Dari empat nama tersebut siapa yang paling punya peluang besar?. Jika Jokowi memilih Puan rasanya akan merugikan dirinya sendiri, karena Puan tidak akan membantu Jokowi dalam meraih tambahan suara. Harus diingat, Jokowi mampu mengalahkan Prabowo tidak terlepas dari peran JK dalam meraup suara diluar pulau Jawa, terutama daerah timur. Hampir pasti Prabowo juga tidak akan mengambil Puan sebagai Wakil, karena dia pernah dikhianati PDI P terkait dengan perjanjian batu tulis.
Jokowi mengambil Nusron sebagai wakil juga seperti membuang garam ke laut. Tidak akan berdampak positif untuk Jokowi, Â malahan lebih banyak negatifnya. Begitu juga Prabowo, saya yakin Prabowo tidak memikirkan sama sekali Nusron akan dijadikan pasangan.
Zumi Zola sebenarnya punya potensi. Tapi Jokowi akan berfikir dua kali mengambil Zumi, pertama karena faktor PAN yang sering membelot. Kedua Zumi juga tidak terlalu menguasai daerah Sumatera untuk membantu mendongkrak suara.
Nama terakhir adalah AHY. Baik Prabowo dan Jokowi akan mendapatkan keuntungan jika merangkul AHY. Selain populer, AHY juga punya nilai tambah dalam meraup suara. Bagi Jokowi, merangkul AHY sama saja memperoleh kekuatan SBY dan anak muda. Sedangkan bagi Prabowo, merangkul AHY dapat memberikan membantu Prabowo dalam merebut kemenangan di daerah dan segmen pemilih terbesar. Seperti Jawa Timur, DKI Jakarta, Jawa tengah dan generasi muda.
Dengan kalkulasi tersebut, boleh dikatakan peluang AHY maju dalam Pilpres mendatang paling besar. Sebagai generasi muda, kita tentu mengharapkan ada anak muda yang mewakili kita. Supaya regenerasi tampuk kepemimpinan terus bergulir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H