Mohon tunggu...
Doctore
Doctore Mohon Tunggu... Auditor - Nama asli bukan gelar Wkwkw

Ala kadarnya saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sayang Dibuang Part I

10 Februari 2021   15:38 Diperbarui: 10 Februari 2021   16:02 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari Sabtu malam adalah hari yg sangat menyenangkan bagi para pasangan di mana mereka dapat berjalan menikmati kecerahan malam yg berbeda dari malam-malam lain. Para pasangan ini ada yang berjalan untuk makan malam, nongkrong di tempat yg sepi untuk menikmati kebersamaan mereka, atau ada yg hanya berdiam di rumah di temani sang pacar yg senantiasa mendampingi.

Berbeda untuk para Jomblo yg hanya berdoa dan berharap di berikan oleh tuhan pasangan yg cocok agar bisa di ajak jalan setiap malam Minggu. Namun tidak sedikit Jomblo yg jahat dengan berdoa kepada Tuhan agar setiap malam Minggu turun hujan agar setiap pasangan yg ada tidak bisa menikmati keheningan malam.

Malam Minggu jga banyak komunitas-komunitas yg berkumpul untuk menjalani aktivitasnya dan bertemu dengan kawan-kawan yg berbeda sekolah atau berjauhan rumahnya. Dan ada juga hanya dua orang atau tiga orang teman yg berjalan dan mengobrol sembari nongkrong sambil menceritakan kehidupan mereka masing-masing.

Dan diantara mereka yg begitu banyak Roy dan Ariel pasangan Sahabat yg sudah terjalin sejak masih di bangku Sekolah Menengah berjalan dengan Mobil Honda Jazz pabrikan pertama dengan warna hitam menyusuri sebuah Taman di kawasan Menteng, Jakarta.

Sembari menggoda cewek-cewek sebaya yg di rasa tidak memiliki pasangan, Ariel yg tidak menyetir Mobil membuka kaca jendela dan mencolek para Jomblowati. Merasa di ganggu dia menimpuk mobil dengan batu yg untungnya adalah batu kecil. Sehingga tidak sampai membuat kaca mobil pecah. Mereka berdua hanya tertawa melihat kelakuan sang cewek.

Roy memarkir mobilnya di depan Taman Menteng dan dia berjalan bersama Ariel. Roy, cowok berparas hidung mancung dan rambut acak-acakan dengan Jaket dan Jeans yg menutupi semua badannya. Cowok Tinggi besar ini memang sekilas seperti orang Arab. Namun dia tidak memiliki darah tersebut.

Berbeda dengan Ariel yg hanya memakai pakaian lengan buntung dan celana jeans yg sobek di lutut kiri. Bertubuh tinggi namun kurus dan berparas mancung. Terlihat seperti anak orang kaya yang liar di jalanan.

' Roy, misi kita sekarang adalah mencari cewek demi malam Minggu kita yg akan datang. Gimana kata orang kalau Cowok seganteng kita-kita adalah seorang Jomblo loyal.'

' Ah kampret lu. Lu aje yg nyari. Gw mah bukan Jomblo tapi Single. Lo kalau mau cari cewek cari aje. Gw tungguin lo. Sekalian gw mw makan. Gw laper dari tadi nemenin lo muter-muter nyari cewek.'

' Ah kampret lu, udah gw bilang gk usah nunggu orang yg gk jelas.'

Roy terdiam. Matanya melotot mengarah ke sahabatnya. Dia merasa kata-kata Sahabatnya seakan menyuruh dia untuk melupakan seseorang yg dia harap dan tunggu hingga sekarang. Mungkin maksud Ariel adalah baik karena daripada Roy merasa sakit menunggu cewek yg gk jelas. Lebih baik dia mencari cewe yg lain. Cewek masih banyak di dunia ini.

Mereka berjalan dan mencari tempat untuk makan di kios-kios makanan yg terletak di sebelah Taman Menteng. Ariel sesekali menggoda cewek yg lewat. Bahkan sampai mecoleknya.

Sifatnya yg sedikit bawel dan banyak mencuri perhatian ini bertolak belakang sekali dengan Roy yg hanya diam, suka tertawa, bicara hanya perlu saja. Namun persamaan mereka adalah "Jomblo" dan "Perokok Berat".

'Pak, Nasi Goreng dua ya. Yang pedas, telornya di pisah' Roy kepada Penjual Nasi Gila. Ketika sedang menyalakan Rokok, Roy di panggil oleh Ariel yg sudah menemukan tempat duduk yg berada di seberang kios. Tepatnya di depan parkir Plaza Menteng.

' Bro, udah saatnya kita melepaskan kejombloan kita' ucap Ariel sembari menyalakan rokok.

' Maksud lo?'

' Iye Man. Dari zaman Sekolah kita cewe Cuma sedikit. Mantan lo ama gw aja kalau di gabung belum tentu sampai dua puluh kan?'

' jadi lo pikir mantan itu adalah sebuah gelar yg di mana kita harus cari demi menambah nominalnya begitu? Kalau begitu lo jahat juga.'

' Woi bro, lo gimana sih. Lo gk inget penderitaan kita ketika kita masuk kampus dan kita kalah dari teman-teman kampus kita yg lain. Mereka udah pada punya cewek. Ada yg dua, tiga. Kita satu aja belum.'

' Bahas yg lain aja kenapas sih.'

' Maaf. Ini Pesanannya.' Bapak Pedagang memberikan pesanannya.

Sampai di rumah Kontrakan yg mereka sewa berdua. Roy langsung masuk kamar. Dia bergegas merapikan kamar tidurnya yg berantakan seperti sehabis terkena gempa bumi. Mungkin juga ada maling yg mencari barang berharga yg di milikinya namun tidak ketemu.

Sedang merapikan Album Photonya, dia iseng membuka dan bernostalgia pada masa-masa yg tidak bisa terulang untuk ke dua kalinya. Dia bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apa kabarnya kawan-kawan yg sudah memberikan memori yg sangat indah itu.

Asik dengan nostalgianya dia terdiam pada sebuah photo. Photo yg tidak asing bagi dirinya. Photo yg membuat salah satu kenangan yg ingin dia hapus kembali terbayang. Sesosok wanita yg terlihat manis mata coklat yg mana dia tersenyum matanya akan menjadi sipit.

Dia mengambil photo tersebut dan melihatinya terus sampai di tempat tidur. Entah apa yg di pikirkannya yg jelas pandangan tersebut bukanlah sekedar pandangan rindu kepada teman atau sahabat. Pandangan rindu di balut rasa penyesalan dan kesedihan karena tidak bisa memilikinya di masa sekolah terpancar dalam aura mata Roy yg juga bewarna coklat.

Berbaring di tempat tidur dengan telanjang dada, terus memperhatikan photo tersebut. ' Apa kabar lo Dar. Gw kangen banget sama lo. Gw masih belum bisa ngelupain lo di hati gw.' Ucap Roy di tengah keheningan malam rumah kontrakannya.

Baru pertama kalinya lagi dia mengingat wanita yg berhasil membuat dia menjadi gila selama tiga tahun ini. Dia adalah wanita berparas manis, bermata coklat, tidak terlalu tinggi tapi berbadan proposional dan tatapannya sangat tajam. Wanita periang yg bernama Andara Hariska seorang wanita yg juga sempat membuat Roy patah hati karena selalu telat untuk di pinang ini sudah pindah ke Jogja sejak lulus SMA untuk mengejar cita-citanya kuliah di Universitas Gajah Mada.

Waktu yg begitu cepat sudah mengganti lembaran harinya menjadi hari Senin. Dua Sahabat ini bergegas pergi ke kampus Gunardama yg berada di Depok. Cukup jauh memang, namun dengan mengendarai Jazz hitam milik Ariel menuju jalur ke luar Jakarta ketika orang berbondong-bondong ke Jakarta, tidak akan macet. ' Gw kenapa ya jadi cowok kok bodoh banget' Tanya Roy. ' Ah mulai dah perasaan lagi. Nanti gw kenalin deh sama cewek kampus. Mau gk? Ceweknya cakep loh. Cuman jalannya nyamping mau gk.'

' Sialan lo. Lo pikir gw apaan.' Memukul kepala Ariel.

' Wahahaha. Cowok kayak lo bisa galau juga ya' ledek Ariel.

Sampai di kampus mereka berpisah karena jurusan mereka yg berbeda, Roy yg mengambil jurusan Akuntansi sedangkan Ariel mengambil jurusan Teknologi Informasi.

Seperti biasa, kesulitan akutansi membuat Roy sangat malas mempelajari manajemen keuangan tersebut. Tadinya dia ingin mengambil jurusan Jurnalistik karena dia ingin sekali menjadi wartawan yg bisa mewawancarai para pejabat dengan pertanyaan-pertanyaan yg membuat kedok mereka terungkap. Atau karena pekerjaan wartawan adalah pekerjaan yg turun ke lapangan, mencari informasi yg actual dan factual yg membuatnya tertarik.

Berbeda dengan Ariel yg sepertinya menikmati sekali yg namanya computer. Dari masa sekolah, dia ingin bercita-cita menjadi Hacker yg handal. Agar bisa membajak situs-situs luar negeri yg di rasa sudah terlalu banyak dan tidak ada manfaatnya sama sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun