Alasan lainnya adalah air dari PDAM memiliki warna yang tidak bening yaitu coklat muda. Hal ini dikarenakan air PDAM diambil dari sungai sehingga air yang datang akan memiliki warna seperti itu.
Dalam menampung air hujan, saya diajarkan oleh ibu saya untuk menunggu terlebih dahulu hujan yang turun. Jika hujan turun lebih dari 30 menit, maka air hujan tersebut baru boleh ditampung.
 Hal ini dikarenakan pada saat hujan baru turun, segala polusi yang ada diudara masih ada sehingga air hujan yang turun mengandung polusi dan kotor. Maka dari itu, perlu kami tunggu 30 menit dulu baru boleh ditampung. Jika hujan yang datang hanya sebentar, maka tidak akan kami tampung airnya.
Walaupun air hujan itu gratis, dalam penggunaannya hanya seperlunya saja. Sejak kami kecil, ibu saya sudah mengajarkan kami untuk menggunakan air secukup atau seperlunya saja karena masih banyak diluar sana yang masih sulit untuk mendapatkan air bersih. Maka dari itu, jika kami ketahuan membuang-buang air hujan tersebut, pasti kami akan diomelin.Â
Hal yang paling saya ingat adalah jika saya akan menampung air hujan, maka saya akan bersiap diri dengan menanggalkan seluruh pakaian saya kecuali pakaian dalam karena pasti akan basah.Â
Selain itu, biasanya saat hujan yang datang cukup deras, maka ibu saya akan langsung menggunakan air hujan tersebut untuk mencuci pakaian kami (maklum, orang chinese ga mau rugi...wkwkwk). Bahkan terkadang, kami juga diminta untuk mencuci bak mandi menggunakan air hujan tersebut karena saking ga mau ruginya...hehehe
Namun saya yakin, semua hal tersebut memang positif untuk dilakukan, baik dari memanfaatkan air hujan untuk keperluan keseharian dan dalam penggunaannya yang seperlunya saja.
 Sekian pengalaman yang bisa saya sharring kan kepada para pembaca. Bagi kalian yang belum memanfaatkan air hujan, mungkin sudah mulai bisa dicoba karena air hujan itu gratis. Terima kasih, salam kompasianer.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI