Mohon tunggu...
Dria Pamungkas
Dria Pamungkas Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa semester 5 jurusan Ekonomi yang berkuliah di Sanata Dharma Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Dampak dari Maraknya Pembangunan Hotel di Yogyakarta

17 Desember 2024   21:04 Diperbarui: 17 Desember 2024   21:02 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

 

Solusi Mengatasi Dampak Dari Pembangunan Hotel di Yogyakarta

Arsitektur solusi lingkungan harus dibangun melalui konstruksi kebijakan yang terintegrasi, yang tidak hanya menegaskan batasan-batasan pembangunan, tetapi juga menciptakan ekosistem insentif yang mendorong transformasi paradigmatik dalam praktik pembangunan hotel. Regulasi zonasi yang rigid, disertai mekanisme insentif perpajakan dan sertifikasi berkelanjutan, akan menghasilkan lanskap pembangunan yang mampu mengakomodasi kepentingan ekonomi tanpa mengorbankan integritas ekologis. Setiap unit pembangunan hotel harus dipandang sebagai organisme kompleks yang memiliki tanggung jawab inherent terhadap ekosistem di sekitarnya, bukan sekadar struktur fisik yang mendominasi ruang.

Teknologi dan inovasi berperan fundamental dalam menjembatani kesenjangan antara pembangunan dan kelestarian lingkungan. Implementasi sistem manajemen sumber daya seperti daur ulang air canggih, teknologi pemanenan air hujan, dan infrastruktur energi terbarukan akan mentransformasi hotel dari sekadar konsumen sumber daya menjadi agen regenerasi lingkungan. Desain arsitektur yang terintegrasi dengan lanskap ekologis, dengan mengadopsi prinsip-prinsip bangunan hijau, bukan hanya meminimalisasi jejak karbon, tetapi juga menciptakan ruang-ruang yang mampu bernegosiasi secara dinamis dengan lingkungan alamnya.

Pemberdayaan masyarakat dan transformasi kesadaran kolektif menjadi pilar esensial dalam strategi mitigasi dampak lingkungan. Melalui program edukasi berkelanjutan, partisipasi aktif komunitas lokal, dan pembentukan mekanisme pengawasan partisipatif, setiap elemen sosial dapat menjadi guardian lingkungan. Model ekonomi sirkular yang mengintegrasikan praktik daur ulang, konservasi, dan pembangunan ekonomi akan menciptakan paradigma baru di mana kepentingan ekonomi dan ekologis tidak lagi dipandang sebagai entitas yang bertentangan, melainkan sebagai sistem yang saling memperkuat.

Mekanisme pengawasan dan evaluasi berkelanjutan dengan memanfaatkan teknologi digital seperti platform monitoring real-time, sensor ekologis, dan sistem pelaporan komprehensif akan menghadirkan transparansi dan akuntabilitas yang fundamental dalam menjaga integritas lingkungan. Sanksi yang terukur dan mekanisme rehabilitasi ekologis akan menciptakan kerangka hukum yang tidak sekadar bersifat represif, tetapi konstruktif dalam mendorong transformasi praktik pembangunan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun