Mohon tunggu...
Dr Juniarti CA CMA CPA(aust)
Dr Juniarti CA CMA CPA(aust) Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi

Dosen Program Studi Akuntansi, FBE, UK Petra, Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mendukung Net-Zero Emissions Dengan Hidup Hemat

22 Oktober 2021   01:09 Diperbarui: 22 Oktober 2021   01:13 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dasar dan Diagram dibuat oleh penulis. Data angka berdasarkan Laporan PLN tahun 2020

Ini adalah percakapan saya dengan keponakan yang sekarang kelas 8 SMP.

Keponakan: Tante kemarin bilang bahwa jika kita hemat listrik, memakai AC seperlunya, mematikan lampu ketika meninggalkan ruangan dapat membantu Indonesia sejahtera?

Tante: Ya tentu saja.

Keponakan: Tapi kan kita membayar listrik,. Jika kita membayar tagihan listrik lebih rendah dari bulan kemarin, bukankah pendapatan PLN berkurang? Kalau pendapatan kurang, kan PLN rugi?

Tentu saja benar bahwa jika kita mengurangi konsumsi listrik maka otomatis pendapatan PLN berkurang. Tetapi, apakah ini merugikan negara sebagai pemilik PLN? Mari kita ulas lebih lanjut.

Benarkah dengan berhemat dalam mengkonsumsi listrik dapat mendukung upaya Net-Zero Emissions? Bagaimana alur berpikirnya?

Seperti sebuah perusahaan, rumah tangga ataupun pribadi sebetulnya juga perlu melakukan efisiensi. Dengan melakukan efisiensi, maka biaya hidup menjadi lebih hemat. Hal ini artinya ada uang lebih untuk diinvestasikan, ditabung atau dibelanjakan untuk hal yang lebih produktif.

Katakanlah kita bisa menghemat tagihan listrik 10% saja. Ini setara lebih dari satu bulan biaya listrik kita gratis dalam rentang satu tahun. Artinya ada dana 10% yang tersedia tanpa kita harus kerja lembur atau kerja ekstra. Dengan dana baru sebesar 10% tadi, kita bisa lebih produktif.

Bagaimana dari sisi pemerintah?

sumber data dari Laporan PLN tahun 2020, diolah oleh penulis
sumber data dari Laporan PLN tahun 2020, diolah oleh penulis

Dari tabel diatas dapat dirangkum bahwa sumber energi PLN 63,15% berasal dari energi tak terbarukan, 6,57% berasal dari energi berbasis Net-Zero emission dan 30,25% berasal dari partisipasi swasta. Bio diesel saya masukkan dalam energi tak terbarukan karena komponen CPO-nya hanya 10%.

Dari sisi potensi penghematan, ada 63,15% sumber energi tidak ramah lingkungan yang bisa diganti dengan sumber energi net-zero emission. Demikian juga dari sisi listrik swasta, yang tidak akan keberatan berinvestasi jika bisnis energi terbarukan menjadi lebih menguntungkan.

Dari sisi pemerintah sebagai pemilik PLN, penghematan konsumsi listrik masyarakat sebesar 10% juga berarti berkurangnya subsidi listrik. Subsidi listrik tersebut pada akhirnya bisa dipakai untuk memberikan subsidi bagi pengembangan energi yang berbasiskan net-zero emissions, Dengan subsidi dan keringanan pajak, maka investasi di bidang energi ramah lingkungan akan lebih menarik baik bagi pihak swasta maupun BUMN.

Disaat pandemi Covid-19 pemerintah telah memberikan subsidi PPNBM bagi kendaraan bermotor tertentu, tentu keringanan pajak juga pantas diberikan bagi investasi yang berbasiskan energi net-zero emissions dan turunannya. Karena hal ini tidak saja menciptakan iklim bisnis yang menguntungkan tetapi juga penghematan di masa depan.

Pemerintah wajib ikut berbisnis.

Jika kita cermati kekuatan ekonomi dunia saat ini yaitu China dan Amerika Serikat, ada perbedaan mencolok dalam pertumbuhan ekonominya. Bukan hanya soal persentase pertumbuhan GDP nya yang mencolok. Tetapi jika kita bandingkan neraca perdagangan kedua negara dimana China mencapai surplus yang besar yang berasal dari barang manufaktur, seperti pharmaceutical, baja, bahan kimia, dan produk logam, ini semua tidak lepas dari peran pemerintah baik melalui BUMN maupun regulasi yang pro industri manufaktur lokal.

Disisi lain, Amerika Serikat telah gagal mempertahankan dominasinya di bidang otomotif. Detroit sebagai pusat otomotif dunia telah kehilangan pamor. Merk merk terkenal seperti General Motor, Ford dan Chrysler merelokasi pabriknya ke Mexico dan negara - negara Asia. Akibatnya kita tahu defisit perdagangan kedua negara selalu surplus di pihak China dalam jumlah sangat besar.

Belajar dari fakta diatas, maka keterlibatan pemerintah lebih aktif melalui subsidi dan keringanan pajak adalah strategi tepat untuk meningkatkan daya saing dan membuat bisnis energi terbarukan di dalam negeri menguntungkan secara ekonomi.

Mega Proyek Energi Terbarukan

Selain melalui kebijakan subsidi dan pajak. Pemerintah juga bisa menginisiasi proyek proyek besar di bidang energi terbarukan. Hal ini untuk menciptakan permintaan yang tinggi terhadap peralatan dan teknologi penunjang. Sehingga jika diproduksi dan dikembangkan di dalam negeri, maka secara skala keekonomiannya dapat diterima dan bisa berkelanjutan.

Sekali lagi tidak perlu segan mencontek China dimana industri solar cell nya saat ini bisa menguasai pasar dunia. Hal ini tidak lepas dari upaya pemerintah China secara berkelanjutan menginisiasi pembangunan pusat listrik bertenaga surya. Diawali kebutuhan dalam negeri yang besar, akhirnya industri tersebut memiliki daya saing tinggi secara global.

Hal serupa kita bisa mulai lakukan di wilayah NTT dan NTB yang relatif kering atau banyak daerah lain. Hal ini karena matahari bisa kita nikmati sepanjang tahun dari Sabang sampai Merauke.

Tentu saja perhitungannya bukan sekedar kapan BEP secara langsung. Karena ketika energi listrik tersedia dengan cukup dan terjangkau. Maka dampak sosial ekonominya bagi masyarakat dan dunia usaha akan signifikan menciptakan kesejahteraan. Pada akhirnya penerimaan pajak akan meningkat.

Skema ini tidak bisa terjadi jika biaya pengembangannya hanya ditanggung oleh swasta. Karena swasta tidak mengutip pajak.

Menciptakan ekosistem baru di sektor energi berbasis net-zero emissions untuk meningkatkan daya saing nasional.

Pembangunan pabrik baterai terbesar se Asean yang baru diresmikan Pak Jokowi di Cikarang adalah sebuah milestone. Tetapi itu hanyalah awal dan tidak akan menciptakan ekosistem baru bagi energi yang ramah lingkungan berteknologi dan kompetitif, tanpa industri yang terkait lainnya.

Ekosistem bisnis baru memungkinkan untuk menciptakan pertumbuhan sektor energi berbasis net-zero emisions menjadi sistemik. Ini penting karena jika pertumbuhan industri energi terbarukan dibiarkan alami dan sporadis maka dampaknya akan minim dan mudah gagal karena banyak rantai terputus sehingga tidak terbentuk ekosistem yang kuat.

Dampak campur tangan pemerintah dalam energi terbarukan ini bukan hanya soal energi listrik saja, tetapi juga terkait dengan teknologi informasi yang berkaitan dengan manajemen energi, automation, juga aplikasi smart home dan smart car yang lebih melibatkan banyak masyarakat sebagai user.

SDM Indonesia dibidang teknologi informasi unggul di Asean.

Kita semua tahu bahwa Tokopedia, Bukalapak, Gojek, Traveloka dll diinisiasi oleh anak bangsa. Mereka saat ini menjadi Decacorn dan Unicorn. Tidak ada negara Asean lainnya yang mampu melahirkan unicorn sebanyak di Indonesia. Ini adalah potensi besar bagi terbentuknya ekosistem dan automation yang sistemik bagi industri di bidang energi net-zero emission.

Kedepan, energi bukan sekedar energi tetapi juga terkait teknologi informasi. Pada periode tersebut efisiensi energi secara kecerdasan buatan sangat menentukan daya saing sebuah bangsa. Mengoptimalkan SDM IT yang sudah terbukti unggul jelas akan menduplikasi dan menggandakan keunggulan yang sudah terbukti.

Melihat jauh ke depan

Krisis energi fosil yang saat ini terjadi di eropa dan meluas ke China dan India adalah indikasi kuat bahwa energi berbasis fosil akan mengalami banyak kendala di masa depan. Sehingga biaya eksplorasinya akan lebih mahal dibandingkan energi terbarukan.

Secara lingkungan, perubahan iklim dan mencairnya es abadi di Kutub Utara bukan lagi sebuah dongeng. Kerugian akibat bencana yang diakibatkan oleh perubahan iklim akan makin tidak terprediksi dan meningkat tajam. Belum lagi faktor kesehatan yang terganggu oleh polusi udara.

Itu sebabnya jika kita terlambat mengantisipasi dan tidak mempersiapkan diri sejak awal. Maka biaya yang akan kita keluarkan untuk memperbaiki bencana dan gangguan kesehatan akan lebih mahal dibandingkan investasi energi terbarukan yang lebih terprediksi nilainya. 

Dari sisi teknologi dan daya saing, adopsi energi berbasis net-zero emissions juga akan membantu negara ini melakukan lompatan besar. Masuk dalam kompetisi era internet of things dimana energi dan kecerdasan buatan berkolaborasi meningkatkan daya saing nasional. Dengan daya saing tinggi maka kesejahteraan rakyat Indonesia akan lebih terjamin

Jawaban:

Jadi kembali ke pertanyaan awal. Hal kecil apa yang bisa kita lakukan untuk mendukung net-zero emission? 

Jawabnya jelas dengan berhemat.

Tidak saja berhemat secara pemakaian listrik, tetapi juga berhemat soal pemakaian BBM, tidak memasak berlebihan. Satu lagi yang  penting “Memprioritaskan produk dalam negeri dibandingkan impor.

Karena kita tahu bahwa bensin dan solar masih di subsidi dan sebagian impor, begitu juga bahan makanan sebagian impor. Jelas akan sangat membantu pemerintah jika impor dan subsidi barang barang tersebut bisa dialihkan menjadi subsidi yang lebih produktif. 

Ya, dengan uang cukup pemerintah bisa membangun pusat listrik tenaga angin di setiap garis pantai di negara kepulauan ini. Karena angin laut dan angin darat setiap hari bertiup kencang di setiap garis pantai. Dengan Uang yang cukup, pemerintah bisa membangun panel panel solar cell  di wilayah tandus, terpencil dan bekas tambang, tetapi juga di tepi kota, tanpa harus mencemari lingkungan.

Pemerintah sudah berhasil mengajak investor untuk membangun pabrik baterai terbesar se Asean. Kita sebagai rakyat sudah seharusnya berpartisipasi dengan cara hidup hemat dan cinta produksi dalam negeri. Sehingga rantai ekosistem energi berbasis net-zero emissions smart bisa diteruskan dengan cepat tanpa terkendala biaya karena cukup uang yang telah rakyatnya hemat.

Dengan berhemat kita nikmati langit yang lebih biru dan hidup yang lebih sejahtera.

#net-zeroEmissions

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun