Mohon tunggu...
Dr. Dedi Nurhadiat
Dr. Dedi Nurhadiat Mohon Tunggu... Dosen - Penulis buku pelajaran KTK dan Seni Budaya di PT.Grasindo, dan BPK Penabur

Manajemen Pendidikan UNJ tahun 2013. Pendidikan Seni Rupa IKIP Bandung lulus tahun 1986. Menjabat sebagai direktur media SATUGURU sejak tahun 2021 hingga sekarang. Aktif di Asosiasi Kepala Sekolah Indonesia (AKSI) sejak tahun 2020. Menjabat sebagai kepala sekolah di beberapa SMA sejak Tahun 2009 hingga sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Program Wisata Industri Terbesar di Asia, Gayung Besambut dengan SMA Vokasi, Mengapa Baru Dicanangkan Saat Ini?

9 Maret 2023   17:59 Diperbarui: 9 Maret 2023   20:04 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disamping menguasai medan dunia Industri, Pak Made Suptiatna juga begitu menguasai didaktika dan metodik. Dia memahami bahwa ketika "Nama Diri" dipanggil, akan terasa seperti mendengarkan "lagu yang paling merdu di dunia". Maka kepala KCD3 yang baru dilantik itu, mengabsen nama-nama Kepala Sekolah dengan menunjukan karakter dan prestasi yang pernah dimilikinya. Dari mana dia tahu semua itu ? Tentu tidak mudah untuk mendapatkan data demikian, hingga beliau hafal benar. Padahal banyak kepala sekolah yang baru dikenalnya.

Program yang dirancang disela-sela persiapan memasuki bulan Ramadhan oleh pemilik nama khas Bali ini, buka  hanya SMA berbasis vokasi, life skill dengan sister school saja. MGMP akan di data untuk segera dilantik dengan SK baru, akan memberikan pelatihan "Membuat Video PBM  Interaktif". Konon peresmiannya akan mengundang kabid SMA dan Kadisdik Jabar yang baru. Maklum pak Made adalah pejabat provinsi yang turun gunung. Sehingga hubungan ke atas tampak begitu mudah.

Program membuat
"Video interaktif" untuk bahan ajar adalah langkah pertama untuk program MGMP. Pelatihnya akan memanfaatkan guru SMK yang membuka jurusan Animasi. Begitu kata beliau saat silaturakhmi dengan para kepala SMA Kab.Bekasi. Kabar baru lainnya akan ada rotasi mutasi guru, jadi bukan hanya kepala sekolah yang dirotasi itu. Disela-sela pembahasan program pemetaan dan pemerataan guru seperti uraian diatas. Beliau juga memaparkan program bulan Mei. Yaitu "persiapan PPDB 2023". Begitu lanjutnya lagi. Pembahasan program-program itu terasa meluncur begitu saja, dengan suasana canda yang segar.

"Tanpa pergub terasa lebih aman untuk memajukan sekolah!". Ujarnya sambil berseloroh, tampaknya hal ini bukan hanya guyonan, dan bukan pendapat pribadi. Tapi diduga hasil merangkum pendapat para pecinta pendidikan, yang masuk berupa aduan dari nerbagai kalangan. Mudah-mudahan suara itu beliau bawa kepuncak pimpinan Jawa Barat. Banyak suara yang berharap demikian. Hal di atas dia jelaskan bersamaan dengan materi tentang pesantren romadhan.  Beliau akan menyandingkannya dengan rantang pramuka. "Siswa berseragam pramuka akan membagikan sedekah". Begitu katanya.

Sejak penandatangan serah terima jabatan dari  Bapak Dr.Asep Sudarsono, MPd, kepada I Made Supriyatna tampaknya program inovasi langsung di sosialisasikan dan ada sambutan yang begitu meriah. Mungkin karena beliau berasal dari Kepala SMK di Bekasi sebelum melejit ke Pusat Pemerintahan. Sehingga kebutuhan warga Bekasi langsung terbaca. Perlu dipahami juga bahwa Jabodetabek sebagai barometer pendidikan berbasis industri di tingkat nasional.

Sejak Dr.Asep Sudarsono dialihtugaskan ke KCD Wilayah II, telah meninggalkan banyak prestasi.  Adapun Made Supriatna, sebelumnya menjabat sebagai Kepala Bidang SMA di Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Makanya dikatakan turun gunung. Tampaknya akan lari lebih kencang lagi. Dan program SMA vokasi yang pertama harus dimatangkan, sebelum dilaksanakan.

Wacana kebijakan SMA vokasi di atas  jika membuka sendiri tentu sangat berat. Karena tentu saja biaya teknologi tingkat tinggi itu, tidak sedikit biayanya, maka perlu menempuh jalur kerjasama.  Kepala sekolah SMA Mitra Industri tampaknya sudah siap menyambutnya. Konon biaya belajar vokasi tingkat tinggi itu, jika dilakukan secara mandiri sampai memerlukan biaya 10 juta hanya untuk belajar mengecat mobil saja. Jika bermitra akan lebih ringan. Demikian disampaikan analis kebijakan Drs.Much.Nurdin, M. Pd.


Studi kampus, dan studi wisata (foto koleksi pribadi)
Studi kampus, dan studi wisata (foto koleksi pribadi)
Kini saatnya semua provinsi di NKRI mengikuti terobosan  baru seperti di Jabedetabek khususnya wacana kerjasama wisata Industri dengan program SMA vokasi di Bekasi. Saling apresiasi seperti kita belajar ke pulau Bali, & Lombok (DN).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun