Mohon tunggu...
Dr Xie Healthy Life
Dr Xie Healthy Life Mohon Tunggu... Lainnya - Artikel Seputar Kesehatan

DR XIE, SOLUSI NYERI SENDI web : drxieofficial.com goldenberkatabadi.com landing.drxieofficial.com ShopeeMall : @drxieofficial

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kenikmatan Manis yang Mematikan: Apakah Gula Lebih Buruk dari Rokok?

12 Desember 2024   16:33 Diperbarui: 13 Desember 2024   11:18 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cokelat, permen, dan minuman manis. Siapa yang tak tergoda? Rasa manis dari gula sering dianggap sebagai teman bahagia, tetapi ternyata di balik kenikmatannya, gula bisa menjadi ancaman serius bagi kesehatan. Bahkan, ada yang membandingkannya dengan rokok dalam hal bahayanya. Lantas, apakah gula benar-benar seburuk itu?

Efek Jangka Panjang Konsumsi Gula Berlebihan

Gula memberikan energi instan, tetapi efek ini tidak bertahan lama. Setelah kadar gula darah turun kembali, tubuh sering kali merespons dengan rasa lelah, gelisah, dan cemas. Jika konsumsi gula berlebihan terus berlanjut, risiko penyakit serius seperti obesitas, diabetes tipe 2, kerusakan mata, hingga gangguan fungsi otak meningkat. Beberapa penelitian bahkan mengaitkan konsumsi gula berlebih dengan depresi.

Kenapa Kita Sulit Lepas dari Gula?

Gula memiliki efek adiktif. Ketika dikonsumsi, gula merangsang pelepasan hormon dopamin, yang menciptakan perasaan senang. Lama-kelamaan, otak menjadi terbiasa dan memerlukan lebih banyak gula untuk mencapai sensasi yang sama. Selain itu, makanan dan minuman bergula tinggi sangat mudah dijangkau dan terjangkau, membuat kita sering kali sulit menghindarinya.

Gula vs. Rokok: Mana yang Lebih Bahaya?

Meskipun gula berlebihan memiliki dampak kesehatan yang serius, gula dan rokok tidak sepenuhnya dapat dibandingkan. Tubuh membutuhkan gula sebagai sumber energi, tetapi tidak membutuhkan zat adiktif dalam rokok sama sekali. Namun, kemudahan akses terhadap makanan dan minuman manis membuat ancaman gula lebih sulit dikontrol dibandingkan rokok.

Apa yang Bisa Dilakukan untuk Mengurangi Risiko?

Di berbagai negara, pemerintah telah mengambil langkah-langkah untuk mengurangi konsumsi gula:

  • Pelabelan Jelas: Negara-negara seperti Singapura menerapkan label peringatan pada produk dengan kandungan gula tinggi.
  • Pembatasan Iklan: Beberapa negara melarang iklan makanan manis yang ditujukan untuk anak-anak.
  • Pajak Gula: Pengenaan pajak pada minuman dan makanan manis telah membantu mengurangi konsumsinya di negara-negara maju.
  • Larangan di Sekolah: Penjualan makanan dan minuman manis sering kali dilarang di lingkungan sekolah.

Indonesia pun mulai bergerak ke arah yang sama, dengan rencana penerapan pajak gula dan kebijakan lainnya.

Kesimpulan

Konsumsi gula yang berlebihan memang memiliki risiko kesehatan yang serius, tetapi dengan kontrol dan kebijakan yang tepat, kita dapat mengurangi dampaknya. Mulailah dengan membatasi konsumsi gula harian Anda. Dokter merekomendasikan tidak lebih dari empat sendok makan per hari untuk orang dewasa. Jangan biarkan kenikmatan sesaat mengorbankan kesehatan jangka panjang Anda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun