Sebagaimana gangguan kepribadian yang lain, Borderline Personality Disorder tidak muncul secara tiba-tiba. Borderline Personality Disorder muncul dan berkembang bersamaan dengan kumulatif peristiwa, kekecewaan yang dialami seseorang. Awalnya seseorang melakukan upaya untuk melindungi dirinya dari stressor yang akhirnya memunculkan mekanisme pertahanan diri yang tidak tepat. Menurut Wibhowo (2019) faktor risiko orderline Personality Disorder adalah:
Faktor Biologis
Gangguan kepribadian ambang/borderline menurut penelitian disebabkan faktor biologis, yaitu faktor regio di otak dan sistem serotonergik.
Peneliti di bagian neurosains dan psikofarmakologi memiliki pendapat jika penderita gangguan kepribadian ambang/borderline memiliki profile neurobiologi yang unik pada prefrontal korteks terutama korteks prefrontal orbital dan korteks ventral media yang berperan dalam pengaturan perilaku agresif.Â
Pasien dengan gangguan kepribadian ambang juga mempunyai ketidakseimbangan neurokimiawi dan hiperaktivitas amigdala yang mengakitabkan pasien dengan gangguan kepribadian ambang ini sulit mengontrol emosi dan perilaku agresif. Sistem serotonergik sebagai patogenesis juga menyebabkan perilaku impulsif yang ditunjukan oleh seseorang dengan gangguan kepribadian ambang (kusumawardhani, 2007).
Faktor Keturunan
Risiko seseorang mengalami gangguan kepribadian ambang lebih tinggi apabila seseorang tersebut memiliki keluarga/orang terdekat yang juga (seperti orangtua, keluarga kandung).Â
Keturunan merupakan faktor risiko terjadinya gangguan kepribadian ambang, sehingga bisa saja seseorang yang memiliki keluarga dengan gangguan kepribadian ambang tidak mengalami gangguan kepribadian ambang, dikarenakan kondisi individu mengalami perkembangan kepribadian yang baik seperti memiliki citra diri yang baik, daya tahan stres yang baik, memiliki coping stress yang baik serta mekanisme pertahan diri yang tepat.
Traumatis pada masa kanak-kanak
Menurut Zarini & Frankenburg (Dalam Wibhowo, 2018) kepribadian ambang/ borderline karena dipengaruhi kepribadian yang rentan, pengalaman anak-anak yang tarumatik (seperti kekerasan baik seksual maupun fisik, pengabaian, kesulitan masa kanak-kanak, perpisahan, dll).
Diduga, bahwa pengalaman kanak-kanak yang traumatik (perceive childhood emotional invalidation) menjadi faktor kuat munculnya gangguan kepribadian ambang.