Hening pun menyapa. Aku-sembunyikan air mata yang mengalr deras di balik selimut yang membalut tubuhku. Bagamana pun-dia adalah bagan dari hidupku. Aku masih waras untuk memahami bagaimana ucapanku merusak hatinya. Tapi, "maaf," lirihku. Kudapati ia masih menikmati luka dalam diamnya. Â
Bersambung...
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!