Apa yang dikatakan pak Permadi mungkin perlu di analisa dan dikaji dengan membandingkan kejadian-kejadian bencana alam, bentrokan2 dan kekerasan selama pemerintahan yang telah lalu dan kejadian-kejadian pada masa pemerintahan sekarang sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan kebenaran dari pernyataan itu.
Sedangkan pernyataan salah satu anggota partai pendukung koalisi yang mengusung SBY-Boediono yakni Marwan Ja'far dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang menolak pernyataan Permadi. Bahwa Indonesia porak poranda bukan karena  faktor klenik malapetaka, tapi karena SBY mendapat limbah dari pemimpin Orde Baru sebelumnya.
Pernyataan seperti ini kurang benar, mungkinkah suatu bencana alam dapat di wariskan kepada orang lain, apakah bukti bahwa kejadian merapi, gempa Sumatera Barat, Tsunami Aceh, Lapindo, banjir wasior, kereta api tabrakan dan lain-lain kejadian yang memilukan hati bangsa ini adalah kesalahan orang pendahulu kita.
Kalau berbicara tentang kerusakan lingkungan hidup, hutan rusak sebagai penyebab banjir, tanah longsor perubahan Iklim tetapi untuk kejadian gempa didasar laut, gunung meletus pengaruh kerusakan hutan terhadap peristiwa tersebut tidak ada. Tentang laju kerusakan hutan pada pemerintahan orde baru diperkirakan hanya 1,5-2 juta ha pertahun tetapi kerusakan hutan setelah orde baru diperkirakan 3- 4,5 jua ha pertahun.
Untuk itu pernyataan bapak kita yang terhormat yang selalu menyalahkan masa lalu tidak mempunyai dasar kebenaran dan fakta, tetapi berdasarkan imajinasi yang tidak didukung data yang jelas.
Demikian rangkaian kata... sebagai suatu bahan renungan bagi kita karena banyaknya pernyataan-pernyataan yang mengaburkan pandangan publik..
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI