Indonesia akhir-akhir ini masuk ke dalam zona gawat darurat stunting. Stunting tetap menjadi salah satu tantangan besar bagi kesehatan anak di Indonesia. Menurut laporan dari Kementerian Kesehatan dan survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2023, prevalensi stunting di Indonesia berada pada kisaran 21% hingga 25% untuk anak balita. Namun, data dari Kementerian Kesehatan dan laporan terbaru menunjukkan bahwa angka ini masih mengkhawatirkan, dengan indikasi bahwa stunting tetap menjadi masalah yang signifikan.
Memangnya apa sih itu stunting?
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis, terutama selama masa awal kehidupan, mulai dari masa kehamilan hingga anak tersebut lahir dan berusia dua tahun. Anak-anak yang mengalami stunting memiliki tinggi badan yang lebih rendah dari standar yang ditetapkan untuk usianya, yang mencerminkan kurangnya asupan nutrisi yang memadai. Nutrisi yang baik sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Di tahun-tahun pertama kehidupannya, anak-anak tumbuh dengan sangat cepat, dan makanan yang mereka konsumsi berperan besar dalam mendukung pertumbuhan fisik dan perkembangan otak mereka terutama gizi yang mendasar. Yang termasuk ke dalam gizi dasar diantaranya:
1. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama untuk beraktifitas sehari-hari. Dalam sistem pencernaan, karbohidrat dipecah oleh enzim menjadi gula sederhana, seperti glukosa. Setelah dipecah menjadi glukosa, gula ini akan diserap ke dalam aliran darah melalui dinding usus. Oleh karena itu kadar glukosa dalam darah dapat meningkat setelah makan, tergantung dari seberapa banyak kadar karbohidrat yang dimakan. Glukosa yang berada di dalam darah digunakan oleh sel-sel tubuh sebagai sumber energi. Sel-sel ini membutuhkan energi untuk menjalankan berbagai fungsi, seperti bergerak, berpikir, dan menjaga suhu tubuh. Sel-sel tubuh mengubah glukosa menjadi energi melalui proses yang disebut respirasi sel.
Dalam proses ini, glukosa bertemu dengan oksigen dan menghasilkan energi, air, dan karbon dioksida. Energi yang dihasilkan disimpan dalam bentuk ATP (adenosine triphosphate), ATP berfungsi untuk menyimpan dan mengangkut energi yang dibutuhkan oleh sel untuk berbagai proses. Ketika sel memerlukan energi, ATP akan dipecah menjadi ADP (adenosine diphosphate) dan satu kelompok fosfat, melepaskan energi yang dapat digunakan oleh sel. Jika tubuh tidak segera membutuhkan energi, glukosa yang berlebihan disimpan dalam bentuk glikogen di hati dan otot. Ketika tubuh membutuhkan energi tambahan, seperti saat berolahraga atau beraktivitas, glikogen ini akan dipecah kembali menjadi glukosa untuk digunakan. Biasanya karbohidrat terdapat pada nasi, gandum, jagung, singkong, kentang, ubi, mie & pasta (macaroni, spaghetti, dll), roti, sereal, madu, dll.
2. Protein
Protein adalah molekul besar yang terdiri dari rantai asam amino. Mereka merupakan komponen penting dari sel-sel tubuh dan berperan dalam hampir semua proses biologis. Protein berkontribusi pada pembentukan dan perbaikan jaringan tubuh, termasuk otot, kulit, dan organ. Protein juga berfungsi sebagai enzim, yang mempercepat reaksi kimia dalam tubuh, dan juga berperan sebagai hormon yang mengatur berbagai fungsi tubuh, seperti insulin yang mengatur kadar gula darah. Selain itu protein juga membentuk antibodi yang melawan infeksi, penyakit, dan pengangkut zat, seperti hemoglobin yang membawa oksigen dalam darah. Sumber protein juga mudah kita dapatkan seperti sumber protein hewani terdapat pada daging, ikan, telur, dan produk susu (seperti susu, yogurt, dan keju) adalah sumber protein berkualitas tinggi yang mengandung semua asam amino esensial.
Sedangkan sumber protein nabati dapat di temukan pada kacang-kacangan, biji-bijian, tahu, tempe, dan beberapa sayuran juga mengandung protein, meskipun mungkin tidak mengandung semua asam amino esensial. Kebutuhan protein bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan tingkat aktivitas. Rata-rata, bayi berumur 0-6 bulan memerlukan sekitar 1.52gr protein per kilogram berat badan per-hari. ASI atau susu formula adalah sumber protein utama. Bayi berumur 7-12 bulan membutuhkan sekitar 1.2gr protein per-kilogram berat badan per-hari. Makanan pendamping seperti pure buah, sayuran, dan sereal dapat mulai diperkenalkan. Anak-anak (1-3 tahun): Sekitar 1.1 gram per kilogram berat badan per hari. Contoh sumber protein meliputi daging, ikan, telur, dan produk susu.
3. Vitamin
Vitamin adalah senyawa organik yang diperlukan oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis. Mereka tidak dapat diproduksi oleh tubuh dalam jumlah yang cukup, sehingga harus diperoleh dari makanan.
Vitamin A penting untuk kesehatan mata, penglihatan malam, sistem kekebalan tubuh, dan pertumbuhan sel. Biasanya vitamin A terdapat pada wortel, bayam, dan kangkung, mangga, pepaya, dan aprikot.
Vitamin B1 (Thiamin) dapat membantu metabolisme karbohidrat, mendukung fungsi sistem saraf, dan penting untuk kesehatan jantung. Biasanya vitamin B1 terdapat kacang polong, biji-bijian, dan asparagus. Vitamin B2Â (Riboflavin)Â berperan dalam produksi energi, metabolisme lemak, protein, dan karbohidrat. Juga penting untuk kesehatan kulit dan mata. Biasanya vitamin B1 terdapat pada sayuran hijau dan jamur
Vitamin B3 (Niacin) mendukung metabolisme energi dan kesehatan sistem saraf. Juga berperan dalam produksi hormon dan memperbaiki DNA. Biasanya Vitamin B3 terdapat pada kacang-kacangan, biji-bijian, dan sayuran hijau. Vitamin B5 (Asam Pantotenat) terlibat dalam produksi hormon dan metabolisme lemak serta terlibat dalam proses pembentukan energi. Biasanya vitamin B5 terdapat pada brokoli, kembang kol, dan alpukat. Vitamin B6 (Piridoksin) penting untuk metabolisme protein dan fungsi otak. Biasanya vitamin B6 terdapat pada pisang, kentang, dan bayam.Â
Vitamin B7 (Biotin) diperlukan untuk metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein. Biasanya vitamin B7 terdapat pada kacang-kacangan, telur, dan sayuran hijau. Vitamin B9 (Asam Folat) penting untuk pembentukan sel darah merah dan kesehatan janin. Biasanya vitamin B9 terdapat pada sayuran berdaun hijau dan kacang-kacangan. Vitamin B12 (Kobalamin) penting untuk produksi sel darah merah dan kesehatan sistem saraf. Meskipun biasanya vitamin ini ditemukan dalam produk hewani, tetapi sayuran fermentasi seperti kimchi dapat memberikan sedikit B12.
Vitamin C memiliki antioksidan yang melindungi sel, mendukung sistem kekebalan tubuh, dan membantu penyerapan zat besi. Biasanya vitamin C dapat di temukan pada jeruk, kiwi, stroberi, paprika, brokoli, tomat, dan cabe.
Vitamin D dapat membantu penyerapan kalsium dan fosfor, penting untuk kesehatan tulang. Meskipun vitamin D sebagian besar diperoleh dari sinar matahari, beberapa sumber makanan nabati termasuk jamur yang terpapar sinar UV, produk hewani seperti ikan, olahan susu juga mengandung vitamin ini.
Vitamin E berperan sebagai antioksidan yang melindungi sel-sel dari kerusakan, terutama pada kulit. Vitamin ini biasanya terdapat pada alpukat, kiwi, mangga, bayam, brokoli, dan juga minyak nabati.
Vitamin K sangat berperan penting untuk proses pembekuan darah dan kesehatan tulang, terutama untuk Ibu hamil dalam proses perkembangan janin. Biasanya, sayuran berdaun hijau (bayam, kangkung, brokoli) dan buah seperti kiwi dan anggur memiliki kandungan vitamin ini.
4. Mineral
Mineral adalah elemen kimia yang diperlukan oleh tubuh untuk berbagai fungsi. Mereka juga tidak dapat diproduksi oleh tubuh dan harus diperoleh dari makanan. Terdapat 2 tipe mineral yang di perlukan oleh tubuh diantaranya terdapat mineral makro atau mineral yang dibutuhkan dalam jumlah besar, seperti kalsium, natrium, kalium, dan magnesium. Produk olahan susu, daging, biji-bijian, kacang-kacangan, sayuran hijau, pisang, kentang, garam (dalam takaran wajar)Â biasanya menjadi sumber mineral makro yang paling mudah untuk ditemukan. Selain itu mineral mikro (trace minerals) juga diperlukan dalam jumlah kecil, seperti zat besi, seng, tembaga, dan selenium. Daging, biji-bijian, kacang-kacangan, gandum utuh, coklat, hati sapi, telur biasanya menjadi sumber mineral trace mikro ini ditemukan.
Saat ini, permasalahan perekonomian yang tidak merata di Indonesia sangat berdampak signifikan pada akses keluarga terhadap makanan bergizi. Banyak keluarga di daerah terpencil atau dengan penghasilan rendah sering kali kesulitan untuk mendapatkan makanan yang sehat dan bergizi. Kondisi ekonomi yang sulit membatasi banyak keluarga untuk memilih makanan bergizi, mereka lebih memilih membeli makanan murah dan mudah diakses, yang sering kali kurang nutrisi. Hal ini menciptakan banyak generasi muda yang kekurangan gizi, dan jika terus di biarkan dapat berkontribusi pada masalah kesehatan, seperti stunting. Dimana pada akhirnya hal ini memengaruhi kemampuan generasi muda untuk belajar dan bekerja demi meningkatkan taraf hidup.
Untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya nutrisi, beberapa langkah yang bisa diambil seperti inisiatif dari pemerintah agar membuat program bantuan pangan secara menyeluruh untuk menyediakan makanan bergizi bagi keluarga berpenghasilan rendah, serta kampanye nasional tentang gizi seimbang. Pemerintah juga bisa membangun kemitraan dengan seluruh sekolah untuk mengintegrasikan pendidikan gizi dalam kurikulum sekolah untuk anak-anak dan orang tua, sehingga mereka memahami pentingnya nutrisi sejak dini. Terakhir pemerintah juga dapat mengadakan penyuluhan kesehatan di masyarakat di wilayah terpencil, pedesaan, dan juga daerah yang memiliki masyarakat tergolong menengah ke bawah untuk meningkatkan pemahaman tentang gizi dan kesehatan secara umum. Melalui kerjasama antara pemerintah, komunitas, dan individu, langkah-langkah ini dapat menciptakan perubahan positif bagi masa depan yang lebih sehat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H