Mohon tunggu...
Andreas Pakel
Andreas Pakel Mohon Tunggu... lainnya -

suka musik,menulis,humoris, peace lover & cinta indonesia

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ketahanan Daya Beli = Stabilitas Sistem Keuangan

10 November 2014   03:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:13 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada 2 hal yang sangat mempengaruhi stabilitas sistem keuangan secara internal ; yang pertama "korupsi" dan "kenaikan harga BBM". Kedua hal tersebut berkaitan erat langsung dengan "daya beli", jadi dengan kata lain sistem keuangan jenis atau model apapun yang tidak bisa menciptakan dan menjaga ketahanan daya beli adalah omong kosong !

Untuk faktor eksternal yang sangat mempengaruhi stabilitas sistem keuangan adalah krisis ekonomi, seperti yang pernah terjadi pada tahun 1997 silam namun bersyukur Indonesia mampu melewat masa sulit itu dengan gemilang.

Kenapa saya anggap gemilang, ini berdasarkan pengamatan saya sebagai rakyat yang berdaya beli lemah masih mampu membeli berbagai macam barang kebutuhan pokok  dan sekunder yang naik harga sampai 200%, sebagai contoh: harga sebatang sabun mandi keluarga yang biasa saya pakai sebelum krismon (singkatan Krisis ekonomi ) hanya Rp 200 per batang kemudian naik menjadi Rp 500 per batang, ada juga harga gorengan dari Rp 50 per buah,naik bertahap jadi Rp 75 per buah, Rp 200 per 3 buah dan sterusnya hingga kini kisaran Rp 500 - 1000 per buah.

Dari apa yang saya uraikan di atas ini, saya hanya ingin mencoba menggambarkan secara sederhana faktor internal & eksternal  yang mempengaruhi sistem keuangan dan berdampak langsung terhadap ketahanan daya beli masyarakat.

Buat saya sebagai rakyat yang berdaya beli lemah bicara tentang stabilitas sistem keuangan itu berarti mutlak adalah suatu sistem yang harus bisa menjaga ketahanan daya beli masyarakat meskipun "diterjang", "diserang" dan "digerogoti" faktor - faktor yang saya sebutkan di atas. Bukan bicara suku bunga bank atau tukar nilai rupiah terhadap mata uang asing.

Dari beberapa artikel yang saya baca sebagai referensi,  saya setuju dengan definisi sistem keuangan yang secara prinsip bisa diartikan sebagai kumpulan pasar, institusi, peraturan dan teknik dimana surat berharga diperdagangkan, tingkat suku bunga ditentukan, jasa keuangan dihasilkan dan ditawarkan ke seluruh dunia. Sistem keuangan merupakan suatu jaringan dari berbagai unsur-unsur yang saling kait-mengkait yang terdiri dari Rumah Tangga, Lembaga Pemerintah, Lembaga Keuangan yang membentuk pasar keuangan. Sistem keuangan dalam suatu negara terdiri dari unitunit lembaga keuangan baik institusi perbankan, lembaga keuangan bukan bank serta pasar yang saling berinteraksi secara kompleks dengan tujuan memobilisasi dana untuk investasi dan menyediakan fasilitas sistem pembayaran untuk pembiayaan aktivitas komersial (http://bagiinfokuliah.blogspot.com/2012/05/stabilitas-sistem-keuangan.html)

Berdasarkan definisi ini saya melihat jelas tujuan sistem keuangan selain memobilisasi dana untuk investasi adalah menyediakan fasilitas sistem pembayaran untuk pembiayaan aktivitas komersial, point "menyediakan fasilitas sistem pembayaran untuk pembiayaan aktivitas komersial"  dalam pemahaman saya adalah ketahanan daya beli, maka dari itu saya setuju dengan definisi sistem keuangan versi ini sebagai referensi  saya yang bukan ekonom atau bankir, ya setidaknya saya tidak terlalu ngawur dan ngelantur dalam memberikan opini saya tentang Stabilitas Sistem Keuangan (SSK).

Adapun korelasi ketahanan daya beli dengan tujuan sistem keuangan point "memobilisasi dana untuk investasi" adalah dengan pertanyaan sederhana:  bagaimana seorang investor tertarik investasi jika lahan investasi yang ditawarkan tidak menunujukkan aktifitas komersial ( daya beli) yang tidak signifikan ( tidak punya daya beli)?

Berikut ini sekedar logika sederhana saya tentang cara inilah yang seharusnya pemerintah lakukan agar menciptakan ketahanan daya beli masyarakat guna menjaga stabilitas sistem keuangan. Sebagai ilustrasi saya ambil contoh kasus yang sedang hangat menjadi tema utama demo penolakan sekarang ini yaitu : "Wacana Kenaikan Harga BBM".Anggaplah dalil & dalih  pemerintah tentang subsidi BBM ini pemborosan, kontra produktif, tidak tepat sasaran dan bla bla lainnya ini 100% benar. Kenapa tidak dipikirkan cara lain untuk mengatasi ini?Dengan memperketat pengawasan " super duper ketat" penggunaan BBM bersubsidi dengan mengerahkan aparatnya ketimbang " buang- buang tenaga" meredam demo penolakan kenaikan BBM. Toh, harga minyak bumi juga turun! Kenapa harus naik ??? Pasti ada yang salah dengan sistem jual beli BBM untuk konsumsi dalam negeri, coba itu dibenahi ! Bukan malah menaikkan harga BBM. Intinya masih ada opsi lain demi menjaga ketahanan daya beli demi stabilitas sistem keuangan.

Sebenarnya kalau pemerintah mau lebih peka lagi ! Saya yakin pada dasarnya pemerintah pastilah sangat paham dan tahu betul yang menjadi momok menakutkan bagi masyarakat bukan naiknya harga BBM melainkan dampak kenaikan harga BBM yang berdampak SISTEMIK !!!  Kenapa "sistemik" ? lihat saja faktanya! harga BBM belum naik, harga sembako sudah cepat merangkak naik seperti tak terkendali. Sedangkan penghasilan atau pendapatan masyarakat yang berpenghasilan pas-pasan tidak bertambah atau tidak ikut naik otomatis mengikuti naiknya harga- harga kebutuhan akibat naiknya harga BBM. Kalau sudah begini daya beli pasti lemah, maka stabilitas sistem keuangan tinggalah sebuah konsep isapan jempol !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun