Aku hidup mengais rejeki pada birumu
Lembut ayunan ombakmu
Dibuai bidukku berayun digelombang nan indah bagai diawang-awang
Padamu laut dengan mu ombak aku menyatukan diri meletakkan hati pada ILLAHI mencari membawakan mimpi tuk anak dan istri
Ketika birumu ditantang, diacak, dinodai tangan kumuh bak jilatang
Ketika kesombongan mulai menjajah hamparan birumu laut
Gelombangmu bak jantung menggelegak marah
Birumu berbuih seperti mulut yang tak bertepi, meracau dan tak kenal hari
Aku takut dan kadang kecewa, apakah birumu palsu
Mimpi tentang hidup pada tepian, ingin membahagiakan anak istri nyaris punah
Harapan tentang haru biru lautku takkan pernah pudar ditelan kurun waktu
Aku yang hina tengadahkan tangan, tundukkan kepala menghamba pada ILLAHI, berkenan kembali melembutkan birumu lautku membawa mimpi indah pada tanah tepian.
Padang, 24 Desember 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H