Mohon tunggu...
Dwi Rahmadj Setya Budi
Dwi Rahmadj Setya Budi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis buku Suara Rakyat, Suara Tuhan; Mengapa Gerakan Protes Sosial Sedunia Marak?

Jangan risih jika berbeda, tapi waspadalah jika semua terlihat sama.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ironi Orang-orang yang Berkumpul

20 Agustus 2018   15:34 Diperbarui: 20 Agustus 2018   16:37 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan segala keriuhannya Asian Games 2018 mampu menyedot perhatian. Mulai dari lagu official theme song Asian Games yang dibawakan Via Vallen dicover oleh banyak negara-negara lain, sampai dengan keriuhan saat Jokowi mengendarai sepeda motor. Asian Games yang di selenggarakan di Jakarta dan Palembang membuat ribuan orang berkumpul dan berbahagia.

Kebahagiaan dan keriuhan tersebut terlihat dari pemberitaan dan percakapan warganet di grup berbagi media sosial. Hal tersebut terlihat dengan hastag #OpeningCeremonyAsianGames2018 yang menjadi trending topik. Tidak hanya di dalam negeri, keriuhan ini juga dirasakan warga dunia lainnya.

Jokowi yang turun langsung jadi 'bintang utama' saat itu juga tidak lepas dari pembicaraan warganet di dalam maupun luar negeri. Bahkan artis-artis Korea yang selama ini sering diperbicangkan malah ikut membincangkan kesuksesan pembukaan Asian Games tersebut. Asian Games menghipnotis kita seakan membuat kita lupa bahwa siangnya kita sempat meringis karena harga rupiah terus tertekan terhadap dollar AS.

Di sisi lain, lebih kurang 1000 km arah timur dari pusat keriuhan Asian Games dilaksanakan, ada kepedihan dan tangis kepiluan. Terdapat kumpulan orang-orang yang tidak sempat tersenyum karena lebih banyak ketakutan yang mengancam dirinya. Air wajah yang terlihat dari raut mukanya berbanding terbalik dengan kebahagian orang-orang di Stadion Utama Bung Karno.

Ya, mereka warga masyarakat Lombok yang terdampak gempa bumi hebat lepas dua minggu yang lalu. Mereka hidup dalam bayang-bayang ketakutan, karena hampir dalam setiap hari terjadi gempa bumi susulan. Belum habis ketakukan akan gempa, datang lagi kabar bahwa kawanan maling kerap mengintai rumah-rumah warga yang ditinggal mengungsi.

Bertahan mati, tidak bertahan habis. Begitu kira-kira gambaran ketakutan warga masyarakat Lombok hari ini. Terakhir, gempa besar kembali mengguncang Lombok minggu malam (19/8/2018) dengan kekuatan 7,2 SR.

Namun sayangnya, dengan segala ketakutan masyarakat Lombok hari ini, pemerintah pusat hingga saat ini belum fokus membenahi keadaan tersebut. Desakan agar gempa Lombok ditetapkan sebagai bencana nasional tidak mendapat perhatian.

Padahal frekuensi gempa yang tidak terhitung sejak 5 Agustus yang lalu sudah tidak terhitung dan membuat aktivitas pemerintahan serta masyarakat jadi terhambat.

Inilah ironi manusia-manusia yang berkumpul. Di satu sisi berkumpul untuk kegembiraan, di sisi lainnya mereka berkumpul dalam ancaman ketakutan. Seperti halnya perhatian pemerintah pusat dalam keriuhan pesta pora pembukaan Asian Games, sudah selayak dan sepatutnya pemerintah juga memberikan perhatian yang lebih besar.

Jika pemerintah punya waktu membuat 'fiksi' motor terbang dalam Asian Games, harusnya pemerintah juga punya waktu dalam urusan kemanusiaan. Jika pemerintah bisa meluangkan waktu memikirkan kenyamanan pengunjung untuk menikmati Asian Games, harusnya pemerintah juga memikirkan kenyamanan warga negaranya yang ketakutan akan bahaya gempa. Semangat 'Yo Ayo Yo' Via Vallen dalam lagu Meraih Bintang seharusnya tidak hanya membuat kita bergoyang, tapi hendaknya juga membuat kita bersemangat saling membantu. Yo Ayo Yo #JanganLupakanLombok.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun