Sebut saja "Engkong" Â sesepuh yang mengaku sering bertemu dengan wujud makhluk astral di rumpun bambu samping rumahnya. Sesepuh kampung bergigi ompong ini, sangat ramah, lucu, dan hidup sederhana. Mengaku kalau makan buah atau nasi, gak pernah di kunyah, langsung di telan saja. "Habis sudah gak punya gigi" jawabnya, sambil tertawa ngekek.
Engkong ini, orang kaya, karena memiliki lahan yang sangat luas, serta punya ternak peliharaan puluhan, berupa kambing dan domba di sekitar lahan miliknya. Walaupun  begitu, dia tinggalnya di gubuk sangat sederhana  di belakang SMA1 Setu Kab. Bekasi. Rumpun bambu itu, merupakan ciri utama lokasi lahan miliknya yang menyatu dengan pemakaman keluarga.
Engkong kalau tidur selalu di atas dipan terbuat dari bambu, cukup beralas tikar saja, terlentang tanpa baju. Namun Engkong selalu sehat, dan masih bekerja keras, bahkan masih mampu naik pohon untuk mencari daun untuk pakan ternak.
Rumah gubuk bambu itu milik Engkong, tampak sangat gelap gulita karena rimbun oleh pepohonan. Dia mengaku sering bertemu Makhluk hitam  berbadan tinggi besar di sekitar lokasi itu.Â
Makhluk astral, saat menampakan diri  ke Engkong, mengaku bernama " Tuan Bosman." Bukan hanya makhluk itu saja yang ada di lokasi ini, sering juga dijumpai sosok Kuntilanak, yang sering tertawa cekikikan dikala suasana sedang sepi. Kuntilanak itu kalau tertawa lokasinya selalu di atas pohon atau di atas rumpun. Begitu menurut pengalaman yang sempat dia alami.
 "Itu orang yang mati karena melahirkan" jelas si Engkong, sangat serius sekali menjelaskan, tentang Kuntilanak yang dia jumpai. Karena usianya yang sudah senja, penulis tertarik untuk menimba ilmu darinya. Tapi kok versi Kuntilanaknya  aneh sekali? Dia menganggap itu adalah ruh manusia.
Lahirlah dialog tentang makhluk gaib menurut versi dirinya. Tampak sangat lucu saat si Enggkong memperagakan suara tertawa Kuntilanak di atas genting rumahnya. Gusi tak bergigi itu tampak jelas diantara bibir yang melebar saat mengeluarkan suara "kik kik  ki ki ki ki kik...!" Begitu suara yang keluar, bersamaan air liur menyiprat dari celah bibirnya.
Saat disangkal penulis bahwa Kuntilanak itu adalah Jin. Bukan arwah manusia. Engkong tetap teguh pada pendiriannya bahwa itu arwah gentayangan.  Sangat sulit meyakinkan orang  yang sudah sepuh seperti Engkong. Bahkan dia berceritera tentang kehidupan ruh saat  jasad sudah mati.Â
Ketika ditanya tentang perilaku ruh saat terpisah dari badan. Dia memaparkan sangat imajinatif. Katanya ada yang gentayangan di atas pepohonan, Â ada yang bercocok tanam, berdagang, dan perilaku lainnya. Semuanya tergantung yang ruh itu pikirkan. Cobalah kita tonton video wawancara berikut ini.
Dunia khayal Engkong berkelana menurut yang dia tahu dari cerita leluhurnya. Diduga  hanya berdasarkan cerita orangtua masa lalu dibumbui imajinasinya yang mengembara. Cukup menghibur jika kita sikapi dengan cara santai. Tapi kadang iba saat melihat usianya yang sudah senja. Namun dia cukup menikmati hidupnya dan yakin tentang masa akhiratnya.
Khikmah dibalik cerita kuntilanak versi si Engkong. Manusia harus banyak belajar sejak kecil dari berbagai informasi yang berdasar. Jangan hanya dari satu sumber saja. Buku legenda, kitab suci berbagai agama, bahkan cerita fiksi bisa jadi bahan rujukan.
Dengan banyaknya sumber rujukan saat bercerita. Dialog jadi berbobot dan akan memiliki banyak makna di dalamnya. Agar tak ada lagi cerita manusia jadi Kuntilanak. Namun dibalik cerita si Engkong cukup menghibur dan membuka tabir realita. Bahwa usia senja bisa tetap berbahagia dengan cara hidup yang bersahaja. Di samping  membuka tantangan bagi dunia pendidikan (DN).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H