Mohon tunggu...
Dr. Dedi Nurhadiat
Dr. Dedi Nurhadiat Mohon Tunggu... Dosen - Penulis buku pelajaran KTK dan Seni Budaya di PT.Grasindo, dan BPK Penabur

Manajemen Pendidikan UNJ tahun 2013. Pendidikan Seni Rupa IKIP Bandung lulus tahun 1986. Menjabat sebagai direktur media SATUGURU sejak tahun 2021 hingga sekarang. Aktif di Asosiasi Kepala Sekolah Indonesia (AKSI) sejak tahun 2020. Menjabat sebagai kepala sekolah di beberapa SMA sejak Tahun 2009 hingga sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Landak Jumbo"Obat Ghaib. Pengganti Ikan Bekal Musa, Bertemu Nabi Khidir (Menyibak Kisah SekitarTelaga Murni)

18 Mei 2022   09:46 Diperbarui: 21 Mei 2022   07:21 760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Landak Jumbo makan wortel (foto koleksi pribadi)

Membangun jaringan pendidikan internasional dengan berkunjung ke dunia maya mengenali Jepang, Turky, Saudi hingga Hongkong. Dan lokasi di dunia maya itu akhirnya penulis datangi langsung membentuk ikatan lintas negara. Bukti hasil jejak itu, kini ada di youtube, dan terpatri dunia media cetak. Mungin harapannya kelak akan di kenang oleh generasi yang akan datang. Dalam sebuah kajian.

Tampaknya dunia pendidikan futuristik, sedang di jalankan oleh penulis saat itu. Yang dinilai sebagian orang "tidak lazim" namun terbukti dan banyak pengekor di hari  kemudian. Tapi mengabaikan apa yang terjadi di pelupuk mata. Penulis saat itu terus berselancar di dunia maya dan lansung terjun masuk ke dunia yang berbeda. Seolah berhasil masuk lewat lubang hitam (Black hole).  Kadang terkesan seperti sebuah kesombongan ? Saat itu, merasa berhasil bisa merealisasikan setiap angan-angan. Merasa  telah berhasil melanglang buana.

Kini sedang ditegur Sang Khaliq untuk membina "Gubuk Apung menjelang pensiun" Dianggap menebus dosa sebuah kesombongan masa lalu.  Merasa berhasil dalam mengolola setiap wacana yang dianggap mustakhil.  Padahal pekerjaan itu, hanya bagian dari dunia yang sangat kecil. Masih banyak dunia lain yang belum terjamah. Dan dunia terabaikan itu adanya seolah di ketiak sendiri. Intinya  ada obyek yang seharusnya di jamah tapi  tidak tergarap. Apa itu?

Lewat binatang "Landak yang musnah tergusur pembangunan pisik itu, kini ada yang terselamatkan sekitar 10 ekor di lokasi ini. Terselamatkan warga sesepuh yang peduli lingkungan.  Hewan langka  itu kini memerlukan makan sayuran Rp 1 juta/bulan. Mungkin hal ini, cukup menjadi beban berat bagi masyarakat miskin. Tapi tidak demikian bagi pemilik "landak". Baginya  menelihara landak adalah hiburan yang  diduga membuat usianya tambah panjang.

Dibalik itu, secara spontan penulis buka google. "Landak" ternyata memiliki  khasiat  dari kulit, duri, dan kotorannya. Khasiat dari binatang "landak" ini, tidak terjamah masyarakat kita sebagai aset kekayaan alam bagi bangsa. Realitanya Orang sakit saat ini, tetap tergantung ke RS, dan Apotik dari bahan-bahan impor. Indonesia semakin ketergantungan ke mata uang dolar. Pengobatan medis dengan harga yang lumayan mahal. Hingga begitu pentingnya kehadiran BPJS. Padahal kearifan lokal itu harganya sangat murah, jika terbina.

Dari kisah ini, penulis menerawang tentang masa lalu, yang lokasinya kini berhasil di tata. Namun bagaimana dengan mental para penghuninya? Menyangkut gerombolan wanita sexy yang dahulu selalu berpakaian seronok berseliweran di Malvinas itu. Apakah bisa diduga mereka kini sudah  pada sepuh, dan  renta menuju khusnul khatimah? Dalam hati berdoa  semoga mereka sempat bertaubat. 

Untuk meyakinkan berhasilnya dunia pendidikan harus ada kajian terhadap mereka. Tapi ada dimana ? Apakah mereka sekarang tubuhnya sudah terbungkus pakaian agamis dengan selalu berderai air mata dan selalu bersimpuh  bersujud? Apakah sebaliknya justru mereka punya kompleks gubuk-gubuk remang di tempat lain ? Inilah yang dianggap paling berbahaya bagi bangsa. Yang jelas kompleks Malvinas dan pasar Induk di Tambun itu, kini sudah berubah menjadi megah. Namun di tepiannya tersisa sawah yang dikurung perumahan elite, lengkap dengan "Landak" gemuk pemakan sayuran sisa dari pasar Induk Cibitung (dari pada di buang)

Bangunan sekolah bertebaran di sekitar wilayah ini. Mereka semua sibuk dengan virtual, sibuk dengan dunia maya, bahkan laksana masuk blackholl, hingga lupa di kaki mereka yang berspatu itu ada akar ilalang tertimbun keramik lantai bangunan sekolah. Dan lubang binatang  landak,  biawak, kadal, hingga mutiara air tawar  terkubur di bawah ruko, bekas rawa yang di urug. Bahkan ada yang terperangkap besi beton bangunan rumah mewah yang memadati lokasi.

Si bapak haji sesepuh kampung Telaga Murni, berujar ke penulis "siapapun yang jadi Presiden RI, selalu mengundang saya ke Istana di setiap tanggal 17 Agustus. Termasuk jaman pemerintahan Jokowi" Sambil melihat deretan foto para jendral di dinding rumahnya. "Tapi saat ini, saya tidak mau datang lagi di Istana  karena terlalu banyak orang China di sana" Jawab pak Haji pemilik ternak landak itu.

Penulis menilai, ini adalah jalan dari Allah. Hingga penulis harus banyak belajar dan bertemu dengan orang yang pemikirannya tidak terjangkau akal biasa (seolah menyerupai kisah Nabi Khidir).  Terungkap angka satu juta/bulan hanya untuk pakan "landak ". Dibalik itu ada Istri muda belia yang cantik bersanding dengan Pk Haji yang menjelang 100 tahun. Mungkin untuk mengelola sawah, ladang, ruko, dan ternak yang bertebaran di sekitar istananya.

Tapi menurut pengakuan pak haji pemilik "landak".  Kini tidak semua makanan bisa di konsumsi, hanya ikan mujaer, gurame, dan ayam kampung yang jadi makanan Favoritenya(DN).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun