Redaksi aslinya adalah berita ini. Sebuah pertanyaan sederhana yang tidak membutuhkan jawaban bertele-tele. Cukup dijawab dengan tulisan hasil olah pemikiran. Namun mengolah pemikiran agar menghasilkan tulisan berhikmah tentu tidak sama dengan proses pembuatan bakwan. Bagi sebagian orang yang terlatih, menulis setiap hari bukanlah perkara sulit. Ide berdatangan dari delapan penjuru mata angin. Sebaliknya, orang-orang seperti saya memerlukan waktu berhari-hari hanya untuk membuahkan sebuah tulisan sederhana. Ya, hanya selarik tulisan sederhana.
Pepatah lama mengajarkan 'ala bisa karena biasa'. Bloger yang tersohor di Kompasiana tentulah mereka yang teruji waktu dalam menghasilkan beragam tulisan. Tidak sedikit energi yang tercurah untuk menuangkan isi kepala menjadi deretan huruf yang bermakna. Penting juga mengingat kedisiplinan mereka dalam menulis. Ini yang kerap terlupa oleh penulis musiman seperti saya. Di saat badai kemalasan menyerbu, terbengkalailah sejumlah blog yang pernah dibuat. Tak ubahnya rumah kosong yang bakal ambruk meski diterpa angin sepoi-sepoi.
Angin baik rupanya sedang bertiup menuju komputer saya. Meski baju kering mengantri giliran disetrika, meski saya belum tahu akan menulis apa, jari-jemari saya terus saja menari. Mungkin sampai anak saya bangun karena popok pakai ulangnya terasa lembab. Saya lihat, tidurnya mulai gelisah. Barangkali ia tahu sang bunda sedang asyik mengetik. Ah, benarlah dugaan saya. Ia terbangun. Itu artinya saya harus menyudahi tulisan sederhana ini. Mudah-mudahan besok lusa saya mendapatkan lagi kesempatan untuk berbagi di Kompasiana.
