Mohon tunggu...
DuaBahasa
DuaBahasa Mohon Tunggu... Freelancer - Words are mighty powerful; it's the Almighty's word that perfected our universe

Terus mencoba membuat alihan bahasa yang enak dibaca

Selanjutnya

Tutup

Love

Meliatkan Pribadi Menjadi Sang Pengasih (3)

28 Oktober 2021   16:37 Diperbarui: 28 Oktober 2021   16:38 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Khayalan anak usia dua tahun bahwa dia sangat berkuasa akan berakhir dan berganti menjadi kenyataan; khayalan pasangan yang jatuh cinta bahwa mereka adalah satu juga akan berakhir dan berganti menjadi kenyataan. Cepat atau lambat, karena harus menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari, orang akan tersadar. 

Si pria ingin berhubungan intim; si wanita tidak mau. Yang wanita ingin menonton film di bioskop; yang pria tidak mau. Si pria ingin menyimpan uang di tabungan; si wanita ingin membeli mesin cuci piring. Si wanita ingin bercerita tentang pekerjaan; si pria pun sama. Si wanita tidak suka teman-teman di pria; si pria tidak suka teman-teman si wanita.

Mereka berdua pun dalam hati mulai sadar bahwa mereka tidak menjadi satu dengan sang kekasih, bahwa sang kekasih punya dan akan terus punya keinginan, selera, prasangka dan pilihan waktu yang berbeda dengan keinginan, selera, prasangka dan pilihan waktunya, dan kenyataan tersebut menyakitkan. Satu per satu, perlahan-lahan atau tiba-tiba, batasan ego kembali muncul; perlahan-lahan atau tiba-tiba, mereka putus cinta. Sekali lagi mereka kembali menjadi dua pribadi yang terpisah. Saat inilah mereka akan memutuskan hubungan atau akan mulai mencintai dengan sungguh-sungguh.

Kata "sungguh-sungguh" saya pakai untuk menunjukkan bahwa kita keliru jika beranggapan kita mencintai pada saat kita jatuh cinta -- bahwa rasa cinta kita yang sifatnya subyektif itu hanya khayalan. Apa yang dimaksud dengan cinta sejati akan dijelaskan nanti. Saya sampaikan bahwa sepasang kekasih bisa mencintai dengan sungguh-sungguh apabila mereka tidak lagi jatuh cinta. Yang saya maksud di sini adalah cinta sejati bukan bersumber dari rasa cinta. Cinta sejati biasanya malah muncul saat perasaan cinta justru tidak ada, saat kita melakukan sesuatu dengan cinta meskipun kita tidak merasa mencintai. Jika definisi tentang cinta yang kita ulas pertama tadi memang benar maka pengalaman "jatuh cinta" bukanlah cinta sejati, dan berikut ini alasannya.

[bersambung ke bagian 4]

Diterjemahkan dari buku The Road Less Traveled (Section: Love), karya M. Scott Peck

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun