Mohon tunggu...
Dr. Dedi Nurhadiat
Dr. Dedi Nurhadiat Mohon Tunggu... Dosen - Penulis buku pelajaran KTK dan Seni Budaya di PT.Grasindo, dan BPK Penabur

Manajemen Pendidikan UNJ tahun 2013. Pendidikan Seni Rupa IKIP Bandung lulus tahun 1986. Menjabat sebagai direktur media SATUGURU sejak tahun 2021 hingga sekarang. Aktif di Asosiasi Kepala Sekolah Indonesia (AKSI) sejak tahun 2020. Menjabat sebagai kepala sekolah di beberapa SMA sejak Tahun 2009 hingga sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Manajemen Makanan Sisa

17 Februari 2022   05:39 Diperbarui: 17 Februari 2022   06:44 949
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melihat kucing liar yang ada di area sepanjang jalan dan di area wisata Turki begitu menyenangkan. Rata-rata kucing yang saya temui begitu gemuk dan bulunya terawat bersih. 

Tak lama kemudian muncullah kendaraan dinas melintas penuh gambar binatang. Gambar di kendaraan itu dari mulai, kucing anjing, dan burung. Setelah saya tanya ke Ozqu Unal pemandu wisata, terjawablah pertanyaan semua itu.

Ternyata ada dinas khusus, yang menangani aneka binatang liar di perkotaan itu. Disetiap pohon besar selalu ada piring kecil yang bersih di kerubuti binatang lucu. Binatang itu tampak setia menunggu piring itu. Kami dan keluarga berfoto-foto dengan kucing itu di taman yang rumputnya luas. 

Pada awalnya, karena keindahan aneka jenis kucing yang sedang bermain di taman, spontan penulis bertanya "Ini kucing siapa? " Pertanyaan  itu, ditujukan ke pemandu wisata. Jawabnya sangat mengejutkan sekali "itu semua kucing liar." Sungguh luar biasa dan mulianya pemerintahan Turki saat ini, begitu yang terlintas dalam pikiran saat itu. 

Disamping ada tempat salat yang tempat duduknya hangat karena ada instalasi penghangat di bawahnya. Ternyata binatang di perkotaan itu, semua serba dikendalikan masyarakatnya. Banyak burung liar hinggap di ranting pohon tak ada rasa takut pada pengunjung taman.  Hewan liarpun ternyata merasa aman hidup di Turki. Karena semua binatang tampaknya dipelihara dengan telaten. Ada petugas khusus, menangani hal ini.

Dari mana makanan binatang itu mereka dapatkan? Jawaban pemandu wisata "disini ada pabrik pengelola limbah sisa."
Ternyata semua makanan sisa rumah tangga dan restaurant dikumpulkan dan di olah menjadi makanan ternak berkualitas. Dari sisa makanan itulah binatang liar itu di pelihara.  Setiap pengunjung wisata ke Turki pasti senang melihat Kucing atau Anjing yang ada di sekitar tempat liar atau taman. Binatang itu selalu setia berada di lokasi itu. Termasuk aneka burung besar bertengger di ranting pohon. Kalau burung merpati mendekat pasti bukan hal aneh bagi kita. Tapi jika burung besar pemakan ikan dan buah berkeliaran di taman, baru terasa luar biasa.

Ternyata banyak peluang bisnis saat ini di Indonesia, setelah mengamati aneka binatang liar di Turki. Peluang inilah yang belum terjamah manusia bijak di negeri NKRI tercinta ini. Dan tampaknya harus segera dilakukan, jangan hanya sekedar menunggu lahirnya pemimpin yang peduli lingkungan seperti ini.  Siapa tahu pemimpin baru sebagai presiden itu, adalah anda.  Tak menutup kemungkinan anda menjadi pembicaraan publik menjadi cslon pemimpin karena hal ini.

Diantaranya menyangkut limbah rumah tangga dan septic tank di setiap rumah. Padahal bibit ikan lele atau binatang lucu banyak di dapat di sekitar kita. Coba saja jika kita rinci sisa makanan yang terbuang dari sisa makanan dan isi tabung septic tank, di setiap rumah. Apakah sudah ada pengelolanya? Padahal, setiap hari hal ini terus berproduksi. Ini sesungguhnya lapangan kerja yang belum banyak dijamah orang banyak. Jika kita buka cabang dari pulau Sabang hingga pulau Meroke. Berapa banyak peluang bisnis ini bisa terbuka.

 Saya hari ini, akan mulai mencoba menggerakan abang-abang yang sering bergerombol di jalan Waru. Selama ini, mereka hanya sebagian kecil yang diberi tugas menyirami bibit kurma di halaman rumah dan sepanjang gang itu. Ada pula yang diberi tugas mengelola produk kopi "Waglo".  Kini tampaknya ada yang lebih penting. Yaitu mengelola limbah makanan rumah tangga (DN)

Informasi Pelengkap: http://alamedukasi.my.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun