Seharusnya webinar sekaliber Ir.Budi Raharjo dari Dosen ITB dan Dr.Faiz dari UIN  jangan dibatasi hanya 100 orang untuk jumlah peserta di zoom.  Walau tersedia pula  ruang terbuka berupa streaming di channel youtube. Karena mereka yang hadir itu, lebih suka dialog langsung bukan hanya ingin mendengar narasi satu arah. Bahkan ada yang mengusulkan minimal ruang zoom itu  5000 orang peserta. Karena banyaknya peserta kecewa saat terlempar setelah masuk beberapa saat. Dan sulit untuk bisa masuk ke zoom kembali. Akhirnya terpaksa masuk di channel youtube sebagai channel cadangan.
Ir. Budi Rahardjo, MSc, Ph.D. Praktisi IT dan Technopreneur yang saat ini sebagai Dosen ITB Kota Bandung. Memang sangat memukau peserta. Padahal panitia sesungguhnya diawal acara lebih mendorong kepada Dr. Fahruddin Faiz S.Ag,M.Ag., sebagai pusat perhatian utama.
Hal ini, sesuai permintaan audien sejak rencana awal acara Nguping#2.  Karena beliau sebagai pakar Filsafat Islam dari Dosen UIN Yogyakarta. Diduga layak dijadikan sebagai maskot dalam pertemuan ini. Di acara Nguping#3 realita tampaknya justru terbalik, peserta  lebih banyak bertanya ke Ir.Budi. Layak diduga peserta sudah banyak yang mempelajari paparan filsafat dari Dr. Faiz lewat presentasi yang terselenggara pada minggu lalu. Dan keberhasilan informasi dari panitia, tentang  paparan materi beliau itu, banyak di channel youtube pribadinya.
Â
Diluar dugaan presentasi  Ir.Budhi Raharjo, yang memaparkan sekilas tentang 10  perusahaan milik pribadinya membuat kita terbengong-bengong.  Disamping paparan pengalaman hidup keluarga Pak Budi selama di luar negeri sangat memukau penonton. Apalagi keluarganya hampir tidak mau pulang ke Indonesia. "Cerita harimau meninggalkan belang" membuat penasaran penonton. Apa alasan beliau akhirnya pulang ke Indonesia dan mengajar di ITB tanpa digaji ?
Presentasi sekilas dari Ir.Budi yang banyak bicara tentang dunia maya dan dunia luar negeri itu laksana bumbu penyedap yang bukan hanya pelengkap. Tapi menyiram lahan kering  hingga basah dan kuyup. Desertai pula dengan rasa penasaran yang mendalam dari sekian banyak pendengarnya. Apalagi saat beliau berbicara tentang bergugurannya perusahaan  secara satu persatu, begitu santainya. Tampak di bawakannya tanpa beban. Bahkan tampak penuh senyum membahagiakan. Padahal, perusahaan yang beliau paparkan sangat tidak asing di telinga peserta. Bahkan sekilas mustakhil bisa jatuh. Mengapa?
Kegagalan itu, seolah bukan musibah bagi diri pak Ir. Budi Raharjo. Sosoknya yang nyentrik, telah menyita perhatian publik. Apalagi dengan tayangan foto dan teks dalam presentasinya sangat Luar Negeri banget. Padahal presentasinya berlogat Sunda Priyangan, dengan gaya keramah tamahannya. Begitulah, sekilas saat acara NGUPING#3.
Acara ini, merupakan lanjutan dari pembahasan Fifsafat Ki Hajar Dewantara VS Peradaban Digital, minggu lalu. Kali ini Ir.Budi Raharjo lebih menyoroti pengalaman hidupnya di Canada dan beberapa negara lainnya. Disamping kerendahan hatinya saat menyoroti 10 perusahaan milik pribadinya di dunia maya.Â
Berbeda dengan Dr.Faiz dari UIN Yogyakarta, yang bicara tentang filsafat pendidikan masa lalu tentang konsep Kyai Ahmad Dahlan yang konteknya kekinian. Dr.Faiz mengidentifikasi konsep CTL (Contekstual Teaching Learning). Dr. Faiz dengan logat Jawa sangat cocok sekali bicara filsafat Kyai Ahmad Dahlan itu. Seolah Kyai langsung yang berbicara dengan gaya bicaranya.
Tentang pengalaman Ir. Budi menyekolahkan  anak di Canada yang kontras dengan di Indonesia. Membawa penulis kembali masuk ke dalam channel youtube milik Ir.Budi Raharjo. Banyak komentar tentang kerinduan peserta pada presentasinya, tertulis di kolom youtube. Hingga ada yang meminta materi perkuliahannya untuk di share. Tentu materi yang diminta menyangkut link tentang hal itu.
Dalam paparan materi di channel youtube miliknya. Ir.Budi mengatakan
"Memberi tugas kepada siswa menggunakan media internet itu jangan terlalu ketakutan". Karena internet itu "sebagai kuda liar yang perlu di jinakan" begitu penggalan kalimat yang dia sampaikan. Di daerah Sunda disebutnya "kuda lieur yang harus dikendalikan agar bisa dikendarai" begitu ungkap Ir. Budi diantara selingan minum kopinya.Â
Menjelaskan juga, minum kopi itu, gak usah pake gula, sebab nantinya "jadi kolek," begitu  beliau dalam candanya di cannel youtube milik pribadinya yang sangat renyah dicerna. Bagi yang mengikuti acara nguping #3 dan tidak penasaran membuka channel milik Pak. Ir. Budi Raharjo, tampaknya belum sempurna. Penulis menganggap peserta webinar belum  menangkap makna inti dari materi webinar itu.
Walau presentasi Ir. Budi sering dibumbui humor segar, Â tak lupa juga bicara tentang produk kopi yang dia minum. Kopi asli dari Gunung Halu itu jangan dicampur gula, nanti jadi "kolek". Begitu seloroh beliau. Tapi kemudian diluruskan "Nanti berdampak jadi diabet" jelasnya lebih serius.
 Diakhir kalimatnya beliau mengajak pendengar " Mari kita bikin konten...!" mempertegas ajakan sejak awal presentasi. Bahkan aplikasi tik-tok bisa kita banjiri dengan konten positif diluar joget dan joget. Tentang kritikan sulitnya masuk zoom karena dibatasi jumlahnya sudah di jawab oleh Insinyur Isnawan. Pemilik domain my.id (DN).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H