Banyak yang alergi jika mengutip ayat pada kitab suci dalam menyampaikan sebuah pesan. Tapi dalam kisah binatang "landak" berikut ini, tampaknya identik dengan kisah ikan bekal Nabi Musa yang jadi petunjuk untuk perjumpaannya dengan Nabi Khidir.
Dalam Surat Al-Kahfi, Â menyebutkan bahwa Nabi Khidir merupakan kawan sekaligus guru bagi Nabi Musa. Nabi Khidir memberi syarat agar Nabi Musa bersabar, dan Nabi Musa pada akhirnya patuh terhadap perintah tersebut. Namun hanya dalam batas waktu singkat. Karena Nabi Musa menyerah. Dan kesombongannya mulai luluh dan begitulah cara Sang Khaliq menyadarkan hamba-Nya.
Padahal Nabi Khidir sempat  bertanya, "Bagaimana kamu bisa bersabar atas sesuatu yang kamu belum memiliki pengetahuan cukup terhadap hal tersebut?" pertanyaan  Nabi Khidir  ini, sesungguhnya menggambarkan pentingnya sebuah ilmu pengetahuan untuk sebuah amaliah dalam kehidupan. Agar Nabi Musa sadar atas kesombongannya, dan segera bertaubat.
Kisah di atas dipicu kisah perjalanan 17 Mei 2022 dalam sebuah  perjalanan penulis mencari Ridha Allah.  Penulis minta kawan untuk jadi sopir.Â
Di tengah perjalanan, Â penulis meminta agar sopir menghentikan kendaraan diÂ
kandang "landak" yang barusan terlewati. "Lupakan saja dulu perjalanan untuk bertemu lurah Telaga Murni, kita amati hewan langka ini." Kata penulis ke sahabat yang bersedia menjadi sopir dan guide, menuju tempat yang akan di tuju.Kisah ini seperti kisah Nabi dan sahabat yang menyertainya dalam upaya menemui Nabi  Khidir. Saat Nabi Musa mempertanyakan bekal, ke pengawalnya bernama Yusa' bin Nun. baru terungkap bahwa ia lupa menyampaikan tentang kejadian luar biasa yang dilihatnya. Apakah itu? Sebuah keajaiban yang tidak diungkapkan dan menguji kesabaran Musa.Bahwa ikan untuk bekal yang dibawanya itu hidup dan loncat ke laut. Seperti dikisahkan "Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu...dst" Dalam kisah ini, ikan mati jadi petunjuk untuk Musa.
dikisahkan dalam Qur'an "Ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali" (Alquran surat Al Kahf ayat 63). Nabi Musa tidak marah walau tempat yang dituju sudah terlewati sekian jauhnya. Nabi Musa memberitahu Yusa' bahwa tempat dimana ikan itu hilang sejatinya adalah tempat tujuannya.
Maka Nabi dan Yusa'bin Nun kembali ketempat dimana ikan itu hilang.  Tentu dengan senang hati atas sebuah kepastian atas petunjuk Allah. Dikisahkan Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula  (Alquran surat Al Kahf ayat 64). Ini adalah sebuah gambaran tentang keikhlasan itu mutlak diperlukan saat mencari ilmu pengetahuan. Ini adalah anjuran untuk semua orang yang sedang mencari ilmu.
Maka setelah berada di Majmaal Bahrain (pertemuan dua lautan), Nabi Musa dan Yusa'bin Nun bertemu dengan orang yang di beri petunjuk oleh  Allah. Dalam Qur'an tidak disebutkan beliau bernama Khaidir. Hanya di jelaskan "Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.  (Alquran surat Al Kahf ayat 65).Â
Dari kisah ini, antara ilmu yang dituliskan, di sandingkan dengan peristiwa ilmu yang ada di bumi. Alam semesta ini, memberikan peristiwa yang harus di kaji lewat pikiran dan hati yang jernih.
Kisah Nabi Musa di atas diidentikan  penulis dengan penemuan kandang "landak di pinggir jalan"  setelah seharian bekerja di kantor SMA Gubuk Apung, mengurusi berbagai program acara "Podcast" dengan tema "Zona Abu-abu" (belum tayang di podcast/Proses editing).  Podcast itu, belum tuntas hingga upload, karena harus mengurusi pernikahan mantan bawahan, di tempat yang agak jauh dari lokasi.  Maka akhirnya acara itu dihentikan di tengah perjalanan, untuk berangkat menempuh perjalanan berjam-jam menuju lokasi undangan.Â