Mohon tunggu...
DS Priyadi
DS Priyadi Mohon Tunggu... -

---

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Percakapan Ibnu Taimiyah dan Ibnu Athaillah

24 Februari 2013   10:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:47 12223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock



Berikut percakapan antara dua orang ulama masyhur dalam sejarah Islam. Yang pertama adalah Syeikhul Islam Ibnu Taimiah, seorang ulama ternama yang fatwa-fatwanya banyak diikuti oleh kaum muslimin. Yang kedua adalah imam Ahmad Ibnu Athaillah As-Sakandari, seorang sufi penyair yang ajaran-ajarannya menginspirasi dan menjadi rujukan kalangan sufi. Yang pertama dilahirkan tahun 660 H di kota Harran, Syria (w. 728 H)[1], dan yang kedua dilahirkan sekitar tahun 658 H di kota Al-Iskandariah (Alexandria), Mesir (w. 709 H).[2]

Syahdan, suatu hari dari Alexandria Ibnu Taimiah berangkat ke Kairo. Menjelang malam ia menuju masjid Al Ahzar untuk shalat maghrib yang waktu itu diimami Ibn Athaillah. Selepas shalat, Ibn Athailah terkejut menemukan Ibn Taymiyah sedang berdoa di belakangnya. Sambil tersenyum, sang syaikh sufi itu menyambut ramah kedatangan Ibn Taymiyah seraya berkata: Assalamualaikum ya, Syaikhul Islam! Selanjutnya ia memulai pembicaraan dengan tamunya yang kesohor dan dikenal vokal mengkritisi paraktik-praktik bengkok sebagian kaum sufi itu.


----------------------

Ibn Athaillah: “Biasanya saya sholat di masjid Imam Husein dan sholat Isya di sini. Tapi lihatlah bagaimana ketentuan Allah berlaku! Allah menakdirkan sayalah orang pertama yang harus menyambut anda (setelah kepulangan anda ke Kairo). Ungkapkanlah kepadaku wahai sang faqih, apakah anda menyalahkanku atas apa yang telah terjadi?”

Ibn Taymiyah: “Aku tahu, anda tidak bermaksud buruk terhadapku, tapi perbedaan pandangan diantara kita tetap ada. Sejak hari ini, dalam kasus apapun, aku tidak mempersalahkan dan membebaskan dari kesalahan, siapapun yang berbuat buruk terhadapku”.

Ibn Athaillah: Apa yang anda ketahui tentang aku wahai, syaikh Ibn Taymiyah?

Ibn Taymiyah : Setahuku anda adalah seorang yang saleh, berpengetahuan luas, dan senantiasa berbicara benar dan tulus. Tidak ada orang sebagaimana anda, baik di Mesir maupun Syria yang lebih mencintai Allah ataupun mampu meniadakan diri di (hadapan) Allah atau lebih patuh atas perintahNya serta menjauhi laranganNya.

Tapi bagaimanapun juga kita memiliki perbedaan pandangan. Apa yang anda ketahui tentang saya? Apakah anda atau saya sesat dengan menolak kebenaran (praktik) meminta bantuan seseorang untuk memohon pertolongan Allah (istighatsah)?

Ibn Athaillah: Tentu saja, rekanku, anda tahu bahwa istighatsah atau memohon pertolongan sama dengan tawasul atau mengambil wasilah (perantara) dan meminta syafaat; dan bahwa Rasulullah saw, adalah seorang yang kita harapkan bantuannya karena beliaulah perantara kita dan yang syafaatnya kita harapkan.

Ibn Taymiyah: Mengenai hal ini saya berpegang pada sunnah rasul yang ditetapkan dalam syariat. Dalam hadits berbunyi sebagai: “Aku telah dianugerahkan kekuatan syafaat”. Dalam ayat al Qur’an juga disebutkan: “Mudah-mudahan Allah akan menaikkan kamu (wahai Nabi) ke tempat yang terpuji (q.s. Al Isra : 79). Yang dimaksud dengan tempat terpuji adalah syafaat. Lebih jauh lagi, saat ibunda khalifah Ali ra wafat, Rasulullah berdoa pada Allah di kuburnya: “Ya Allah Yang Maha Hidup dan Tak pernah mati, Yang Menghidupkan dan Mematikan, ampuni dosa-dosa ibunda saya Fatimah binti Asad, lapangkan kubur yang akan dimasukinya dengan syafaatku, utusanMu, dan para nabi sebelumku. Karena Engkaulah Yang Maha Pengasih dan Maha Pengampun”.

Inilah syafaat yang dimiliki rasulullah saw. Sementara mencari pertolongan dari selain Allah, merupakan suatu bentuk kemusyrikan; Rasulullah saw sendiri melarang sepupunya, Abdullah bin Abbas, memohon pertolongan dari selain Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun