Objektif adalah sikap yang memisahkan antara fakta dan pendapat pribadi. Dimana fakta tidak dicampur-adukkan dengan pendapat pribadi yang sifatnya subjektif. Seperti kata ustadz Zainuddin, bisa membedakan fakta telur dan kotoran kendati sama-sama keluar dari dubur. Sedangkan netral mempunyai arti keadaan atau sikap yang tidak memihak.
Sikap objektif menuntun kita kepada sikap kritis. Contohnya ketika kita berteman. Sebagai teman yang baik, tentu kritikan dan masukan saling membangun adalah hal yang lumrah. Jika Anda sebagai teman hanya tersenyum palsu dengan kesalahan yang dilakukan teman Anda, maka Anda tidak layak dikatakan Best Friend Forever.
Baca juga : Manusia pada Dasarnya Butuh Musuh
Objektif adalah hal langka di tengah polarisasi yang terjadi hari ini. Tidak hanya secara pribadi ataupun personal, sikap objektif secara lembaga juga kerap dituding yang macam-macam hari ini. Seperti halnya Demokrat yang dituduh begana-begini padahal berupaya objektif melihat ancaman polarisasi yang kian nyata di depan mata. Di kubu Jokowi ia dianggap lawan atau oposisi, di kubu Prabowo ia dituding berkhianat.
Di momentum Ramadhan kali ini, mengingat pesan Ustadz Zainuddin, marilah kita menghargai semua perbedaan. Jangan sampai perbedaan membuat kita saling bermusuhan dan bahkan merusak silaturahmi dengan narasi-narasi adu domba. Semoga momentum Ramadhan membawa penyegaran ke dalam otak kita, bahwa objektif dalam memelihara kebhinekaan dan keutuhan bangsa terlalu mahal harganya dibandingkan satu kursi jabatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H