Buku yang akan segera terbit mengambil judul "Proses Tidak Akan Mengelabui Hasil"  banyak mengangkat kisah unik yang selama ini ditutupi dunia pendidikan. Seperti dipersulitnya kenaikam golongan dari IVc ke IVd walau PAK (Penilaian Angka Kridit) sudah terbit. Dapat diduga sulitnya naik  pangkat dan golongan dari IVc ke IVd akibat kecemburuan terhadap tingginya pangkat di  setiap guru yang mengajar di sekolah. Saat ada guru yang pindah ke pemda, maka kedudukannya berada paling atas. Ada juga yang menduga karena keuangan negara tambah sulit, yang terpaksa menaikan harga BBM bersubsidi.
Ironisnya, penghargaan terhadap guru, dengan mempermudah dalam mengurusi kenaikan pangkat itu baru terasa hingga golongan IVc saja. Setelah itu tersendat. Lucunya PAK pada turun walau perjuangan untuk itu sangat rumit sekali dan melelahkan. Apakah setelah PAK keluar tinggal menunggu SK  ?  Jawabnya di golongan sebelumnya demikian keadaannya.  Tapi setelah golongan  IV C ke atas perjalanan menuju  perolehan SK masih panjang berliku. Walau demikian  khusus  untuk  jabatan guru  golongan IVd itu akan otomatis diterima saat purnabakti. Tentu saja bagi yang sudah IVc. Dan hal itulah yang masih patut disyukuri.
Boleh saja berjuang hingga IVe tapi aturan baru harus  dilalui. Yaitu menempuh berbagai ujian dari mulai presentasi semua karya ilmiah yang ada di PAK hingga ujian tulis yang soalnya kadang tidak  sesuai dengan bidang garapan. Biaya  cetak ulang karya tulis yang ada di PAK itu tidak murah, tapi harus dilakukan. Semua kisah ini di tuliskan  secara lengkap dalam buku  yang sampulnya tertera dalam bentuk foto di bawah ini.  Dan banyak tulisan lainnya dalam buku ini.
Hal lain yang biasanya ditutupi  dunia pendidikan, menyangkut  beban moral,  bahwa status guru itu harus layak di gugu dan layak ditiru walau dalam kondisi terancam. Sehingga kisah tragis yang mengancam  jiwa dan raga kerap disembunyikan. Guru yang ada di daerah konflik lebih berat lagi karena konon sering jadi tumbal, itu hal biasa. Tapi guru di pusat kota juga tidak terlepas dari ancaman demikian, terutama untuk guru dengan tugas tambahan,  seperti kisah di bawah ini.
Saat penulis membuka lemari, tampak berderet aneka pakaian tergantung di dalamnya. Begitu mengambil salah satu baju dinas saya tersenyum sebab baju bagus & kebanggaan itu kini "tanpa kancing bagian atasnya dan robek bagian ketiak serta lehernya." Kok tersenyum ada apa? Sesungguhnya adalah senyuman yang memilukan. Karena ancaman  adu pisik hingga pengaduan ke penegak hukum yang diada-adakan.  Jika bukan status sebagai guru bisa menuntut balik yang membahayakan sang pelaku. Tapi biasanya orang di dunia pendidikan itu memilih mengalah.Â
Pernah  kisah kesalah pahaman serupa Doni Ferdy Sambo hampir terjadi pada diri penulis. Walaupun alur ceriteranya sangat berbeda dengan kisah  Kuat Makruf & Putri Candrawathi. Mungkin tulisan ini juga akan jadi buku bacaan seperti  buku berjudul "Sosok Inspiratif Lahir dari Tantangan Dunia Pendidikan"  Buku berISBN yang diterbitkan CV.Kamila Press. Seperti juga  judul buku  yang dituliskan pada alinea pertama di atas. Kisah memilukan yang akan diangkat  kali ini seperti tertulis sebagai berikut.
Sudah ada tiga kali kejadian  kesalah pahaman yang hampir serupa dengan kisah Ferdy Sambo, menyangkut kesalah pahaman yang mencekam. Yang paling mengerikan itu didatangi individu dengan penuh emosional sambil berteriak-teriak "saya sudah lama tidak membunuh orang."  Saat itu muka pelaku begitu  penuh amarah dengan langkah tegap datang di kantor sambil berteriak. Tapi ujungnya sangat lucu seperti kisah Habib Jindan yang berseteru dengan pesulap merah bernama Marchel Radival.
Kisah kesalah pahaman serupa seperti ini, pernah terjadi di beberapa tempat. Tapi semua kisah di sekolah, sesulit apapun  tidak sampai  setragis kasus Ferdy Sambo. Karena dunia pendidikan itu punya  budi  pekerti luhur berupaÂ
keikhlasan penuh tawakal,  sehingga bisa memutar  ancaman jadi peluang. Dunia pendidikan harus tampil sebagai pencari solusi yang sering memagari peristiwa yang tidak di harapkan. Seperti video di  atas  ini dibuat dan di share terbuka untuk umum, untuk menghindari tuduhan tanpa dasar. Sosialisasi pencalonan pengurus komitepun  (balon) dipublikasikan seperti ini.Â
Namun upaya ini tidak menutup peluang individu mendapatkan kelemahan dan diperbesar, memicu kontro versi  hingga masuk  di berita media abal-abal. Dan berita yang berjudul "Pemilihan Ketua Komite SMA2 Cikarang Barat Tidak Transparan" sudah di share dan beredar luas tanpa pembaca.  Karena tulisan itu online maka penulis menerbitkan balasan lewat tulisan ini lengkap dengan bukti video. Penulis berita  menyangkut pemilihan balon komite di share pelaku dengan kalimat  ancaman  di WA "akan mengadukan hal ini ke atasan." Dengan adanya fakta video dan podcast saat  sosialisasi penentuan BALON (Bakal Calon) tampaknya semua sudah terbantahkan. Kini penulis di media yang share di atas, ada gejala  bersahabat dengan menawarkan "jamu tradisional." Namun tulisan di media terlanjur sudah disebar. Maka tulisan ini sebagai tandingannya /klarifikasi. Walau kami kini sudah bersahabat melalui "jamu tradisional" yang akan kami pesan.Â