Mohon tunggu...
Muhammad Ruslailang Noertika
Muhammad Ruslailang Noertika Mohon Tunggu... Akuntan - daengrusle

membaca sejarah, membaca diri sendiri. Kuli ketik, menetap di Abu Dhabi, UAE.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sejarah Islam Syiah di Nusantara

9 Desember 2013   15:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:08 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

4.Pemeriksaan yang teliti dan jujur akan dapat menghasilkan tahun yang lebih tua untuk sejarah masuknya agama Islam ke Indonesia.

Sebagai keterangan ad 1. ialah karena Aceh itu merupakan pelabuhan yang pertama disinggahi kapal-kapal layar yang masuk ke Nusantara dari Hadramaut dan Gujarat. dan kemudian meneruskan pelayarannya ke Malaka, diantaranya ada yang berlayar ke Cina, seperti Marcopolo, Ibn Batuthah, dan Soelaiman, seorang Arab pelancong yang terkenal, dan sebaliknya kapal-kapal ini mengangkut orang-orang dari Nusantara dari Aceh ke Mekkah, sehingga oleh karena itu Aceh itu dinamakan "Aceh Serambi Mekkah"("Sejarah perkembangan Islam di Timur Jauh", karangan Sayydd Alwi bin Thahir Al-Haddad, (Jakarta, 1957; hal. 9 dst.) (Nama "Aceh tanah rencong" adalah nama yang diberikan pada daerah ini dalam masa peperangan dengan Belanda). Begitu juga jemaah Haji yang datang dari Jawa atau dari daerah Indonesia Timur, berkumpul dulu di Aceh, dan dari sana barulah berangkat dengan kapal-kapal Gujarat itu ke Arab. Di Kuala Aceh masih terdapat sebuah kampung yang bernama "Kampong Jawa", yang didalamnya tidak terdapat seorangpun, yang berasal dari Jawa.

ad. 2. Mengenai keadaan mubaligh-mubaligh dari Arab ke Indonesia, diantara kitab-kitab sejarah yang dikarangkan oleh Nabi ketimuran Belanda, banyak juga diceritakan dalam kitab "De Hadramieten in Ned. — Indie", karangan S.A. Al-Attas, dan kitab-kitab lain, yang saya ceriterakan kembali secara ringkas dalam kitab "Sejarah Hidup A.W Hasyim", pada waktu saya membahas gerakan "Ar-Rabithah Al-Alawiyah" dan gerakan "Al-Irsyad". Keterangan yang lebih tua mengenai kedatangan mubaligh dari Persia dan India ke Nusantara, dapat kita baca dalam penyelidikan, yang dilakukan oleh dua ahli sejarah, yaitu Sayyid Moestafa At-Thabathaba'I dan Sayyid Dhiya' Shahab yang terjadi sekitar bulan November 1960, berjudul "Hubungan Kebudajaan Indonesia — Iran" (Haulal 'Alaqatith Thaqafiyah Baina Iran wa Indonesia), yang diterbitkan dalam th. 1339 oleh "The Iranian Cultural Office Jalan Budi Kemuliaan 4 A Jakarta — Indonesia".

Diantara lain ia berkata :

"Dekat Surabaya terdapat sebuah kota Gresik namanya, sebuah kota yang bersejarah di Jawa Timur. Di kota itu kami lihat bekasbekas yang sudah tidak terurus dan kuburan lama dari penyebar penyebar Islam dan Alim Ulama, diantaranya kuburan Maulana Malik Ibrahim, yang wafat dalam th. 822 H. atau 1419 M. Beliau adalah boleh jadi seorang Iran asal dari Kashan.

Dr. H.J de Graaf dalam bukunya "Geschiedenis van Indonesia", hal. S7, menulis a.1. : Malik Ibrahim dalam mulut rakyat disebut "Orang Barat" ia ternyata masih dipandang sebagai seorang asing sangat boleh jadi seorang pedagang Persia asal dari Gujarat, yang masih belum begitu menjadi kaula negara di Jawa, sehingga masih perlu didatangkan batu nesan dari negara asalnya seperti yang telah terjadi dengan raja-raja kecil di Sumatera Pantai Utara.

Ketika saya melihat-lihat dan jalan-jalan diantara kuburan- kuburan itu, sedang matahari akan masuk ke peraduannya disebelah Barat teringatlah saya akan kata-kata Imam Zainul Abidin, yang dalam bahasa Indonesianya kurang lebih seperti berikut "Tangan malaikat telah mencabut beberapa nyawa -dari abad ke-abad dan merobah dunia ini dan membenamkan dalam tanah dari' mereka yang saya kenal. Bermacam-macam orang itu semua diantarkannya kedalam tanah. Hai jiwa, sampai kapankah kau bersandar atas kehidupan dan atas dunia ini dan kau perhaiikau kemakmurannya saya ? Apakah engkau tidak menarik pclajaran dari masa yang lalu dan ingat akan beribu-ribu orang yang; sudah tertutup oleh tanah dan sahabat-sahabatmu yang telah dipindahkan kedunia baka ? Lihatlah ummat-ummat yang lalu, zaman-zaman yang lampau» rajaraja yang kejam, dihancurkan oleh zaman, dihapus oleh mati, tanpa bekas didunia, dan hanya diceritanya saja yang masih ada. Mereka semua menjadi tulang, hancur lebur dalam tanah, rumah-rumah dan istana-istananya menjadi kosong….. "

Di kota Gresik kami bertemu dengan salah seorang yang terkenal, yaitu Sayyid Hasyim Asegaff. Dengan beliau kami banyak berbicara tentang soal-soal Syi'ah dan buku-bukunya. Kuburan-kuburan penyebar Islam yang dulu dan ulama-ulama yang banyak terdapat di Indonesia. Di Sumatera Utara umpamanya dulu ada kuburan raja-raja dan penyebar Islam dll., tetapi banyak yang sudah hilang. Suatu pandangan yang menyedihkan.

Diantara ulama-ulama Iran yang ada kuburannya ialah Sayyid Syarif Khair bin Amir Ali Istrabadi, yang wafat dalam th. 833 H. dan Na'ina Husain al-Din. Diatas kuburan Na'ina Husain al-Din ini terdapat tulisan Persia, syair Muslihuddin Sa'id.

Setelah saya kembali dari Surabaya saya berniat untuk mempelajari soal-soal ini. Saya cari keterangan-keterangan di perpustakaan-perpustakaan dan dimuseum-museum dan saya mendapat tulisan Dr. H.K.J. Cowan tentang kuburan ini, yang membuktikan bekas-bekas kebudayaan Iran dan bahasa Iran dikepulauan ini. Karangan Dr. K.H.J. Cowan yang dimaksud oleh kedua penyelidik Islam Ath-Thabathaba'i dan Dhiya Shahab ini berjudul "A Persian Inscription in North Sumatra", yang dimuat dalam Majalah "Tijdschrift voor Taal-, Land en Volkendunde, Deel LXXX, 1940".

Pedagang-pedagang Iran dan India sering kali datang kenegeri Indonesia. Ahli sejarah juga menyebutkan bahwa dipasar-pasar Banten Lama banyak terdapat pedagang Iran dan Khorasan (bangsa Iran juga), yang mendagangkan batu-batu berharga dan obat-obat. Orang-orang Arab dan Iran melintasi lautan kepulau-pulau ini dalam abad ke-X untuk berdagang dan menyiarkan agama Islam. Pelayaran itu bertambah banyak ke Tiongkok pada zaman raja Chu Tsang, dan dipasar-pasar Pasai di Sumatra banyak terdapat pedagang-pedagang asing. diantaranya orang-orang Iran. Dalam sejarah disebutkan bahwa kapal-kapal dari Timur Jauh telah mengunjungi teluk Persia dan sudah tentu kapal-kapal itu menyinggahi kota-kota kedua pesisir pantai teluk itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun