Mohon tunggu...
Dr. Dedi Nurhadiat
Dr. Dedi Nurhadiat Mohon Tunggu... Dosen - Penulis buku pelajaran KTK dan Seni Budaya di PT.Grasindo, dan BPK Penabur

Manajemen Pendidikan UNJ tahun 2013. Pendidikan Seni Rupa IKIP Bandung lulus tahun 1986. Menjabat sebagai direktur media SATUGURU sejak tahun 2021 hingga sekarang. Aktif di Asosiasi Kepala Sekolah Indonesia (AKSI) sejak tahun 2020. Menjabat sebagai kepala sekolah di beberapa SMA sejak Tahun 2009 hingga sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Balon MPLS (Upaya Menerapkan Progran Ramah Lingkungan)

18 Juli 2022   13:05 Diperbarui: 18 Juli 2022   17:17 2150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto koleksi pribadi

Mengapa  Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) harus menerbangkan balon  gas ke udara bebas ? di Acara MPLS sebaiknya memperkenalkan budaya ramah lingkungan kepada siswa. Bukankah limbah balon itu berbahaya  ? Maka sebaiknya pranata sosial disfungsional ini segera di atasi.

.

Di balik  itu, ada harapan besar dari segelintir masyarakat untuk  bisa menghidupi keluarganya dari hasil menjual balon gas di acara MPLS. Mereka  sejak  pagi buta, telah menunggu siswa baru di gerbang masuk sekolah dengan balon gas warna-warni di tangannya. Biasanya balon  gas itu laku pesat karena ada instruksi dari pengurus OSIS dalam upaya memeriahkan acara MPLS dengan menerbangkan balon ke udara saat acara inti  upacara bendera.

 Tapi mengapa di SMA Gubuk Apung sempat melarang menerbangkan balon ke udara  ?  Negosiasipun akhirnya terjadi dan cukup alot. Terutama menyangkut solusi ramah lingkungan.  Memang upacara pelepasan balon semacam  ini sudah menjadi tradisi tahunan di berbagai sekolah. Pelepasan balon gas ke udara, itu terlihat sangat memanjakan mata  dan memeriahkan suasana. Namun tak banyak yang menyadari bahwa hal ini dapat berbahaya bagi keselamatan lingkungan yang lebih luas. Dari berbagai sumber bacaan, terdapat banyak hewan seperti penyu, lumba-lumba, paus, ikan dan burung telah dilaporkan terdapat balon di dalam perut hewan tersebut. Hal inilah yang melatar belakangi SMA Gubuk Apung sempat melarang acara pesta balon. Yang akhirnya acara itu di modivikasi. Dan solusinya cukup diterima semua pihak.

Penanganan  pertama dan  utama  balon gas itu diterbangkan dengan  tali kendali berupa pengikat benang yang sangat panjang.  Agar balon tidak jadi musibah. Menurut ringkasan penelitian di situs Phys.org, data menunjukkan bahwa jika burung laut menelan sepotong plastik  memiliki peluang kematian sekitar 20 persen, lalu meningkat menjadi 50 persen. Itu menyangkut plasik, kini ditambah dengan limbah balon yang sulit terurai di tanah. Balon yang kita lepas ke udara dan berakhir di laut akan mencemari lingkungan perairan dan termakan oleh binatang penghuni perairan tersebut. Untuk itulah balon yang diterbangkan harus dikendalikan pelakunya.

Maka data  yang mengkhawatirkan  bisa diantisipasi seperti  saat pembersihan Pesisir Internasional tahunan The Ocean Conservancy  yang melaporkan bahwa dari tahun 2008 hingga 2016 hampir 300.000 balon ditemukan di sepanjang pantai AS. Jumlahnya lebih dari 31.000 balon per tahun. Mungkin di Indonesia akan lebih besar lagi. Hal ini bisa terjadi lantaran MPLS di tahun ajaran baru sering identik dengan pesta balon. Dengan cara melalui tali kendali seperti  pesta MPLS di SMAN Gubuk Apung bisa jadi solusi terbaik. Maka pesta balon menjadi berkah dan tidak berbahaya. Tidak mengurangi meriahnya pesta, walau balon gas di acara puncak itu di terbangkan dengan tali kendali berupa benang panjang. Karena semua guru sangat paham tentang dampak pencemaran akibat balon.

Berbahayanya itu karena kurangnya pengetahuan masyarakat dan tidak mengerti bahwa tidak ada balon yang "ramah lingkungan", bahwa setiap balon yang dilepaskan menjadi sampah dan bisa berbahaya. Sementara di sisi lain saat tahun ajaran baru ini, merupakan mata pencaharian segelintir masyarakat yang menggantungkan diri ke pnjualan balon. Dilema ini akhirnya melahirkan solusi unik di SMAN Gubuk Apung seperti pada dokumentasi video youtube dalam tulisan ini. 

Dampak positifnya dari pesta bolon dengan inovasi baru ini  dapat diterima kedua belah pihak yang berseteru. Penerbangan balon di SMAN Gubuk Apung adalah sarana pembelajaran untuk melahirkan budaya ramah lingkungan. Diantaranya melalui solusi unik  sbb:

1. Sarana memaparkan berita  tentang dampak negatif dari pelepasan  balon gas ke udara. Berikut solusinya.

2. Solusi mengikat balon gas dengan benang yg sangat panjang di sudut bangunan, agar balon tidak pergi jauh dan dapat dikendalikan.

3. Tidak melepaskan balon ke udara tanpa tali pengendali. Jika tidak sanggup mengendalikannya, lebih baik dihentikan/ditiadakan.

4. Bersikap mengambil balon atau sampah pita bekas upacara yang di temukan untuk segera di buang dengan benar

5.Jika karena suatu alasan anda menggunakan balon, segeralah setelah selesai acara. Agar memastikan untuk meletuskannya dan membuang dengan benar ke  tempat sampah.

Inilah yang harus disampaikan sebelum acara  MPLS. Kegiatan ini merupakan bagian dari pengenalan lingkungan alam di acara tahun ajaran baru (DN).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun