KO SI SALAH KO SI MENGES (Lo Yang Salah Lo Yang Galak)
Oleh: Dr. Indra, M.Pd I
Melirik pada kalimat iklan dari sebuah perusahaan rokok A Mild dalam mempromosikan produknya melalui poster-poster yang sering kita lihat terpampang di pinggir jalan, tikungan, pertigaan, perempatan dan seterusnya, banyak sekali kita temukan tulisan yang berisi ungkapan singkat yang memiliki makna cukup menggelitik bagi pembacanya. Mengapa tidak? Terkadang makna tulisan itu sesuai dengan kondisi yang kita alami sehari-hari.
Diantara tulisan ungkapan-ungkapan singkat itu seperti, "datang telat, pulang gak boleh telat", "habis hoax terbitkan klasifikasi", dan "lo yang salah lo yang galak" serta masih banyak yang lainnya. Namun disini yang menarik dikaji dan sesuai serta tepat dengan momentnya ialah ungkapan "Ko si Salah Ko si Menges" - "LO YANG SALAH LO YANG GALAK".
Tanpa disadari atau pun disadari, pengalaman banyak membuktikan kalau ungkapan ini sering terjadi atau kita alami hampir dibebagai sektor kehidupan, seperti di rumah tangga, perkantoran, dipasar, apa lagi dijalan raya yang lagi bedesakan terkena macet.
Di kantor misalnya, antara atasan dan bawahan, bisa terjadi semacam itu, sudah jelas dia salah yang menghilangkan atau mencoret berkas penting yang terkumpul dimeja kerjanya, eh dia pula yang marah-marah (merepet-merepet) sama bawahannya, bahkan yang lebih aneh lagi bisa merembet ke semua orang yang berjumpa dengan dia, ih... Bayangkan saja bagaimana temprament orang yang kayak beginian?
Biasa mukanya masam seasem jeruk nipis, kerut kayak jeruk perut, atau lain terserah anda mau gambarin seperti apa, yang jelas lo atau anda pasti pernah ngalamin dan bertemu dengan manusia seperti itu. Anehnya.. Itu dia yang salah, bayangkan kalo anda yang salah lalu berhadapan dengan bos atau atasan semacam itu, emm.. Kebanyang kan rasanya gimana.?
Saran, jika anda bertemu dengan orang semacam itu, kalo gak kuat jantung mending menghindar saja dan banyak-banyak istigfar, karena kalimat istigfar itu dapat menenangkan hati dan jantung anda yg lagi bedenyut kencang. Toh nanti orang itu juga akan bertemu dengan lawan yang pas (sejenisnya).
Dan bila anda adalah seperti orang yang dibicarakan yang memiliki temprament tinggi (umping) 'gere nguk mukertek sanah pe renye menges' maka disarankan anda juga banyak istigfar dan terus berlatih sabar, karena sabar akan mendekatkan anda pada keselamatan.
Kenapa dikatakan sabar akan mendekatkan anda pada keselamatan, ialah karena sabar itu dapat menahan dan menekan rasa umping (temprament tingkat tinggi atau sensitif) anda. Bayangkan jika anda bertemu lawan yang pas sama-sama umping, pasti pecah suasana dan bisa terjadi hal hal yang tidak diinginkan.
Lagian apabila anda yang salah tetapi anda galak sama bawahan dan orang lain yang tidak bersalah, mungkin tujuan anda adalah untuk menutupi kekurangan dan kesalahan anda sendiri, namun hal itu tidaklah baik karena akan menjatuhkan kan maruah (harga diri, kharisma) anda sendiri, dan juga tidak baik untuk keberlangsungan lembaga yang anda pimpin.
KO SI SALAH KO SI MENGES (LO YANG SALAH LO YANG GALAK) , ungkapan ini juga sangat sering terjadi dijalan raya dan jalan sekitar pasar yang lagi rame dan macet. Lebih-lebih pada hari libur menjelang lebaran banyak yang memadati pasar untuk kebutuhan lebaran, dengan kondisi berpuasa di akhir Ramadhan terkadang tingkat kesadaran dan kesabaran orang sedikit terganggu sehingga pada saat sedikit macet, terjadi sahut-menyahut bunyi klaksound dari kendaraan tat.tit.tut, bahkan ada yang panjang menunjukkan kekesalannya pada kendaraan lain, padahal dia juga salah menerobos laju orang.
Ada cerita menarik dalam tradisi lebaran di Indonesia dari hari raya pertama sampai hari raya ke-4. Banyak instansi yang libur sehingga warga banyak yang keluar berjalan-jalan atau silaturahmi dengan keluarga dan karib kerabat.
Terkhusus di Gayo sudah menjadi tradisi pada hari raya pertama nentong Ralik (keluarga dari pihak ibu) atau nentong Pedih (keluarga pihak ayah) biasanya membawa nasi dalam ceracak yang akan di persembahkan sebagai ucapan terima kasih dan ungkapan kasih sayang anak kepada orang tua di hari lebaran nan suci sambil meminta maaf lahir dan bathin. Meskipun isi ceracak tadi sesampainya dirumah orang tua dimakan lagi bersama-sama, dan disitulah letak kebahagiaan ngumpul bareng keluarga.
Namun ada cerita yang tidak menguntungkan bagi sebagian orang yang tidak sabar saat berkendaraan dijalan raya, sebut saja Aman Mayak (pengantin baru=Gayo) ialah pada saat di jalan yang dipadati oleh kendaraan baik roda dua, roda tiga atau empat, sehingga membuat laju kendaraan tertahan dan menimbulkan macet, sementara banyak pengemudi yang tergesa-gesa ingin cepat sampai ketujuan, padahal orang lain juga berkeinginan sama, namun karena kurang sabar dan rasa toleransi di jalan raya, yang aman mayak membonceng inen mayak nekat yelib kedaran, melewati lorong sempit diantara kendaraan-kendaran lain meliuk-liuk lihai, namun tidak diduganya sepasi antara kendaraan kanan kirinya tidak muat untuk di laluinya dan terjadi sengolan dan terjatuh, akhirnya penumpang terjatuh dan isi ceracak tumpah ruah di jalan, nampak ikan, ayam di masam jing, daging rendang, juga tidak ketinggalan cecah Gayo.
Terjadilah keributan, yang yelib marah karena isi ceracaknya tumpah, kekesalan dan rasa malu bercampur aduk, hingga keributan adu mulut dan hampir terjadi adu jotos, untunglah datang seorang yang perawakannya sudah agak tua dan mengatakan "win - ko si salah ko si menges" lo yang salah lo yang galak.
Sabar sedikit kenapa? "nge ya bubar nye" (sudah tu bubar terus) Mendengar ucapan tersebut akhirnya keributan pun mulai surut dan sama-sama malu, sudah capek marah-marah dan sebagainya, seseorang lagi di antara kerumunan mengatakan 'nge ya' sudah tu bubar terus ini keadaan semakin macet bila kalian tidak bubar. Akhirnya bubarlah keributan tersebut, masing-masing mereka berangkat lagi melanjutkan perjalanan hingga sampai pada tempat yang diuju.
Sesampainya ditempat tujuan mereka pun bersalaman (sungkeman) dengan orang tua (Ama dan Ine) dan saudara-saudaranya secara Edet Gayo. Setelah itu mereka cerita-cerita sambil minum kopi khas Gayo, ada juga sirup dan kue lebaran, mereka cerita tentang kejadian dijalan yang keserempet dengan mobil hingga menyebabkan ceracak mereka tumpah, sambil ketawa bersama, disela-sela cerita dan minum kopi Gayo, Ine (ibu) menginformasikan bahwa Pun (Paman) mereka mau datang juga bersilaturrahmi kerumah tersebut, mungkin sebentar lagi akan sampai.
Tidak lama berselang datanglah satu rombongan dengan mobil, dan terdengar suara ucapan Assalamu’alaikum dari depan pintu, dan mereka seisi rumah menjawab wa'alaikumssalam, koas-koas (masuk). Ine mengatakan itu kadang Pun (Paman) kalian tadi sudah sampai.
Begitu rombongan tadi masuk keruangan tamu, eh.. Rupanya berjumpa dengan Aman mayak dan inen mayak yang tersenggol dijalan tadi, ternyata mereka saudara. Mereka saling berhadapan dan tercengang, kata si Pun (paman) "yoh ko ke keta?" lalu dijawab aman mayak "o le pun". Singkat cerita Ine menengahi ketegangan suasana tersebut, kata Ine "te orom pun mu ini ke kam mudegos sine kati sampe mutuang ceracak mu? " (jadi sama paman mu ini kah kalian tersenggol tadi hingga membuat ceracak kalian tumpah?) dijawab sama inen mayak "oya le ine, gere kami beteh rupen oya pun, male bedere pake a oyane". (iya Ine, kami tidak tahu itu paman, hampir mau pukul-pukulan orang tu tadi).
Cerita punya cerita sudah saling marah-marah eh ternyata saudara. Ine melanjutkan pembicaraan, ini paman mu, yakni adek sepupu ine. Paman mu ini lama merantau ke Malang Jawa Timur, baru lebaran ini dia pulang kampung, makannya lebaran ini beliau langsung kemari, karena dia tau juga kabar bahwa kalian baru menikah dan paman beserta keluarga ingin melihat kalian aman mayak dan inen mayakn mayak (pengantin baru). Udah tu aman mayak dan inen mayak salam terus sama paman dan bibik mu, "kune male buet gere sengeje" (bagaimana lagi namanya pun tidak sengaja).
Aman mayak dan inen mayak pun akhirnya salam sungkem pada paman dan bibiknya. Aman mayak "Pun maapen kami pun boh, hana nge salah bingisi pun oyane, padahal aku si salah" (paman maafkan kami ya, yang sudah salah memarahi paman, padahal kami yang salah). Pun "bohmi until ku, gere mukunah beta we rayoh mude, lang-langan gelah seber i jelen bekereta" (iya keponakan ku, gak apa-apa biasa tu darah muda, besok-besok harus sabar berkendara dijalan ya). Dijawab aman mayak, iya Pun Berizin ya Pun.
Demikian sekilas tentang cerita asam Garamnya libur lebaran, intinya jika berkendara di jalan raya harus banyak sabar dan hati-hati, kita ingin cepat sampai, orang juga lain juga begitu. Lo yang Salah Lo yang Galak, jika kita salah akuilah kesalahan tersebut dan perbaiki kesalahan itu, karena itu lebih mulia daripada menyalahkan orang lain yang tidak bersalah. Dalam situasi apapun baik di Kantor, lembaga, atau perkumpulan, dan dijalan raya sekalipun.
Semoga bermanfaat, Minal Aidin wal faidzin mohon maaf Lahir dan Batin. Selamat hari Raya Idul Fitri 1441 H. 🙏🙏🙏
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H