru jika beranggapan kita mencintai pada saat kita jatuh cinta -- bahwa rasa cinta kita yang sifatnya subyektif itu hanya khayalan. Apa yang dimaksud dengan cinta sejati akan dijelaskan nanti. Saya sampaikan bahwa sepasang kekasih bisa mencintai dengan sungguh-sungguh apabila mereka tidak lagi jatuh cinta. Yang saya maksud di sini adalah cinta sejati bukan bersumber dari rasa cinta. Cinta sejati biasanya malah muncul saat perasaan cinta justru tidak ada, saat kita melakukan sesuatu dengan cinta meskipun kita tidak merasa mencintai. Jika definisi tentang cinta yang kita ulas pertama tadi memang benar maka pengalaman "jatuh cinta" bukanlah cinta sejati, dan berikut ini alasannya.

[bersambung ke bagian 4]

Diterjemahkan dari buku The Road Less Traveled (Section: Love), karya M. Scott Peck

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun