Harusnya media di dalam negeri ramai mendukung isi pidato Presiden Jokowi, bukan mengangkat topik kontroversinya. Begitu lemahkah politik perdagangan kita? Saya yakin dibalik pidato pak Jokowi ada gerakan sunyi yang sudah tersusun rapi.
Walau sepatutnya, para pengambil kebijakan jangan gembar-gembor, tanpa diimbangi strategi yang mengusungnya. Cukup sedikit mengumbar kata, tapi deraskan saja peluru strategi. Jangan mengulang peristiwa saat januari 1962, ketika terjadi ketegangan perebutan Irian Barat antara Indonesia dan Belanda. Kita masih ingat, bahwa gerakan senyap itu bocor karena Pidato Presiden Soekarno saat itu.
Kita belajar dari karamnya
KRI Macan Tutul saat hancur berantakan dihajar peluru musuh. Walau heroiknya  Yos Sudarso berteriak lantang "Kobarkan terus semangat pertempuran!" KRI Macan Tutul akhirnya karam di tengah perairan Aru.
Dampak dari pidato Presiden Soekarno itu, Â paling dirasakan oleh Angkatan udara. Mereka dinilai tidak mampu melindungi misi ini. Padahal namanya misi rahasia, tentu tidak diketahui semua pihak. Dan generasi muda, jangan sampai melupakan sejarah pahit masa lalu itu. Ambil kesimpulan bahwa mengatur gerakan senyap itu harus kompak. Jangan ada yang membocorkannya.
Tenggelamnya kapal di pulau Aru, yang diduga gara-gara pidato Presiden Soekarno yang terkesan telah membocorkan misi rahasiah. Padahal lewat pidato yang disiarkan itu, untuk membakar semangat. Tapi pihak lawan, justru telah membacanya dengan strategi antisipasi. Jangan-jangan pidato pak Jokowi juga meluluh lantakan strategi pasar yang sedang dirancang. Atau sebaliknya ini adalah bentuk kemarahan Presiden. Karena realitanya produk luar negeri selalu terpampang di barisan paling depan di setiap mall. Sedang produk UMKM Â sulit dicari. Karena tidak mendapat tempat.
Sesungguhnya bisa jadi pidato Presiden Jokowi itu menjadi terobosan baru, bagian dari gerakan senyap. Atau amarah karena gerakan  mentri perdagangan yang tidak tampak. Wajar saja jika pidato itu, dianggap berbahaya. Bahaya Jika tidak dilatar belakangi strategi gerakan sunyi. Karena komunikasi international relation bisa terganggu. Padahal  bisa saja sengaja diganggu untuk memuluskan gerakan rahasia yang perlu amunisi berupa pidato presiden semacam itu.
Sesungguhnya Indonesia  tidak perlu terlalu khawatir, karena para diplomat luar negeri juga kemungkinan sudah bisa membaca, bahwa produk di Indonesia ketergantungan ke luar negeri.  Realitanya  sepatu yang dibuat di Indonesia, bahannya ada dari Thailand atau Vietnam. Begitu juga rakitan otomotif itu,  bahannya 70 persen impor. Seperti kata Mardani saat diwawancara di program Rosi, Kompas TV, Kamis (4/3/2021).
Saat ini, Presiden Jokowi seharusnya  segera mengeluarkan hitam di atas putih, untuk mendorong keluar aturan agar produk UMKM mendapat prioritas. Sesuai dengan isi pidatonya untuk menjajagan produk UMKM di halaman paling muka setiap mall di Indonesia.
Katakan saja bentuknya Inspres berupa kewajiban setiap mall menjajagan UMKM di barisan paling depan. Dengan diplomasi yang cantik, yaitu "agar pengunjung mall masuk lebih dalam ke pelosok pasar". Tampaknya bahasa semikian lebih bersahabat. Tampaknya pengusaha mall senang, jika predisi pasar akan dipenuhi pengunjung hingga ke pelosok paling belakang. Karena ada gerakan pendukungnya pula. Pengunjung diharapkan akan tertarik dengan produk UMKM yang dipajang paling depan, Â saat masuk ke sudut pasar swalayan di bagian belakang.
Gerakan senyap akan lebih bermakna. Dari hasil berguru pada peristiwa mobil nasional. Saat itu, satukali pidato Presiden Jokowi tentang gagasan Mobnas, membuat banjir produk mobil berlogo mirip gambar garuda. Hampir setiap merek mobil mengeluarkan produk dengan logo mirip Garuda Pancasila.
Sebaiknya pidato Presiden Jokowi kemarin itu, kita dukung dengan strategi senyap. Menyikapi dampak pidato yang berbunyi
"Ajakan-ajakan untuk cinta produk-produk kita sendiri, produk-produk Indonesia, harus terus digaungkan, produk-produk dalam negeri. Gaungkan juga benci produk-produk dari luar negeri," kurang lebih begitu bunyi kalimat Presiden saat membuka Rapat Kerja Nasional. Yang diselenggarakan Kementerian Perdagangan tahun 2021 di Istana Negara, Jakarta, Kamis (4/3/2021).
Sebaiknya bangsa Indonesia, janganlah menghabiskan energi karena terlalu dirundung kekhawatiran.  Sambut saja dengan energi positif. Sebab  ada aksi pasti ada reaksi. Untuk para penulis, mari kita banjiri media dengan berita yang optimis. Siapkan strategi senyap secara kompak (DN).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H