Mohon tunggu...
Victor Hamel
Victor Hamel Mohon Tunggu... Penulis - Pemerhati Masalah-Masalah Sosial

Rohaniawan dan Dosen

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Dari Tanah Kepada Allah (Kejadian 4:1-6): Sebuah Pendekatan Green Hermeneutics

27 Desember 2024   18:56 Diperbarui: 27 Desember 2024   18:56 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

             Meskipun demikian White tetap memberikan pemahaman yang lebih positif dalam pengajaran Kristiani yang dikembangkan oleh Fransiskus dari Assisi yang menganggap alam semesta sebagai bagian dari persaudaraan yang universal (Lynn White, 1967). Oleh karenanya Gereja/Kekristenan harusnya mengembangkan pengajaran Fransiskan dalam merespon kerusakan lingkungan[3].   

             Apa yang White sampaikan dalam banyak hal kemudian mempengaruhi model-model penafsiran Alkitab terkait dengan lingkungan. Salah satu model yang dikembangkan adalah dalam konteks membangun teologi hijau. Steve Bishop  telah menegaskan dalam artikel yang ditulisnya agar kekeristenan mulai untuk memikrikan apa yang disebut dengan green theology guna memahami pemikiran teologis yang berwawasan lingkungan/ekologis. Bagi Bishop pembacaan teks Alkitab tidak bisa dilepaskan dalam rangkaian pembacaan yang holistik: Penciptaan, Kejatuhan, Penebusan dan Ciptaan Baru (Bishop, 1991).

            Kisah Kain dan Habel dalam narasi Kejadian 4:1-6, dalam konteks green hermeneutics dapat dimaknai dalam beberapa bingkai pemikiran: 

  • Keadilan Lingkungan
  • Persaingan global (negara industri dan negara agraris -- Negara maju dan global south)

         Konsep keadilan lingkungan dalam kisah ini adalah mempertanyakan mengapa persembahan Kain dari hasil tanah tidak diindahkan oleh Tuhan, sementara persembahan Habel berupa anak sulung kambing domba dan lemaknya diindahkan Tuhan (ayat 4-5). Sepertinya Tuhan bertindak tidak adil terhadap Kain karena persembahannya. Bahan dalam dalam ayat-ayat selanjutnya dikatakan bahwa tanah menjadi tidak produktif akibat kejahatan Kain (Kejadian 4:11-12).

         Dalam konteks ini tanah bukanlah pelaku kejahatan. Ia adalah korbah kejahatan manusia (Kain). Tanah dengan segala hasil dari tanah adalah realitas yang sejak awal bersifat natural. Kerusakan alam bukalah diakibatkan oleh alam itu sendiri tetapi oleh manusia kejahatan manusia. Ayat 4-5 tidak bisa dilepaskan dari ayat 7 yang dalam terjemahan RSV, "If you do well, will you not be accepted? And if you do not do well, sin is couching at the door; its desire is for you, but you must master it." Dari terjemahan ini tampak bahwa pertanyaan Tuhan adalah sebuah penyelidikan yang dalam terhadap hati atau tindakan Kain sebelum melakukan persembahan. Alkitab memang tidak menjelaskan apa aktifitas Kain sebelum mempersembahakan hasil usahanya, tetapi hal ini memberikan indikasi bahwa ada tindakan yang tidak menyenangkan hati Tuhan dalam proses mempersembahakan. Jadi dalam hal ini tafsiran-tafsiran yang cenderung membedakan jenis-jenis persembahan yang disukai Tuhan tampaknya perlu dipertimbangkan kembali. Hal ini, dalam perspektif environmental justice, akan memberi ruang pada tuduhan bahwa tanah dengan segala hasil buminya, adalah tidak disenangi oleh Tuhan. Ini ketidakadilan yang didistribusikan melalui cara pandang berteologi terhadap alam. Padahal dalam konsep penciptaan semuanya adalah 'sungguh amat baik'.

            Dalam perspektif global south, konteks negara berkembang pada umumnya adalah agraris. Tanah dan seluruh hasil buminya adalah produk yang digunakan untuk membangun. Namun pada sisi lain, negara-negara maju ditandai dengan  pertumbuhan ekonomi yang besar dan pembangunan fisik yang mempersempit eksistensi tanah. Tanah bukan lagi menjadi sumber produksi tetapi telah menjelma menjadi asset-aset ekonomi pembangunan fisik di mana diatasnya tertumpuk beton-beton yang semakin mempersempit ruang-ruang sosial yang nyaman. Perebutan lahan, alih fungsi lahan dan penguasan lahan, telah menjadikan tanah sebagai sumber konflik dan kekerasan. Pada sisi ini manusia telah menjadikan tanah sebagai biang keladi atas konflik dan kekerasan. Konflik antara Kain dan Habel, sebagai sebuah refleksi, dapat merepresentasikan konflik negara-negara maju dan negara-negara global south dalam hal peningkatan ekonomi global. Negara-negara maju dengan segala kecanggihan teknologinya telah menempatkan negara-negara global south  berbasis pertanian/tanah dalam terminologi negeri berkembang (inferior). Hal ini seperti sebuah pukulan keras yang mematikan, dan  membuat negara-negara global south dianggap tidak berdaya memskipun memiliki tanah sebagai modal pengembangan dan pertumbuhan ekonomi negara.

 

Simpulan

              Pembacaan teks-teks seperti Kejadian 4:1-6 memiliki tantangannya tersendiri jika dilihat melalui pendekatan ekologis, dalam hal ini pendekatan green theology.  Tanah dengan segala hal yang diciptakannya adalah milik Allah sepenuhnya. Allah senang dengan tanah dan hasil ciptaannya yang sungguh amat baik. Dosa dan kejahatan manusialah yang bukan saja mengeksploitasi tanah tetapi juga menyebabkan konflik dan kekerasan antar manusia. Allah tidak menghendaki dosa dan kejahatan manusia dan hal itu menyebabkan manusia tidak dapat lagi menjadikan tanah sebagai alat produksi yang menyejahterakan manusia. Dalam dimensi environmental justice, sudah selayaknya manusia melakukan pertobatan atas dosa, kekerasan dan konflik yang menyebabkan tanah tidak dapat dikelola secara produktif. Dari Tanah kepada Allah seperti apa yang disimpulkan oleh Steve Bishop dalam membangun sebuah pemakanaan yang dalam mengenai green theology: 

  • Tuhan adalah sumber segala sesuatu.
  • Tuhan sebagai pencipta terpisah dan berbeda dari ciptaannya.
  • Segala ciptaan adalah milik Tuhan.
  • Semua ciptaan itu baik.
  • Umat manusia tidak dapat dipisahkan dengan bumi: (a) manusia diciptakan dari bumi (b) umat manusia bertugas untuk menjaga bumi (c) kejatuhan umat manusia berakibat pada kejatuhan bumi (d) umat manusia bertugas untuk mewartakan Injil kepada seluruh umat manusia. (e) perwujudan umat manusia sebagai anak-anak Allah menghasilkan penebusan bumi.

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun