Mohon tunggu...
Dr. Dedi Nurhadiat
Dr. Dedi Nurhadiat Mohon Tunggu... Dosen - Penulis buku pelajaran KTK dan Seni Budaya di PT.Grasindo, dan BPK Penabur

Manajemen Pendidikan UNJ tahun 2013. Pendidikan Seni Rupa IKIP Bandung lulus tahun 1986. Menjabat sebagai direktur media SATUGURU sejak tahun 2021 hingga sekarang. Aktif di Asosiasi Kepala Sekolah Indonesia (AKSI) sejak tahun 2020. Menjabat sebagai kepala sekolah di beberapa SMA sejak Tahun 2009 hingga sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Mengerikan Putin Sudah Mulai Tinggal di Bunker, Mengingatkan Kita pada Kisah Saddam Hussein

5 Juni 2022   21:34 Diperbarui: 8 Juni 2022   02:52 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernyataan Dr. Dino Patti Djalal dalam dialog dengan Helmi Yahya membuat merinding bulu kuduk. Ketika mengungkap bahwa "Putin" saat ini sudah berada di "bunker" bawah tanah. Disisi lain pernyataannya terkesan berat sebelah dan banyak bersebrangan dengan berita yang bersliweran di medsos.  

Beliau mengatakan seribu thank Rusia sudah hancur di Ukraina dan ada yang ditinggal karena kehabisan bahan bakar, bahkan pasokan makanan untuk militer juga terhambat. 

Dinyatakan pula tentara elite Rusia  dalam beberapa kasus dapat dikalahkan oleh tentara cadangan dari Ukraina.Beliau hampir tidak pernah bicara keberhasilan Rusia dalam perang ini. Membuat ruang komentar youtube dalam video tersebut dipadati pernyataan yang sebaliknya. Padahal jika kita amati di berbagai sumber lainnya, kepanikan Eropa bisa dilihat dari melunaknya beberapa negara terdap Rusia.

Ada pula pernyataan  yang sedikit membuat tenang penonton  konten tersebut. Dinyatakan bahwa Rusia itu hanya minta Nato agar tidak mengambil Belarus, Georgia, dan Ukraina. Maka keadaan akan reda. Hal ini menurut penulis merupakan sinyal yang menggambarkan syarat untuk bisa berhentinya perang.


Jika hal itu (keanggotaan Ukraina) tidak dilakukan Nato. Realitanya  ada dua negara  aman dalam naungan Rusia. Dan Ukraina juga dalam posisi ditolak beberapa anggota Nato, tampaknya jalan damai sudah terbuka. Yang menyudutkan Putin dalam dialog itu, terungkap Pinlandia dan Swedia mulai mendaftarkan diri jadi anggota Nato, ada apa ? Diduga untuk berjaga-jaga agar tidak seperti Ukraina yang hanya dipasok senjata saja.

Karena jika bukan anggota, Nato tidak bisa terjun ke lapangan. Dengan adanya penolakan beberapa negara untuk Ukraina bergabung di dalam Nato seharusnya menurunkan tensi suasana perang. Karena sesuai kehendak Putin tentang 3 Negara di atas. Sang Dubes menilai Indonesia harus berani bersikap kritis terhadap Rusia terkait invasi negara itu ke Ukraina. " bebas aktif itu harus tetap bisa jujur dan kritis jika ia melakukan sesuatu yang berbahaya bagi dunia internasional."  

Walau alasan Putin sangat masuk di akal jika dikaitkan dengan  sikap Nato yang menerapkan standar ganda terhadap perilaku Zionis di Palestina. Sikap Nato yang tidak bisa berlaku adil itu,  memang sangat telanjang. Putin tampaknya bisa menggugah sebagian besar umat Islam. Mengingatkan akan hadis nabi tentang bersatunya kaum Rum dengan Umat Islam.

Rasulullah  pernah bersabda, "Kamu akan berdamai dengan kaum Rum dalam keadaan aman, kemudian kamu dan mereka akan memerangi suatu musuh... Pada waktu itu orang-orang Rum berkhianat, dan mereka berkumpul untuk memerangi kamu di bawah 80 bendera, dimana tiap-tiap bendera terdapat 12 ribu tentara." (HR Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah). Sementara saat ini, dalam perang Ukraina ini, banyak negara Arab yang jadi pendukung kebijakan Amerika dan Nato.

Dino mengapresiasi upaya yang telah ditunjukkan pemerintah Indonesia, termasuk mengundang secara lisan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk menghadiri pertemuan G20 di Bali pada 15-16 November 2022.  

Namun hal ini dianggap belum cukup. Akan lebih baik jika Presiden saat pulang dari Amerika Serikat (untuk KTT ASEAN-AS di Washington DC pada 12-13 Mei 2022), memanfaatkan kesempatan untuk mampir di Kiev agar berdialog langsung dengan Presiden Zelensky.

Setelah itu lanjut ke Moskow untuk ketemu Presiden Putin. Melihat posisi Indonesia saat ini, pasti akan diterima mereka.  Dengan dialog itu, diharapkan ada celah untuk mengurangi gap antara Ukraina dan Rusia," katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun