Mohon tunggu...
DS Anwar
DS Anwar Mohon Tunggu... Guru - berusaha memperbaiki segala kekurangan

Menulis untuk berbagi dan bercerita. Sering memandang langit di malam hari sekadar untuk bertasbih, mengagumi benda yang bertebaran di langit, rembulan dan bintang-bintang-Nya.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Antara Klakson di Lampu Merah dan Sampah Meruah

6 Juni 2019   23:04 Diperbarui: 6 Juni 2019   23:14 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi yang tinggal di perkotaan, saat berkendaraan hampir bisa dipastikan melewati persimpangan jalan yang memberlakukan lampu lalu lintas. Bahkan aturan rambu lalu-lintas dan lampu penyeberangan ini sudah masuk dalam kurikulum pendidikan yang tentu saja dipelajari sejak dini.  Tidak hanya dalam mata pelajaran berbahasa Indonesia, dalam pelajaran berbahasa asing pun (Bahasa Inggris) mengenai rambu lalu-lintas ini pun dipelajari juga.

Tetapi, yang menjadi heran dan tidak bisa dimengerti, kita masih sering bahkan teramat sering menemukan bermacam pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat khususnya para pengendara. Masih banyak yang parkir sembarangan, memutar arah di daerah yang jelas terpampang rambu larangan untuk berputar arah. Dan masih banyak lagi peraturan yang dilanggar oleh masyarakat.

Apakah ini pertanda masyarakat kita memang tidak paham, tidak mau paham, atau memang tidak mau menaati peraturan? Apalagi di saat musim mudik/pulang kampung dalam Hari Raya Idul Fitri. Selain memang banyak kendaraan yang bersamaan menggunakan jalur yang searah saat mudik, sehingga menimbulkan antrean panjang di jalur-jalur tertentu, dalam keseharian pun pelanggaran lalu lintas ini kerap terjadi.

Salah satu pelanggaran yang mengkhawatirkan sekaligus lucu sering ditemui di persimpangan jalan yang menerapkan lampu lalu lintas/traffic light. Sebagai contoh kecil, di Kab. Cianjur, daerah yang masih sedikit ruas jalan yang menggunakan lampu lalu lintas ini, sering terlihat pengendara yang menerobos saat lampu merah masih menyala. Pelanggaran ini tidak akan terjadi jika masyarakatnya selain tahu dan paham akan sebuah aturan juga musti adanya kesalehan secara individu serta menjaga budaya tertib berlalu lintas.

Hal yang lucunya (sebenarnya bisa membuat jengkel juga), adalah ketika lampu merah berganti menjadi lampu hijau. Sering terdengar beberapa pengendara yang kendaraannya berada di barisan belakang membunyikan klakson. Pertanyaannya kenapa musti membunyikan klakson? Toh, yang barisan di depan pun pasti akan maju.

Telat beberapa detik saja yang diakibatkan menunggu kendaraan yang berada di depannya melaju tidak akan merugikan sebenarnya demi keselamatan dan ketertiban. Ini menandakan masyarakat (pengendara) kita tidak sabar. Hal ini kembali ini pada mental dan wajah budaya kita yang masih belum selaras dengan kemajuan zaman.

Jika dijadikan simpel dan tidak ribet, toh apa susahnya membiasakan sikap dan budaya antri, tunggu beberapa detik kendaraan di depannya melaju dahulu. Semua kendaraan akan kebagian melaju juga pasti. Tidak sulitkan budaya antri diterapkan di mana pun berada?  

Selain masalah peraturan lalu lintas, hal yang masih menjadi ciri bahwa masyarakat kita masih belum sadar akan sebuah aturan adalah soal sampah. Masih banyak di antara kita yang sungguh tidak peduli soal lingkungan, dalam hal ini sampah. 

Mereka (yang tak peduli) masih saja banyak yang asal membuang sampah. Sikap asal lempar, baik dalam kendaraan umum maupun saat berjalan di trotoar, di taman, stadion, terminal, dan tempat-tempat umum lainnya sehingga sampah pun meruah hampir di setiap tempat umum, kendaraan umum, mulut gang dan pinggir jalan.

Kampanye tiga jenis tong sampah dengan warna merah, kuning dan hijau pun masih banyak yang belum paham. Atau memang tidak mau paham. Bermacam sampah pun akhirnya tetap masuk ke dalam tong sampah yang mana saja. Padahal jelas tong sampah merah untuk sampah yang mengandung bahan-bahan beracun dan berbahaya (B3), tong sampah kuning untuk jenis sampah anorganik (sulit membusuk), dan tong warna hijau untuk jenis sampah organik/mudah membusuk seperti sisa makanan dan dedaunan.

Tetapi, karena kurang sadarnya masyarakat akan hal itu, maka bermacam sampah apapun jenisnya akhirnya masuk ke dalam tong sampah berwarna apa saja. Jadi, warna merah, kuning, hijau dalam tong sampah sepertinya sebuah hiasan di pinggir jalan saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun