Pelarangan penjualan minuman beralkohol membuat 7-Eleven hanya kebanjiran para pelanggan yang masuk kategori alay,di mana nilai belanja mereka minim namun bisa berjam-jam menghabiskan waktu dengan nongkrongdi gerai-gerai 7-Eleven sambil memanfaatkan fasilitas wifi-nya. Dengan tipe pelanggan seperti ini, gerai-gerai 7-Eleven tentu kesulitan dalam menutup biaya operasionalnya.
3. POSITIONINGTANGGUNG
Dengan hengkangnya para pembeli minuman beralkohol, maka positioning7-Eleven di Indonesia terasa tanggung. Produk-produk 7-Eleven (terutama makanan dan minuman freshsiap saji) terlalu premium untuk pasar yang tersisa (yang sebagian besar terdiri atas pelanggan alay) namun tidak cukup premium untuk bisa dijual dengan harga seperti produk-produk---katakanlah---Starbucks.
4. PESAING TAK TERDUGA
Selain dari gerai-gerai sejenis seperti Lawson dan Family Mart, hantaman persaingan ternyata juga datang dari bistro, kedai kopi atau kafe "rumahan" yang menawarkan produk dan experienceserupa dengan harga yang bisa jadi lebih rendah dibandingkan dengan harga 7-Eleven. Dengan biaya operasional yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan 7-Eleven, tentu saja kafe-kafe rumahan seperti itu bisa terus bertahan, sementara 7-Eleven harus terpental dari persaingan.
5. TATA KELOLA YANG BURUK
Kabarnya, 7-Eleven harus menampung eks karyawaan Fujifilm yang bisa jadi tidak memiliki kualifikasi yang pas untuk menjalankan bisnis ritel atau restoran. Lalu, ditengarai juga bahwa sejumlah kepala dan staf gerai yang "nakal" kerap melakukan penyelewengan yang sangat merugikan perusahaan.
***
Demikianlah, salah satu inisiatif revitalisasi Grup Modern harus berakhir mengecewakan. Sekarang ini Grup Modern dengan holding company PT Modern Internasional, Tbk. tinggal bermain di industri industrial imagingdan medical imaging(PT Modern Internasional, Tbk.), serta solusi manajemen dokumen yang berbasis managed print service,teknologi informasi, security software,dan networking(PT Modern Data Solusi).
***
CATATAN: