Selama ini, sangat ironis, guru dipacu untuk mencerdaskan anak didiknya, dengan iming-iming sertifikasi guru. Padahal  untuk mendapatkan hal itu, tidak mudah. Belum juga semua guru mendapat tunjangan, tapi dari lembaga lain sudah menaikan  kesejahteraan. Dasarnya perhitungan gaji guru ditambah tunjangan sertifikasi. Alasan usulannya agar berimbang dengan gaji guru ditambah sertifikasi.
Untuk itu, para guru jangan bangga ketika ada usulan kesejahteraan demikian. Sebab tidak jarang hal itu untuk kepentingan lain. Diantaranya sebagai patokan kesejahteraan dunia diluar guru. Mereka berjuang untuk guru, padahal patut diduga hanya jembatan untuk kesejahteraan para pejuang semu. Walau banyak juga yang berjuangnya begitu ikhlas untuk kesejahteraan guru. Realita di lapangan, bagi guru untuk mendapatkan kesejahteraan itu, sangat melelahkan.
Untuk itu, perjuangan kali ini jangan fokus ke masalah pinansial, tapi ada kesejahteraan lain yang terlupakan. Termasuk penyediaan Day Care untuk para guru yang memiliki anak balita. Jika kelak ditiru organisasi lain, tentu tidak akan ada kecemburuan. Justru untuk masa depan anak bangsa pada umumnya.
Begitu juga masalah sekolah kedinasan yang banyak didominasi oleh organisasi diluar guru. Guru sekolah TK, SD, SMP, SMA, SMK Â seolah-olah hanya diperankan sebagai pendidik dan pengajar saja. Anak kandung para guru, tidak memiliki akses khusus ke perguruan tinggi yang mengelola kedinasan. Ini adalah masalah kesejahteraan lain yang perlu diperjuangkan (DN).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H