Kentang merupakan tanaman pangan yang cukup banyak diproduksi di Indonesia. Kentang di Indonesia kebanyakan dibudidayakan pada pulau Jawa. Salah satu daerah penghasil kentang terbesar di Indonesia terletak pada Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Letaknya yang berada di kawasan Gunung Dieng membuat kentang dapat tumbuh dengan subur karena iklim yang sejuk.
Kentang termasuk dalam produk hasil pertanian yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Pengolahan yang mudah membuat kentang dapat kita jumpai dalam berbagai bentuk makanan. Berdasarkan nilai gizi, kentang memiliki jumlah kalori, karbohidrat, dan lemak yang lebih rendah namun serat yang lebih tinggi dibandingkan nasi putih. Maka dari itu, kentang sering menjadi pilihan bagi orang yang sedang menurunkan berat badan (diet).
Kecintaan mengkonsumsi kentang membuat sebagian besar masyarakat di Indonesia  membeli dalam jumlah yang banyak dan menyimpannya sebagai persediaan. Kentang memang dikenal sebagai bahan makanan yang dapat bertahan lama, namun jika menyimpan dalam rentan waktu yang terlalu lama akan menyebabkan kentang menjadi racun. Bahkan, jika dikonsumsi dalam jumlah yang cukup banyak akan menyebabkan kematian.
Dilansir Grid.ID dari laman asiantown.net, batang dan daun pada tanaman kentang mengandung zat glycoalkaloids yang sangat beracun. Zat tersebut akan berubah menjadi gas yang berbahaya jika dihirup oleh manusia karena kentang disimpan terlalu lama di tempat tertutup dan panas. Selain gangguan pada pernafasan, bahaya yang dapat ditimbulkan dari senyawa glycoalkaloids adalah diare, kram, sakit kepala, mual, hingga menyebabkan kematian.
Kentang juga sebaiknya tidak disimpan pada lemari es. Suhu dingin pada lemari es akan mempercepat kentang dalam mengubah pati menjadi gula sehingga akan menyebabkan reaksi kimia yang berbahaya ketika dimasak. Food Standard Agency menjelaskan bahwa gula yang dihasilkan oleh pati akan bergabung dengan asam amino asparagin dan akan menghasilkan senyawa acrylamide yang dapat memicu kanker pada tubuh.
Biasanya dapat kita jumpai kentang yang memiliki warna hijau pada beberapa bagian. Warna tersebut menandakan bahwa adanya racun sehingga tidak boleh dikonsumsi oleh manusia. Warna hijau tersebut merupakan klorofil yang menandakan bahwa kentang tersebut terkena sinar matahari langsung sehingga racun alami yang ditimbulkan oleh kentang (solanin) terkonsentrasi dan sampai pada titik bahaya. Efek yang ditimbulkan jika mengkonsumsi kentang yang berwarna hijau adalah mual, diare, radang tenggorokan, pusing, halusinasi hingga menyebabkan kematian jika dikonsumsi terlalu banyak. Langkah sederhana yang perlu dilakukan jika menemukan kentang yang berwarna hijau adalah membuang bagian tersebut.
Penyimpanan kentang yang terlalu lama juga akan menyebabkan tumbuh tunas. Caroline Wright (dosen di Nottingham Trent University) mengatakan bahwa kentang yang telah tumbuh tunas dan berwarna hijau akan terasa lebih pahit sehingga menjadi tanda bahwa kentang tersebut sudah beracun. Jika dikonsumsi dalam jumlah yang sedikit maka tidak akan menimbulkan efek apapun. Â Namun jika mengkonsumsi dalam jumlah yang banyak, efek samping yang ditimbulkan adalah mual, kram perut, tenggorokan terasa seperti terbakar, dan sakit kepala. Sehingga, jika kentang yang sudah tumbuh tunas sebaiknya ditanam saja dan tidak dikonsumsi.
 Kesimpulannya, kentang sebaiknya segera dikonsumsi setelah dibeli dan jangan terlalu lama disimpan. Agar kualitas tetap terjaga, kentang dapat disimpan pada tempat yang kering, sejuk, dan terbuka. Jika kentang sudah tumbuh tunas, maka sebaiknya ditanam atau dibuang saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H