Mohon tunggu...
Valentinus Galih Vidia Putra
Valentinus Galih Vidia Putra Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer, Politeknik STTT Bandung, Kemenperin R.I.

assoc. Prof.Dr. Valentinus Galih Vidia Putra, S.Si., M.Sc. is a Senior lecturer of physics at Politeknik STTT Bandung, the Ministry of Industry of the Republic of Indonesia. He received his Bachelor's degree from Universitas Gadjah Mada in 2010. In 2012 he received a Master of Science (supervisor: Prof. Dr. Eng. Yusril Yusuf, M.Sc., M.Eng), and in 2017, a Doctor of Physics (supervisor: Dr.rer.nat. Muhammad Farchani Rosyid, M.Si, and Dr. Guntur Maruto, M.Si) from Universitas Gadjah Mada with cum-laude predicate. Between 2017 and 2022, he spent his research time mostly at the Department of Textile Engineering, Politeknik STTT Bandung; Department of Pharmacy, Universitas Islam Bandung; Department of Physics, Universitas Gadjah Mada; Department of Physics, Universitas Nusa Cendana; and Universitas Trisakti. His current research interests are Artificial Intelligence, Plasma physics, Electronic textiles, Nanofiber, General theory of relativity, and applied physics. Office: Physics Lab., Gd. Manunggal, Politeknik STTT Bandung, Jalan Jakarta No.31, Kebonwaru, Kec. Batununggal, Kota Bandung, Jawa Barat 40272. Scopus Author ID: 57184259400 ResearcherID: N-9523-2015

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sensor Sentuh Berbasis Serat Nano Rancangan Mahasiswa Politeknik STTT Bandung dalam Revolusi Industri Tekstil 4.0

28 September 2022   05:30 Diperbarui: 28 September 2022   05:43 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Material tekstil dalam Revolusi Industri 4.0  saat ini telah mulai dikembangkan di Indonesia, khususnya oleh Politeknik STTT Bandung, Kementerian Perindustrian R.I. Sensor tekstil merupakan material tekstil yang memiliki kemampuan untuk merasakan rangsangan dari lingkungan sekitar. Pembuatan sensor sentuh menggunakan prinsip sensor kapasitif berbahan tekstil menawarkan fitur bentuk serta fleksibilitas antarmuka antara manusia dan mesin yang lebih baik dibandingkan dengan sensor sentuh elektronik konvensional pada umumnya. Afriani, mahasiswa Politeknik STTT Bandung  telah berhasil membuat inovasi sensor sentuh berbasis kain tekstil konduktif dan serat nano semikonduktor dengan mesin elektrospinning laboratorium Fisika Politeknik STTT Bandung . Hal ini dilakukannya karena melihat potensi yang sangat besar industri tekstil 4.0 di Indonesia yang bisa diterapkan. Meski demikian, minat jumlah industri dalam  pembuatan material tekstil elektronik atau tekstil cerdas di Indonesia masih jauh dari target dan potensi yang dimiliki. Karenanya, Afriani mencoba mengembangkan sebuah inovasi perancangan material tekstil elektronik dengan memanfaatkan serat nano yang diproduksi menggunakan mesin elektrospinning hasil rancang bangun laboratorium Fisika Politeknik STTT Bandung  untuk membuat sensor sentuh berbasis serat nano. Sensor sentuh berbasis serat nano ini dirancang menggunakan prinsip kerja rangkaian charge-discharge resistor-kapasitor yang telah dikembangkan oleh laboratorium Fisika Politeknik STTT Bandung sejak 2015.  Sensor sentuh kain konduktif dan serat nano tersebut juga telah terkoneksi dengan piranti smart phone serta terhubung dengan suatu sistem berbasis IoT dan cloud. Menurut Afriani, penerapan sensor sentuh ini di pakaian dapat digunakan untuk membantu memonitor secara real time  jumlah gerakan yang dilakukan oleh seseorang jika sensor tersebut tersentuh pada saat orang tersebut bergerak, sebagai contoh saat seseorang melakukan suatu olah raga angkat beban, maka jumlah gerakan yang telah dilakukannya akan termonitor di smart phone dan dapat terekam secara real time di cloud. Kedepannya, penerapan sensor sentuh berbasis serat nano ini dapat dikembangkan sebagai alat pendeteksi detak jantung real time dan juga untuk keperluan dalam ilmu ergonomi dan berbagai keperluan lainnya baik di bidang medis ataupun pendidikan.   

 Afriani menjelaskan bahwa sensor sentuh hasil rancang bangunnya ini lebih baik dibandingkan sensor sentuh komersil pada umumnya. Menurutnya, sensor sentuh ini memiliki keunggulan seperti mudah dalam rancang bangunnya, tingkat kelenturan yang lebih baik dibandingkan sensor sentuh komersil, dan material dalam membuat sensor sentuh ini mudah ditemui di Indonesia. Afriani menambahkan, meski ini baru penelitian awal, tetapi sensor sentuh ini akan terus dikembangkan. Tentu agar nantinya bisa lebih banyak fitur-fitur yang ditambahkan pada sensor sentuh berbasis serat nano tersebut dan juga dapat dikomersilkan supaya bisa memberi manfaat kepada masyarakat lebih luas. Akhir kata, semoga tulisan ini memberikan pencerahan dan semangat kepada masyarakat  tekstil dan akademisi, serta peneliti tekstil  untuk selalu berinovasi demi kemajuan bangsa dan negara ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun