Mohon tunggu...
Dr. Dedi Nurhadiat
Dr. Dedi Nurhadiat Mohon Tunggu... Dosen - Penulis buku pelajaran KTK dan Seni Budaya di PT.Grasindo, dan BPK Penabur

Manajemen Pendidikan UNJ tahun 2013. Pendidikan Seni Rupa IKIP Bandung lulus tahun 1986. Menjabat sebagai direktur media SATUGURU sejak tahun 2021 hingga sekarang. Aktif di Asosiasi Kepala Sekolah Indonesia (AKSI) sejak tahun 2020. Menjabat sebagai kepala sekolah di beberapa SMA sejak Tahun 2009 hingga sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Mudik Lebaran: Malaikat Kecil Bernama Fazilla Menyibak Kisah Pengatur Parkir Korban Penipuan

28 April 2022   21:33 Diperbarui: 1 Mei 2022   10:58 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perilaku lucu Fajizila selama perjalanan. Pake mukena sendiri, lari-lari, makan dan minum tiada henti sambil ngoceh tak punya arti.

Tanpa  suasana yang ditata sebelumnya dan tanpa adanya malaikat kecil bernama Fazilla dalam rombongan, mungkin  "mudik lebaran" kali ini tidak mengalami  perjalanan se indah ini.  Karena suasana hati yang damai inilah dalam kesulitan diperjalanan, kami sempat mewawancara pengatur parkir yang sukses menyekolahkan anak hingga S2. Abang yang baru belajar markir ini adalah korban penipuan di Jakarta.  

Perjalanan Bekasi Yogyakarta sudah separo terlewati, dengan  salah satu topik  bahasan selama perjalanan, menyangkut sosok penomenal yang meninggal di bulan ramadhan. Kini alur cerita  berubah setelah buka puasa di rumah makan yang tempat parkirnya sangat padat. Sosok abang pengatur parkir jadi fokus perhatian kami.

 Kini perjalanan hanya  menyisakan jarak Solo ke Yogyakarta yang relatif dekat. Dalam sisa perjalanan ini, sosok abang pengatur parkir jadi topik menarik.  Tidak seperti cerita di jalan antara Bekasi-Solo yang sudah terlewati. Coba saja tonton videonya. Awal dialog kisah tukang parkir korban penipuan itu seperti tulisan di bawah ini.

 Di depan Rumah makan  
"Soto Seger" tepatnya  di Karta Suro,  Solo. Ada seorang pengatur parkir yang ramah dan lucu. Mengapa ? Dia menyuruh sopir untuk memajukan kendaraan, tapi dia mengambil posisi berdiri tepat  berada di depan mobil yang dia parkir. Begitu juga saat mobil mundur dia berteriak "Stoooop...!" Sambil setengah loncat. Membuat bingung pengendara mobil yang dia parkir. Namun karena kendaraan yang digunakan


menggunakan sensor khusus, dan  mobil juga dikendalikan sopir profesional, akhirnya kami tidak begitu mengindahkan teriakan si abang pengatur parkir itu. Karena sang  sopir merasa  ada yang janggal dengan cara kinerja orang ini. Pengatur parkir dinilai kurang memahami tata cara mengatur parkir sesuai  umumnya.

Perilaku lucu Fajizila selama perjalanan. Pake mukena sendiri, lari-lari, makan dan minum tiada henti sambil ngoceh tak punya arti.
Perilaku lucu Fajizila selama perjalanan. Pake mukena sendiri, lari-lari, makan dan minum tiada henti sambil ngoceh tak punya arti.

Yang layak dihargai  dari sosoknya adalah dari segi tanggung jawab dan keramah-tamahannya. Nilai kekurangannya sirna, tatkala sudah dialog dengan dirinya. Subhanallah, ternyata puasa kami sedang di uji Allah lewat perilaku lucu si abang ini. Karena kisah menjengkelkan itu, telah diubah menjadi kisah lucu dan bahan tertawaan menyenangkan. Kejengkelan jadi sirna, yang ada kini, jadi rasa kagum dan bangga terhadap si abang. (Maafkan hambamu, ya Allah). Padahal saat berpuasa tidak boleh bergunjing. Tapi saya merasakan  gunjingan ini, untuk kebaikan, tentang nilai positif dari perilaku si abang yang sedang belajar dan penuh keikhlasan.

Saking  tanggung jawab si abang tukang parkir ini, kekhawatirannya sangat besar, dia rela setengah loncat sambil teriak, saat menyetop mobil. Padahal jaraknya masih aman untuk sopir meluruskan posisi mobilnya. Kita semua memahami, bahwa abang pengatur parkir ini masih belajar. Namun gigihnya luar biasa.

Akhirnya penulis berupaya mewawancara secara kekeluargaan. Walau waktu yang kami miliki sangat terbatas. "Subhanallah..." dia itu korban penipuan. Mengaku  sudah 7 tahun berjualan buah di Jakarta, kini bangkrut karena tertipu pelanggannya. Modal jualan buah, hangus tidak kembali. Akhirnya  kini pulang kampung dan bekerja sambilan jadi pengatur parkir di depan Rumah Makan. Saya pikir  lumayan, ada bahan untuk membuat konten youtube, dan bahan cerita buat di tulis di kompasiana malam ini.

Memang suasana pulang kampung menuju Yogyakarta di lebaran tahun 2022 ini, berbeda dengan tahun sebelumnya. Sebab tol dari Jakarta hingga Yogya hampir tembus dilewati jalan  tol semuanya. Sayang pemerintah Yogya menolak adanya jalan demikian. Konon raja Hamengkubuono berujar bahwa yang dibutuhkan masyarakat Yogya itu " jalan gratis untuk rakyat" Begitu isyu yang merebak di masyarakat yang penulis temukan. Tampaknya suatu gagasan yang mulia bagi masyarakat lokal.

Karena menuju Yogyakarta, dari Solo belum ada tol dibangun. Apalagi jalan tol yang melintasi kampung tempat tinggal keluarga kami.  Sejak keluar dari gerbang "Solomadu" kami terpaksa mengikuti google maps. Walau harus diputar-putar sesuai perintah di amplikasi.  Memang  gambar yang ada di denah buatan pengelola aplikasi google kadang tidak akurat.

Kembali ke cerita di pintu keluar Plumbon. Rombongan kami sempat gundah di pintu keluar Plumbon, karena kendaraan dipaksa harus berubah arah keluar tol menuju jalan pantura. Begitu yang disarankan polisi yang ada di pintu gerbang Plumbon. Karena jalan tol macet total, semua kendaraan tidak bergerak. Kami agak kecewa karena harus merubah google maps, dan durasi perjalanan diramalkan lebih lama 2 jam dibanding lewat tol. Tapi tidak ada pilihan lain, harus mengikuti aturan yang ada.

Kecewa dan pikiran sangat penat itu sangat wajar, karena kondisi pisik sudah mulai lelah.
Untungnya ada malaikat tak bersayap yang selalu menghibur sepanjang perjalanan. Walau harus putar arah penuh kecewa. Perjalanan  terasa nikmat, ketika melihat cerianya malaikat kecil yang lucu dan selalu ceria selama perjalanan. Rombongan jadi fokus ke perilaku lucu anak balita yang ngoceh tanpaakna. Karena suara yang keluar dari mulut mungil itu, memang tidak punya arti. Namun gerak tangan dan jarinya bisa kita pahami.

Keikhlasan  penuh nuansa religi, sangat terasa selama separo perjalanan ini, diduga karena  pengaruh acara sebelumnya yang  telah melawat ke orang yang penomenal.  Menabur do'a terlebih dahulu  sebelum berangkat itu, begitu penting. Apalagi kami merasa kagum kepada almarhum, yang begitu rendah hati. Ada hasrat  ingin mencontoh perilaku beliau setelah kami  mengunjunginya. Begitu penomenalnya  dua  sosok  yang pulang ke akhirat itu, hingga mesjid begitu meluap.  Terkebih lagi pulang ke akhirat tepat dimalam "Lailatul Qudar." Walau tanda-tanda lailatul qodar hanya dirasakan individu.

Kesalehan dua tokoh penting dalam dunia pendidikan  lokal di Bekasi, membuat  religius selama perjalanan rombongan kami. 

Saat bertemu dengan abang parkir yang sedikit menjengkelkan, tampaknya layak  jadi bahan konten unik untuk youtube. Sehingga pembaca layak mendapat hikmah dari perilaku pengatur parkir itu. Dia terbukti berhasil dan mampu menyekolahkan anaknya hingga S2.

Karena nuansa religi yang ada  kami semua mengutamakan waktu salat tepat waktu selama perjalanan. Sehabis salat dhuhur di rest area luar tol. Tepatnya di mesjid sekitar pom bensin Plumbon. Sempat   memandikan malaikat tak bersayap. Dan tiduran sejenak di mesjid Plumbon itu, sempat pula foto-foto.

Setelah suasana tenang, dampak sujud di mesjid, pikiran mulai jernih kembali. Akhirnya nerubah pikiran untuk masuk tol kembali, dengan alasan spekulasi, barangkali sudah ada perubahan. Alhamdulillah jalan tol sudah kembali lenggang. Kendaraanpun kembali di pacu diatas 100 km/jam. Walau tak lama kemudian, jalanan lembali tersendat. Begitulah seterusnya.

Bisa diambil khikmah, ketenangan dan keikhlasan, telah mempermudah dan memperlancar suasana perjalanan. Suasana hati demikian karena 3 peristiwa:
1). Melayat 2 tokoh tauladan yang meninggal begitu sempurna.
2). Salat tepat waktu, membuat hati tenang dan pikiran jernih.
3). Malaikat kecil yang selalu ceria sepanjang jalan. Sesungguhnya hal ini, hanya dirasakan oleh kami dan rombongan 


Kisah rinci, perjalanan mudik ini, ada di domain my.id berikut ini. Dilengkapi video dan foto yang lebih realistis.  Malaikat Tak Bersayap Menuju Mudik Yogyakarta https://Waglocantik.my.id/1336/malaikat-tak-bersayap-menuju-mudik-yogyakarta  (DN)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun