Semua ini bisa jadi bahan kajian  dari hal menyangkut nilai kefanatikan penduduk, dari reaksi spontan yang normal, perbandingan pro dan kontra, hingga batas waktu durasi reaksi bisa bertahan. Hal ini bisa jadi bahan riset untuk kokohnya NKRI.
Jika suatu peristiwa heboh itu di tutup dengan berita lain. Melalui kisah bentukan yang sengaja dibuat, tentu harus setara daya hebohnya. Bisa dikaji, durasi  reaksinya dan tensi. Bagaimana kontroversi suara panggilan salat bisa diredam? Sehingga rakyat menjadi tenang. Seperti damainya provinsi DKI saat ini.Â
Walau kontroversi bisa ditutup dengan isu baru. Namun berapa banyak isu baru bisa dibutuhkan untuk menghilangkan jejak kontroversi itu, hingga kisruhnya bisa tenggelam, dst. Minta maaf adalah jalan termudah dan murah. Solusi lanjutannya  koordinasi dengan budayawan dan dinas pariwisata, seperti dalam uraian di atas.
Biarkan kontroversi pernyataan mentri agama itu menggelinding ke ranah kajian dan hukum. Â Untuk bidang kajian positifnya, dapat digelembungkan. bisa dikaji dari suara adzan 5 kali waktu salat disandingkan dengan rotasi putaran bola dunia.Â
Adzan dhuhur jam 12.00 itu, bersamaan dengan  jejak bayangan tubuh. Setiap bayangan tubuh terinjak kaki diterik matahari maka di daerah itu suara adzan dhuhur serempak berbunyi. Dan hal ini terus berulang selama bumi berputar mengitari matahari. Apakah suara anjing juga seperti itu?
Suara anjing dan suara bis telolet tidak akan seirama dengan putaran bumi.  Suara adzan itu  tiada henti, selalu seirama dengan putaran bumi. Kajian ini sudah lama muncul sejak penemuan bola dunia berputar. Dan bergemanya suara adzan mengitari bola dunia, bisa diangkat ulang sesuai kontroversi yang berkembang saat ini(DN)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H