Mohon tunggu...
Suzy Yusna Dewi
Suzy Yusna Dewi Mohon Tunggu... -

Dr. Suzy Yusna Dewi, dr. SpKJ(K)

Selanjutnya

Tutup

Healthy

LGBT vs PHN- Stigma

22 Februari 2016   10:44 Diperbarui: 22 Februari 2016   11:26 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Banyak yang masih bertanya tentang apa beda antara orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) dan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) dihubungkan dengan LGBT. LGB dikategorikan ODMK sedangkan T dikategorikan ODGJ

Jawabannya tergantung NURANI masing-masing. Kalau merasa ODMK perlu diobati, maka datanglah ke ahlinya yang memang paham benar akan dampak kedepannya bila dibiarkan. Sebaliknya jika ingin diakui dan nyaman dengan statusnya sekarang, maka datanglah ketempat yang membutuhkan  pengakuan dan kenyamanan .

Terminologi yang tercantum dalam UU no.18 tahun 2014, tentang Kesehatan Jiwa, berujung pada upaya promotif, preventif daan rehabilitatif. Bisa diartikan mencegah berlanjutnya ODMK menjadi ODGJ.

Jika disamakan dengan gangguan fisik, contohnya : orang dengan DM (diabetes melitus) atau Hipertensi jika sudah tahu bermasalah maka jagalah pola hidup sehat, jangan makan sembarang supaya tidak berpotensi jadi beratdan kronis. Jika tahu sudah ODMK, seharusnya tingkatkan awareness/ kesadaran diri, supaya jangan sampai ODGJ dan sadarlah bahwa ada sesuatu yang berbeda dari dirinya. Menjaga diri sebaik-baiknya, kontrol diri dengan segala macam cara, baik dengan ibadah maupun mengalihkan perhatian pada kegiatan positif menghindari lingkungan yang membuatnya semakin terjerumus. Atau dapat pula secepatnya, cari pengobatan antara lain  dengan konseling. Begitulah kalau dianalogikan dengan gangguan fisik. Jika kita menganalogikan ODMK sebagai kerentanan untuk mengalami ODGJ, maka bagaimana caranya untuk meningkatkan ketahanan diri atau risiliensi. Risiliensi disini bukan berarti membiarkan mengikuti pola pikir akan ODMK nya, dan membiarkan mencari cara nyaman dengan status ODMK nya. Tapi bagaimana seseorang keluar dengan status ODMK. Agar bisa beradaptasi dengan lingkungan sosial dan mencegah jangan sampai terjadi ODGJ.

Mengangap bahwa ODMK adalah suatu musibah yang ada pada diri adalah suatu cara meningkatkan awareness akan pentingnya mengubah pola berfikir terhadap diri sendiri. Diartikan  sebagai usaha untuk menjaga hidup yang lebih baik dan berusaha keras merubah diri sedangkan ODGJ berusaha untuk "sembuh". Berusaha sadar diri,  untuk berperilaku normal seperti masyarakat  lain, analoginya dengan kecenderungan untuk terjadi DM atau Hipertensi ( biologis) bisa diartikan sebagai ODMK. Anggapan bahwa diri kita ada yang berbeda dan ada yang perlu dibenahi adalah suatu cara meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan diri.

Jika mengacu pada Konsep Ganguan Jiwa mengacu pada permasalahan MIND & BRAIN. Mind dapat memengaruhi Brain dan sebaliknya brain dapat memengaruhi mind dengan adanya teori NEUROPLASTISITAS.  Oleh karenanya gangguan jiwa mengacu pada teori tiga roda yaitu biologi, psikologi & sosial serta spiritual merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari dasar Mind & Brain. Dari konsep tersebut dapat dipahami bahwa pikiran dapat merubah seseorang berperilaku dan begitu juga sebaliknya. Bagaimana mind tersebut berubah agar tidak sampai merubah brain, tentu saja ada intervensi khusus yang harus diberikan dengan dimulai dari kesadaran diri untuk merubahnya. Jadi dapat dipahami bahwa jika kita sangkutkan ODMK dan ODGJ maka semuanya mengacu pada Miind & Brain   

Saya pikir PHN (Perilaku Hubungan Normal) yang digagas memberikan upaya promotif dengan warna positif, membuka  awareness masyarakat yang ditakdirkan oleh Allah SWT berlainan jenis seksualnya dan hidup berpasangan. Jika memang dasar biologis merupakan bawaan atau karena adanya masalah  psikologis atau lingkungan sosial, antara lain  karena pergaulan atau karena pola asuh ataupun kejadian traumatik yang membekas sehingga membenci lawan jenis. Maka anggaplah sebagai musibah yang harus disikapi secepatnya. Dan yang terpenting adalah konsisten berusaha untuk kembali sebagaimana layaknya manusia lain yang hidup berpasang-pasangan. Tentu saja dukungan keluarga, teman atau profesional untuk membantu.

Pola pikir yang ada dalam diri kita diwarnai oleh nilai spiritual dan nilai sosial yang kita anut. Kalau nilai spiritual kita mengatakan bahwa perilaku kita dianggap masalah maka kembalilah  kejalan yang benar. Tekad kan diri untuk berubah. INGAT bahwa orang dengan gangguan jiwa berat pun tidak mau seperti itu, tapi dengan tekad kuat dan kesadaran diri untuk sembuh  maka pasti akan hidup lebih baik walaupun biologis atau istilahnya bibit gangguan jiwa sudah ada dalam dirinya. Kembali lagi AWARENESS atau dalam bahasa kerennya adalah meningkatkan TILIKAN.

Nah kembali lagi ke nurani masing- masing, apakah setuju dengan kampanye LGBT yang marak sekarang ini? memproklamirkan saya normal? Untuk apa mereka mengajak orang untuk peduli? Setahu saya dari dulu kebanyakkan masyarakat sudah peduli. Apakah maksud dibalik itu semua? Menurut saya itulah yang harus disikapi? Seolah- olah mengajak orang untuk merubah mindset dalam pola kehidupan masyarakat  di Indonesia yang masih memegang teguh nilai spiritual dan moral. Perubahan mind yang membentuk adanya distorsi pemikiran. Apa dampaknya? Tentu saja perubahan tatanan norma sosial yang berujung pada anggapan yang wajar akan perilaku yang tidak sesuai dengan norma sosial dan moral bangsa. Akan beda hasilnya jika awareness ditingkatkan agar para LGB/T berusaha untuk kontrol dan sadar diri untuk tidak mempropagandakan masalah mereka dengan isyu HAM dan upaya provokatif.

Perlu diingat bahwa tidak ada orang yang mau dilahirkan SAKIT dan tidak ada orang yang mau dilahirkan BERBEDA. Kalau kita merenungkannya bahwa ini adalah suatu takdir , maka tentu kita tidak akan diamkan takdir tersebut. Semua kehidupan ini perlu USAHA , perlu ikhtiar untuk sembuh atau untuk berubah. Bukan berarti kita semua yang harus mengikuti anda yang sakit atau anda yang berbeda?

Mulai sejarang RENUNGKANLAH..apakah anda akan menjadi orang yang bertanggung jawab atas kerusakan moral suatu bangsa.

Apakah anda akan disalahkan oleh anak cucu kita?

Pikirkanlah bagaimana jika perilaku LGBT menimpa diri anda atau keluarga anda atau anak anda....apakah rela jika pasangan anda punya pasangan lain apalagi sejenis?apakah rela jika  anak atau keluarga anda, pada akhirnya menjauh karena mereka merasa tidak sepaham dan merasa perilakunya normal dan kita yang dianggap tidak normal? Bayangkan jika mereka tidur atau tinggal bersama dengan pasangan sejenis? Relakah anda? Atau anda lebih rela jika mereka menikah sejenis agar dinyatakan syah? Tentu tidak akan sampai disini saja kan perjuangan para LGB/T? Bagaimana jika mereka merasa mempunyai hak mengadopsi anak? Apakah layak mereka memberikan role model ayah-ibu? Bagaimana nantinya dengan peran yang menjadi model dalam kehidupannya?

Kembalikan pada diri anda masing- masing untuk menilai...karena dampaknya akan kelihatan nanti, mungkin jika kita usdah menjadi nenek kakek atau kita sudah tiada,

Jangan sampai ini terjadi pada anak- cucu kita....

Perubahan otak dimulai dari perubahan pemikiran

Memusnahkan suatu bangsa tidak perlu lagi dengan mengangkat senjata melainkan perlahan- lahan meniadakan keturunan yang diawali dengan perubahan pemikiran ( MIND)

Anda dan kita semua, sebagai penentu masa depan bangsa ....

Masihkah perlu membuat beberapa box atau kotak? kotak pertama ODMK dan kotak ke 2 dengan ODGJ.

Apa arti dari kotak tersebut?  semakin bingungkah dalam menilai diri? Apakah dengan kotak 1 menyatakan tidak perlu ditangani dan kotak ke 2 harus ditangani? Lalu jika berada pada sisi kotak 1, menjadi malu untuk dapat penanganan segera? apakah mesti tunggu sampai dipidanakan, yang diakibatkan tidak mempunyai kemampuan kontrol diri terhadap ketertarikan yang mengakibatkan  adanya  dorongan  berperilaku tidak wajar?  

Apakah kotak ini tidak diartikan sebagai STIGMA dari  dalam diri individu. Sehingga akan menganggap bahwa LGB tidak perlu penanganan dan membiarkan saja sedangkan T harus secepatnya dilakukan intervensi.  Apakah kita membedakan antara kecenderungan DM atau Hipertensi dengan DM atau Hipertensi yang sudah kronis. Apakah kita tidak upayakan intervensi agar kecenderungan DM & Hipertensi tidak menjadi kronis?

Tugas kita semua sebagai masyarakat adalah membantu sesama, meningkatkan Awareness agar hidup lebih baik.

Saya pribadi senang dengar istilah Pola Hubungan Normal adalah suatu cara promotif untuk mencegah dampak dari perilaku LGB menjadi ODGJ. Istilah tersebut mengubah otomatic thinking dan pemikiran (mind) LGBT menjadi  PHN

Apakah anda cinta dengan bangsa Indonesia?

Apakah anda peduli dengan bangsa Indonesia, yang masih memegang teguh nilai spiritual & sosial?

 

Kalau kita berpegang kekeh pada buku pedoman yang penafsirannya berbeda? Itulah namanya buku, ciptaannya manusia. BUKAN ciptaan ALLAH SWT. Panduan diagnosis dibuat untuk mengantisipasi adanya masalah, bukan semata-mata dibuat tanpa tujuan. Seyogyanya lah panduan diagnosis dibuat sesuai dengan kearifan lokal dan  hendaknya dipersepsikan sama untuk menolong umat manusia.  

 

PIKIRKANLAH

 

 

Dr. dr. SUZY YUSNA DEWI, SpKJ(K)

PSIKIATER ANAK & REMAJA

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun