Mohon tunggu...
DS Anwar
DS Anwar Mohon Tunggu... Guru - berusaha memperbaiki segala kekurangan

Menulis untuk berbagi dan bercerita. Sering memandang langit di malam hari sekadar untuk bertasbih, mengagumi benda yang bertebaran di langit, rembulan dan bintang-bintang-Nya.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Surat Terbuka untuk Para Syuhada di Jalur Gaza

4 Juni 2019   09:57 Diperbarui: 4 Juni 2019   10:21 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara engkau di sana menikmati pagi dengan suara tembakan, hingga dentuman bom. Jingga senja pun kalah dengan kilauan ledakan api di setiap sudut kota. Sementara saat malam tiba, engkau menyaksikan kilauan dan cahaya dari tank-tank para pembencimu yang bersiap melahap dan meluluh lantakan daging dan tulang-tulang tubuhmu. Moncong popor senapan bersiap menyesap warna-warna merah yang mengalir dari pelipis, dahi, kepala, badan, tangan dan kaki, saudara-saudara kecilmu yang hanya bisa menjerit menyaksikan Ayah-Bundanya terkapar. Allahu Akbar!

Saudaraku, Ramadan kini berada di ujung pintu. Ia hendak berpamit. Bulan pun di atas sana kian menyipit. Ia melambaikan tangan berhias senyuman. Kemarin dua puluh sembilan hari puasa, kami menyantap makan sahur dan ifthar dengan segala jenis kudapan. Di sana mungkin engkau dan para syuhada lainnya masih mencari persembunyian hanya untuk menunaikan ibadah shaummu. Andaipun ibadahmu tertunaikan, namun tidak senyaman di sini.

Di sini kami menyantap makan sahur dan berbuka dengan suka cita, berkumpul dengan sanak keluarga, terkadang teman dan sahabat baru juga kawan lama. Tapi, kami sering melupakan kemuliaan bulan suci dengan segala tawaran dan melimpahnya pahala yang dijanjikan.

Masjid-masjid di sini kian hari kian kosong, penghuninya malah lebih bersuka-cita pergi ke toko, mall dan pusat perbelanjaan. Menenteng, menjinjing dan memborong segala nafsunya. Quran menjadi penghias lemari berbedak berdebu. Tangan betapa sulit menyentuhmya, sementara jemari menari di atas gawai setiap detik dan menit. Dan, kami terkadang lupa bersyukur dalam alunan doa.

Sementara engkau di sana, untuk salat di masjid pun dihalangi. Bersujud pun di tanah berkas dentuman bom, di antara reruntuhan rumah yang rata dengan tanah. Jangankan untuk memenuhi hawa nafsumu untuk berbelanja, sekadar menyantap iftar dan sahur seadanya pun musti kaulangitkan berjuta doa. Sementara lantunan ayat suci selalu berdesir di tiap bibirmu meski kitab-kitab suci itu terbakar api nafsu mereka, para pembencimu.

Saudaraku, hanya ayat-ayat doa yang dapat kami panjatkan di sini. Meski terbentang jarak dan kita tidak pernah saling bertegur-sapa, tetapi keimanan kita menyatukan hati bahwa Allah SWT selalu mendengar setiap doa yang terucap.

Kami di sini menitip pesan pada rembulan Ramadan yang segera pergi agar menyampaikan doa-doa. Semoga Yang Maha Kuasa melindungi engkau dan para pejuang tanah para syuhada di sana. Tetaplah kuat dan tabah. Semoga engkau para penjuang lainnya menjadi penghuni syurga-Nya kelak jika dentuman itu membuat luluh lantak.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Saudara Seimanmu

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun