Mohon tunggu...
Dr. Dedi Nurhadiat
Dr. Dedi Nurhadiat Mohon Tunggu... Dosen - Penulis buku pelajaran KTK dan Seni Budaya di PT.Grasindo, dan BPK Penabur

Manajemen Pendidikan UNJ tahun 2013. Pendidikan Seni Rupa IKIP Bandung lulus tahun 1986. Menjabat sebagai direktur media SATUGURU sejak tahun 2021 hingga sekarang. Aktif di Asosiasi Kepala Sekolah Indonesia (AKSI) sejak tahun 2020. Menjabat sebagai kepala sekolah di beberapa SMA sejak Tahun 2009 hingga sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Gabus Pucung & Bilingual di Festival Mustikarasa 2021

21 Desember 2021   08:50 Diperbarui: 27 Desember 2021   05:03 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika festival  Mustikarasa membidik rekor MURI, melalui upload video terbanyak.  Jenis kegiatannya berupa memasak menu tradisional, lansung dari daerah-daerah terpencil. Kegiatan itu membanjiri channel youtube secara serentak

Pertanyaannya. Jika program WI dengan billingualnya,  ingin tercatat dalam museum rekor Indonesia dari segi apanya? Tari Blantek Bekasi tercatat sebagai tari kolosal terbanyak. Wacana Mustikarasa juga terbanyak upload. Mungkin jika WI itu perjuangan para guru yang tiada henti. Atau karena bilingualnya menyangkut video terbanyak ditonton masyarakat dunia. Karena bahasa yang digunakan bisa dipahami seluruh dunia.


Di Era medsos dan podcast 2021 ini, semua bisa viral secara tak terduga. Jadi tidak ada hal yang mustakhil. Begitu juga Program WI, yang selalu berganti baju. Festival Mustikarasa Bilingual bisa jadi program lanjutan. Karena bahasa yang digunakan lintas bahasa. Bisa viral karena bisa saja bahasa Inggris, Jerman, Prancis tampil dengan logat Sunda, logat Jawa atau logat Baduy. Viral karena keunikan budaya. 


Program WI pernah berubah jadi program bilingual lewat SK Bupati Bekasi nomor 420. Kemudian diadopsi pemerintah pusat menjadi SNBI hingga  pemerintah pernah mengukuhkannya dengan nama RSBI. Sayang akhirnya bubar lewat pengadilan. Namun semangat para guru tak pernah lekang. Mungkin nanti akan muncul kembali lewat MURI? Seperti gagasan di atas.


Membangun Indonesia tak harus menunggu jadi Presiden. Mulai saja dengan gagasan dan karya nyata. Dengan Mustikarasa dibangkitkan kembali dalam sebuah festival upload di youtube. Maka kelak, program WI dapat menyempurnakannya. 

Program WI adalah ide terpanjang dan terlama yang selalu berganti nama dan baju. Jika Festival Mustikarasa secara bilingual terselenggara dikemudian hari. Berarti perjuangan para guru Indonesia di kancah dunia, tiada henti. Karena bahasa apapun di dunia ini, ada guru Indonesia yang menguasainya. Mari kita pasilitasi untuk tampil di panggung dunia maya.

Semoga festival Mustikarasa, yang saat ini sedang digelar, mendapatkan tempat yang semestinya. Menyatu dengan ruh perjuangan guru dan bangsa  Indonesia yang menguasai berbagai bahasa. Sebelum merambah ke program yang lebih besar itu, share saja tulisan ini. Semoga jadi wacana bersama, wacana Mustikarasa lintas bahasa dunia. Aamiin(DN).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun