Saya mendapat kiriman video kemenangan Lalu Muhammad Zohri pada nomer 100m putra di kejuaraan Dunia U20 di Finlandia. Selesai melihat video tersebut ada beberapa hal yg terlintas di fikiran saya, penting dan tak penting.
Hal tak penting:
- Social media Indonesia akan ribut membicarakan masalah ke"sendirian" Zohri, termasuk ketiadaan bendera merah putih.
- Peristiwa ini akan dibuat hitam putih 2 kubu politik, pemerintah dan "anti"-pemerintah, saling caci maki dst.
Hal penting:
- Apakah prestasi ini merupakan hasil binaan, atau terjadi secara kebetulan saja (hanya mengandalkan anugerah Yang Maha Kuasa), sebagaimana layaknya juara2 yg lahir di Indonesia sebelumnya?
- Seberapa kesadaran stake-holder olahraga Indonesia, bahwa kejuaraan kelompok umur bukanlah kejuaraan "sebenarnya". Pada kelompok umur, jika gagal tidak ada istilah kita coba lebih baik kejuaraan berikutnya, ini pernyataan yang menyesatkan karena tahun berikutnya umur sudah bertambah dan akan mengikuti kompetisi kelompok umur berikutnya. Tapi salah paham kelompok umur ini sering dilakukan, lihatlah bagaimana saat tim sepakbola U16, U19 bertanding dan juara, kesannya mereka sudah juara "bener", padahal itu cuma salah satu tangga proses mencapai level kompetisi sebenarnya (senior atau tim-nasional).
- Dari poin kedua, apakah para stakeholder olahraga sudah memiliki rencana kemana atau bagaimana pembinaan Zohri selanjutnya? Menurut hemat saya, perencanaan itu mungkin belum terpikirkan, mengingat bahkan saat kejuaraan U20 tersebut, tidak ada yang memikirkan Zohri akan juara, boro-boro mikirin langkah berikutnya. Singapore mengirim Schooling ke Amerika untuk berlatih dan dalam 5-7 tahun menghasilkan emas di kejuaraan Dunia dan Olimpiade.
- Sebagian besar orang justru berharap Zohri dapat meraih emas di Asian Games nanti, ini adalah suatu kekeliruan. Dalam setahun setiap atlet hanya 2-3 kali mencapai peak performance-nya, dan oleh karenanya, tugas tim pendukung atlet mengatur dan menyesuaikan semua kegiatan atlet agar Peak Performance dapat sesuai dengan kejuaraan yang akan dijadikan target. Jumlah peak performance dalam setahun akan sangat berhubungan dengan usia atlet tersebut. Berikut Saya coba share grafik peak performa Tyson Gay pelari nomer 200 m Amerika Serikat (sumber: New Studies in Athletics No. 3 /2012).
Sumber: New Studies in Athletic No.3/2012Sumber: New Studies in Athletic No.3/2012
- Bagaimana membuat prestasi seperti Zohri menjadi suatu kejadian yang bisa diulang untuk muda-mudi Indonesia yang lebih banyak lagi. Apakah pemerintah maupun seluruh stake holder olahraga nasional sudah memiliki infrastrukturnya? (pertanyaan ini melanjutkan apakah Indonesia sudah punya platform-nya?). Menurut pengalaman saya yg sangat terbatas, jangankan infrastruktur, platform olahraga nasional pun kita tidak punya (tidak dijalankan). Siapa yang tau siapa-siapa atlet unggulan kita secara realtime saat ini? Boleh tanya Kemenpora, KONI, Pengurus Cabang Olahraga dst, insyaallah jawaban akan beraneka ragam. Lembaga mana yang bertanggungjawab, paling tidak mendata atlet Indonesia yang berkompetisi di Internasional? Apakah kita mau selalu "terlambat" mengapresiasi atlet? Minggu ini saja ada beberapa anak Indonesia yang menjadi juara dunia, ada di cabor Wushu, Catur dan Balap Motor. Sesudah membubarkan PRIMA, apa rencana pemerintah dalam jangka 50 sampai 100 tahun lagi? Seperti yang diminta presiden Jokowi? Jangan kaget, negara lain seperti Cina sudah punya perencanaan 200 tahun ke depan.
Pertanyaan besar buat seluruh stakeholder olahraga nasional:
- Mau dibawa kemana atlet kita Zohri? Sekedar juara U20? Juara SEAGAMES saja? Mau di orbit sebagai calon juara dunia atau olimpiade?
- Apakah Indonesia sudah memiliki platform dan infrastruktur guna menciptakan atlet unggulan secara berkelanjutan dalam jumlah banyak?
Semoga prestasi olahraga Indonesia menjadi lebih baik!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H