Mohon tunggu...
Dr. Dedi Nurhadiat
Dr. Dedi Nurhadiat Mohon Tunggu... Dosen - Penulis buku pelajaran KTK dan Seni Budaya di PT.Grasindo, dan BPK Penabur

Manajemen Pendidikan UNJ tahun 2013. Pendidikan Seni Rupa IKIP Bandung lulus tahun 1986. Menjabat sebagai direktur media SATUGURU sejak tahun 2021 hingga sekarang. Aktif di Asosiasi Kepala Sekolah Indonesia (AKSI) sejak tahun 2020. Menjabat sebagai kepala sekolah di beberapa SMA sejak Tahun 2009 hingga sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Program Wisata Industri Terbesar di Asia, Gayung Besambut dengan SMA Vokasi, Mengapa Baru Dicanangkan Saat Ini?

9 Maret 2023   17:59 Diperbarui: 9 Maret 2023   20:04 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Studi kampus, dan studi wisata (foto koleksi pribadi)

Tampaknya jika benar akan ada program SMA vokasi yang dicanangkan di pusat Industri terbesar di Asia. Mungkin gayung bersambut dengan program wisata Industri yang bulan lalu sudah mulai sosialisasi. Ini bukan milik kedaerahan tapi milik Indonesia. Maka layak ditulis di kompasiana. 

Semua wilayah di NKRI pasti menyambutnya dengan penuh optimis. Sejak gagalnya Pak Dakhlan Iskan memproduksi mobil listrik secara masal di Indonesia, ternyata hal itu telah memicu Pindad meluncurkan mobil "Maung" dan IPTN bangkit kembali  dengan produk barunya. Hal ini kini ditangkap pemerintah lokal yang memiliki kawasan industri terbesar di Asia. Walau ada yang mengatakan hampir terlambat

Pak Made, bigutu biasanya dipanggil. Beliau memang sangat tepat memimpin dunia pendidikan di daerah industri seperti Bekasi. Mengapa? Terbukti, bahwa beliau saat memaparkan alur program, begitu menyentuh jantung Bekasi. Belum juga satu bulan sosialisasi program wisata Indusri dilakukan Dinas Pariwisata pemerintah setempat. Tepatnya sebelum rotasi para kepala KCD di seluruh Jawa Barat. Usai dilantik Pk Made langsung menangkap dan meluncurkannya kembali. Video dibawah ini adalah sosialisasi sebelum beliau turun gunung ke Bekasi. Kita tahu bahwa Bekasi adalah gerbangnya industri tingkat tinggi untuk ekspor dan import.

.

Maka wajar saja jika ada pejabat negara ditempatkan di Jabodetabek, khususnya di Bekasi akan membuka jendela dunia. Semua industri kelas dunia pabriknya ada di kawasan ini. Sejak jepang menerapkan JIT, yang kemudian ditiru semua pengelola industri kelas dunia. Apa itu? Jepang, Korea, Tiongkok dan lainnya, membangun pabriknya tidak di negaranya. Karena biaya angkutnya sangat mahal dan perlu gudang penyimpanan produk jadi, dengan sewa tempat dan keamanan. Dengan JIT, mereka membangun pabrik di negara berkembang. Sehingga memangkas biaya kirim dan biaya penyimpanan. Satu kendaraan roda empat hanya perlu waktu 2 jam saja lewat mesin produksi di negara berkrmbang itu. Sistem inden menghilangkan biaya gudang dan biaya keamanan. Maka produk bisa murah.


Hal diatas telah dibaca para pejabat di Jabodetabek. Bahkan di Bekasi, baru beberapa hari dilantik, seorang pejabat langsung bicara program SMA Vocasi dengan sistem sister school. Tampaknya sejalan dengan program Wisata Industri Pemerintah Kabupaten Bekasi. Terlebih kepala SMA/SMK sudah lama bicara CSR yang sejak alih kelola tidak menyentuh sekolah menengah atas. Sehingga bangunanya sangat kontras dengan SD dan SMP.

 Saat SMA/SMK berada dalam satu perahu dengan SD dan  SMP di Bekasi. Pembangunan pisik sekolah hampir semua sekolah berlantai dua bahkan 3 lantai. Itulah hebatnya sekolah yang berada di pusat industri. Apalagi ini adalah kota pusat industri terbesar di Asia seperti; MM2100, dan Pusat Industri Lippo Cikarang. Pabrik industri barang berat seperti mobil aneka merek; Toyota, Daihatsu, Hyundai dll. Semua berada di pusat Industri Bekasi. Bahkan banyak hasil industri untuk di ekspor ke luar negeri. Belum lagi pabrik pembuatan barang elektronika dan barang perkakas rumah tangga; Penasonic, Maspion hingga pabrik Boneka Barbie.

Walau pak Made pejabat KCD wilayah 3,  bicara keprihatinan, ketika membahas sekolah yang belum punya lahan. Katanya ada 4 SMA masih numpang. Walau DPA mencapai milyaran tidak akan mampu menyaingi pembangunan sekolah sewaktu berada dibawah kendali Kabupaten yang selalu dibanjiri dana CSR. Padahal SMK dan SMA itu untuk warga sekitar industri itu. Kini sejak alih kelola SMA/SMK hanya mengandalkan satu sumber saja. Diduga program SMA Vokasi akan dapat membuka jalan dialog dalam hal ketimpangan di atas.

 Timbul pertanyaan  "bukankah CSR itu untuk semua sekolah?" Tapi SMA/SMK itu berada di naungan Provinsi. Distribusi CSR dari Industri terbesar di Asia itu sejak alih kelola akhirnya deras mengalir ke SD dan SMP. Maka kini sekolah SD & SMP berdiri begitu cepat  dan megah. Bahkan banyak SMP yang  berdiri langsung menyerupai bangunan mall (laksana pusat perbelanjaan). Sebagai gambarannya di SMP Serang Baru  Cibarusah. Apa benar demikian? Jawabnya beberapa pengelola ada yang mengatakan "bagunan megah itu hanya sementara saja". Diduga kedulitan dalam pemeliharaannya  karena sekolah SMP semegah itu, tanpa SPP bulanan,  kemegahan itup katanya tidak lama juga. Tentu saja hal lebih berat lagi bagi SMA/SMK yang tanpa CSR.

Pak Made  dari KCD3 tampaknya  sangat tepat segera mendeklarasikan  SMA Vokasi karena ingin meniru sekolah di Bali yang menyatu dengan lingkungan wisata turis asing. Tapi di Bekasi lebih fokus ke Industri kelas dunia. Jika di Bali mengarah ke penguasaan bahasa asing, dan pariwisata. Di Bekasi akan bergerak untuk meningkatkan keterampilan tingkat tinggi yang langsung menyentuh barang ekspor impor. Diduga kesempatan belajar di pusat industri (SMA Vokasi) hampir sama dengan mendapatkan dana CSR. Namun bentuknya pelatihan.

Program SMA vokasi dan wisata Industri walau beda induk  organisasinya tapi  tampaknya gayung bersambut. SMA Berbasis Vokasi, meningkatkan life skill dengan sister school bersama SMK Mitra industri di MM2100. Akan terasa bagi SMA Negeri  biayanya lebih ringan. Karena tidak usah membeli peralatan secanggih itu. Itulah kehebatan Pak Made dalam membaca peluang.

Disamping menguasai medan dunia Industri, Pak Made Suptiatna juga begitu menguasai didaktika dan metodik. Dia memahami bahwa ketika "Nama Diri" dipanggil, akan terasa seperti mendengarkan "lagu yang paling merdu di dunia". Maka kepala KCD3 yang baru dilantik itu, mengabsen nama-nama Kepala Sekolah dengan menunjukan karakter dan prestasi yang pernah dimilikinya. Dari mana dia tahu semua itu ? Tentu tidak mudah untuk mendapatkan data demikian, hingga beliau hafal benar. Padahal banyak kepala sekolah yang baru dikenalnya.

Program yang dirancang disela-sela persiapan memasuki bulan Ramadhan oleh pemilik nama khas Bali ini, buka  hanya SMA berbasis vokasi, life skill dengan sister school saja. MGMP akan di data untuk segera dilantik dengan SK baru, akan memberikan pelatihan "Membuat Video PBM  Interaktif". Konon peresmiannya akan mengundang kabid SMA dan Kadisdik Jabar yang baru. Maklum pak Made adalah pejabat provinsi yang turun gunung. Sehingga hubungan ke atas tampak begitu mudah.

Program membuat
"Video interaktif" untuk bahan ajar adalah langkah pertama untuk program MGMP. Pelatihnya akan memanfaatkan guru SMK yang membuka jurusan Animasi. Begitu kata beliau saat silaturakhmi dengan para kepala SMA Kab.Bekasi. Kabar baru lainnya akan ada rotasi mutasi guru, jadi bukan hanya kepala sekolah yang dirotasi itu. Disela-sela pembahasan program pemetaan dan pemerataan guru seperti uraian diatas. Beliau juga memaparkan program bulan Mei. Yaitu "persiapan PPDB 2023". Begitu lanjutnya lagi. Pembahasan program-program itu terasa meluncur begitu saja, dengan suasana canda yang segar.

"Tanpa pergub terasa lebih aman untuk memajukan sekolah!". Ujarnya sambil berseloroh, tampaknya hal ini bukan hanya guyonan, dan bukan pendapat pribadi. Tapi diduga hasil merangkum pendapat para pecinta pendidikan, yang masuk berupa aduan dari nerbagai kalangan. Mudah-mudahan suara itu beliau bawa kepuncak pimpinan Jawa Barat. Banyak suara yang berharap demikian. Hal di atas dia jelaskan bersamaan dengan materi tentang pesantren romadhan.  Beliau akan menyandingkannya dengan rantang pramuka. "Siswa berseragam pramuka akan membagikan sedekah". Begitu katanya.

Sejak penandatangan serah terima jabatan dari  Bapak Dr.Asep Sudarsono, MPd, kepada I Made Supriyatna tampaknya program inovasi langsung di sosialisasikan dan ada sambutan yang begitu meriah. Mungkin karena beliau berasal dari Kepala SMK di Bekasi sebelum melejit ke Pusat Pemerintahan. Sehingga kebutuhan warga Bekasi langsung terbaca. Perlu dipahami juga bahwa Jabodetabek sebagai barometer pendidikan berbasis industri di tingkat nasional.

Sejak Dr.Asep Sudarsono dialihtugaskan ke KCD Wilayah II, telah meninggalkan banyak prestasi.  Adapun Made Supriatna, sebelumnya menjabat sebagai Kepala Bidang SMA di Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Makanya dikatakan turun gunung. Tampaknya akan lari lebih kencang lagi. Dan program SMA vokasi yang pertama harus dimatangkan, sebelum dilaksanakan.

Wacana kebijakan SMA vokasi di atas  jika membuka sendiri tentu sangat berat. Karena tentu saja biaya teknologi tingkat tinggi itu, tidak sedikit biayanya, maka perlu menempuh jalur kerjasama.  Kepala sekolah SMA Mitra Industri tampaknya sudah siap menyambutnya. Konon biaya belajar vokasi tingkat tinggi itu, jika dilakukan secara mandiri sampai memerlukan biaya 10 juta hanya untuk belajar mengecat mobil saja. Jika bermitra akan lebih ringan. Demikian disampaikan analis kebijakan Drs.Much.Nurdin, M. Pd.


Kini saatnya semua provinsi di NKRI mengikuti terobosan  baru seperti di Jabedetabek khususnya wacana kerjasama wisata Industri dengan program SMA vokasi di Bekasi. Saling apresiasi seperti kita belajar ke pulau Bali, & Lombok (DN).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun