Mohon tunggu...
Dr. Dedi Nurhadiat
Dr. Dedi Nurhadiat Mohon Tunggu... Dosen - Penulis buku pelajaran KTK dan Seni Budaya di PT.Grasindo, dan BPK Penabur

Manajemen Pendidikan UNJ tahun 2013. Pendidikan Seni Rupa IKIP Bandung lulus tahun 1986. Menjabat sebagai direktur media SATUGURU sejak tahun 2021 hingga sekarang. Aktif di Asosiasi Kepala Sekolah Indonesia (AKSI) sejak tahun 2020. Menjabat sebagai kepala sekolah di beberapa SMA sejak Tahun 2009 hingga sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Gadis Cantik di Sarang Pria Petualang

19 Desember 2021   10:06 Diperbarui: 19 Desember 2021   20:14 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagian dari mereka tampak mulai lelap tertidur. Waktu itu, jarum jam menunjukan angka  03.40 WIB. Tampak mereka seperti tak kuasa menahan kantuk, energi mereka sudah terkuras untuk senda gurau dan bernyanyi mengisi sepinya malam dengan iringan nada dari gitar bersenar ompong di tangannya.

Lelahnya mereka sangat  jelas dengan adanya individu  yang bergelayut di samping tiang bendera partai yang mereka ikat. Tampak tubuhnya bagai kapas kena air dan terkulai.  Ada yang  tertidur bertumpuk satu sama lain, ada pula  yang kakinya menjulur ke jalan raya hingga kendaraan yang melintas harus membanting setir menghindarinya.

Tak lama kemudian, akhirnya sicantik itu, datang juga dari arah kiri hotel, berjalan sendirian. Dari mana? Jadi teringat cerita si gadis sore tadi sempat mengatakan "kalau ingin buang air, agak susah. Harus mencari pom bensin atau pergi ke toilet umum, yang sangat jauh."Kok sendirian? Jumlah pria yang ada di gerombolan itu sangat jelas tidak berkurang saat si cantik itu menghilang. Berulang kali di hitung jumlahnya sama saja.

Saat penulis merasa cemas atas hilangnya si gadis cantik dari rombongannya. Sempat terobati tatkala ingat dialog sore tadi.
"Pernah ada peristiwa aneh selama berpetualang seperti ini?" Semua pada tertawa-tawa serempak mendengar pertanyaan itu. "Pernah Om, ada orang gila ikut gabung dengan rombongan kami" jawab si cantik.

 Tampaknya mereka  punya solusi untuk mengusir ODGJ agar tidak ikut merongrong rombongan. Satu sama lain saling melindungi dengan caranya masing-masing.

Karena rasa iba, penulis sempat mencoba menawarkan jasa, untuk kelak bisa membantu mereka.  Apakah punya nomor yang bisa di hubungi? Semula mereka berpura-pura tidak punya alat komunikasi. Berkat kelembutan, akhirnya si cantik memberikan nomor yang bisa di hubungi (nomor mereka, kami catat seperti yang muncul di video). 

Mereka berjanji jika ada peristiwa penting akan kirim video lewat WA.  Dan penulis akan berupaya menghargai karyanya. Dalam dialog itu ternilai bahwa sesungguhnya hati mereka sangat lembut saat disentuh. Sayang sekali kami dan rombongan saat itu hanya sebagai tamu di kota ini.
Hanya bisa berdo'a semoga mereka ada yang menyentuh hatinya dengan kelembutan. Hingga mereka menemukan arti hidup yang sesungguhnya. Walau penampilan mereka membuat merinding orang-orang penakut, karena sosoknya ada yang benar-benar menyeramkan.

Sesungguhnya  sangat menyeramkan itu, bukan hanya tato yang urakan, tapi didukung  sinar lapu jalanan dan lampu kendaraan. Sering wajah mereka terlihat gemerlapan warna warni, bahkan belang-belang, menyerupai macan tutul. Sesungguhnya diantara mereka ada yang tidak bertato, bahkan tampak masih perlente.


Dalam situasi tertentu, sosok mereka terlihat seperti  dalam pantulan lampu diskotik yang berputar-putar. Kadang  menari-nari dan kerap terdengar suara cekikikan, membunuh sepinya malam.

Sering telapak tangan mereka begitu  cekatan seperti dalam film  laga "Satria Baja Hitam". Serangan sinar laser dipantulkan kembali dengan tameng sakti berupa telapak tangan. Dan mereka keluar sebagai pemenangnya. Buktinya  mereka selalu cekikikan kembali  tatkala merayakan kemenangan itu. Dan tak lama sinar lampu mobil lain kembali mengarah ke wajah mereka.

Wajar jika setiap kali lampu terang menembak mukanya, mereka  tak lengah sedikitpun untuk membalasnya dengan cara melemparkan senyuman spontan, dibalik jurus telapak tangan menutupi muka. Lampu-lampu mobil itu memang membuat mereka semua meringis, karena silau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun