Bagi para kompasianer yang memiliki hobi travelling dan sedang berada di Yogyakarta, ada baiknya mencoba mengunjungi agrowisata yang satu ini. Lokasinya memang agak jauh dari pusat kota, namun masih bisa ditempuh menggunakan kendaraan darat apapun.Â
Lokasinya tertelak di dusun Nglinggo, Desa Nglinggo barat, Pagerharjo, Samigaluh, KulonProgo, Yogyakarta. Harga tiket masuknya sangat murah dan sudah termasuk biaya parkir kendaraan yaitu 5000 rupiah saja.
Pada awal mulanya, kebun teh seluas 200 hektar merupakan mata pencaharian warga di sekitar Pagerharjo. Namun, para warga akhirnya berinisiatif untuk membuat sebuah tempat agrowisata dengan kebun teh ini karena melihat adanya peluang yang cukup besar.Â
Sekarang, Kebun Teh Nglingo ini selalu ramai pengunjung terutama pada hari weekend dan libur karena merupakan kebun teh satu-satunya di DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta).
Perjalanan menuju lokasi ini bisa dibilang cukup ekstrim dikarenakan kita harus melewati lika-liku jalan di bukit yang sangat terjang. Saya sendiri sempat merasakan momen yang lucu ketika menggunakan kendaraan bermotor (Yamaha Mio GT) untuk pergi ke lokasi ini yaitu pada saat kita sudah mendekati lokasi agrowisata ini, akan ada jalan menanjak yang sangat tinggi sehingga motor saya kesusahan untuk naik jika berboncengan 2 orang.Â
Maka dari itu, dengan sangat terpaksa teman saya harus turun dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Setelah berjalan beberapa meter, beruntung kami bertemu dengan warga sekitar yang sedang melewati jalan tersebut menggunakan motor gede sehingga menawarkan tumpangan kepada teman saya hingga ke lokasi tujuan.
Sesampainya disana, hamparan kebun teh berwarna hijau yang luas langsung menyambut kami. Suasana alam yang begitu menyegarkan memenuhi pikiran dikepala yang telah lelah menempuh perjalanan kesini.Â
Berhubung perjalanan kami memakan waktu 2 jam, maka saya pun mencari toilet terlebih dahulu untuk buang air kecil. Beruntung, toilet yang disediakan disini cukup banyak sehingga saya tidak perlu mengantri untuk masuk.
Kemudian, kami pun berjalan masuk kedalam tempat wisata. Disepanjang jalan, kami diiringi kebun teh yang sudah tumbuh besar dan berwarna hijau segar. Suasana udara disekitar sini juga sangat sejuk karena berada di bukit.Â
Pemandangan alam yang ditawarkan sangatlah indah dan menggoda kita untuk mengabadikan momen ini dalam sebuah foto. Kita tidak perlu khawatir jika ingin berburu foto sunset ataupun sunrise disini karena disekitar kebun teh ini terdapat homestay dengan fasilitas yang lengkap dan tentunya dengan harga yang terjangkau.
Menikmati seduhan teh asli dari kebun sembari merasakan keindahan alam yang ada bisa kita rasakan pada lokasi agrowisata ini karena terdapat warung-warung yang ada disekitar perkebunan.Â
Tak cukup hanya disini, kita juga dapat membeli seduhan teh yang sudah dikemas sebagai oleh-oleh. Jika kita pergi pada saat musim panen tiba, kita dapat melihat aktivitas para petani kebun teh yang sedang memetik daun teh.
Waktu yang paling tepat untuk mengunjungi lokasi ini adalah pagi atau sore hari agar kita dapat menikmati pemandangan yang ada secara maksimal.Â
Untuk musim, sebaiknya jangan pergi pada saat musim hujan karena susah untuk mendapatkan cahaya matahari pada saat ingin mengambil foto. Langit hanya akan diselimuti awan dan kabut sehingga kualitas foto yang didapatkan tidak maksimal.
Perlu kita ketahui terlebih dahulu pilar atau aspek berkelanjutan yang dikemas secara singkat sebagai 3P (People, Profit, Planet) agar terwujudnya sistem pertanian berkelanjutan yaitu sistem usaha tani yang melakukan konservasi pada lingkungan yang digunakan agar dapat berkelanjutan. People berkaitan dengan ranah sosial budaya, Profit merujuk pada aspek ekonomi, dan  Planet yang berorientasi pada aspek lingkungan.
People
Kebun Teh Ngilinggo sudah ada sejak 28 tahun yang lalu (1990) dimana pada saat itu pembibitan teh mulai dilakukan. Kebun teh ini sejarahnya menjadi tempat para petani teh tradisional untuk membudidayakan tanaman teh yang kemudian akan dijual kepada pabrik atau penyalur teh. Menurut kisah masyarakat sekitar, Dusun Nglinggo berkaitan dengan peristiwa sejarah Pangeran Diponegoro.Â
Dahulu kala, 3 pengikut setia Pangeran Diponegoro (Ki langgo Manik, Ki Dalem Tanu, dan Gagak Roba) telah mendapat wilayah menoreh untuk bergerilya melawan penjajahan zaman Belanda.Â
Kemudian, lokasi di puncak gunung menoreh dipilih untuk membuat strategi dan mengintai pergerakan Belanda. Kini, tempat ini diberi nama Nglinggo karena mengambil dari nama Ki Linggo Manik yang sebagai pemimpin di masa itu.
Profit
Dalam pengelolaan agrowisata Kebun Teh Nglinggo, berbagai pihak masyarakat sekitar dilibatkan dalam melakukan perawatan infrastruktur, pengelolaan dan perawatan kebun, pengelolaan agrowisata dan masih banyak lainnya.Â
Tenaga kerja yang begitu banyak akan membuat masyarakat sekitar dapat meningkatkan kesejahteraannya dan tentunya akan mengurangi angka pengangguran di Indonesia.
Planet
Pertanian di Kebun Teh Nglinggo menggunakan pola tanam terasering (hamparan kebun teh yang bertingkat-tingkat). Pembuatan terasering memiliki fungsi dalam meningkatkan resapan air ke dalam tanah dan mengurangi jumlah aliran permukaan air sehingga dapat mengurangi terjadinya erosi atau pengikisan tanah akibat aliran air.Â
Maka dari itu, Kebun Teh Nglinggo dapat dibilang memperhatikan aspek dari pertanian yang berkelanjutan agar kebun teh ini tidak merusak lingkungan disekitarnya dan dapat bertahan dalam jangka waktu yang panjang.
Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi para kompasianer yang ingin atau sedang menggeluti usaha agrowisata agar dapat memperhatikan aspek berkelanjutan usahanya.Â
Tentunya kesejahteraan pelaku usaha dan kepedulian terhadap lingkungan menjadi kunci utama dalam melakukan usaha dibidang agrowisata agar dapat berkelanjutan dalam jangka waktu yang panjang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H