Satu-satunya hal yang bisa saya pikirkan saat ini untuk mencegah penggunaan AI Assistant secara tidak etis adalah mengembangkan teknologi yang bisa mendeteksi penggunaan AI Assistant itu sendiri. Dengan demikian, penggunaan entitas digital tersebut digunakan hanya untuk sebatas sarana pembelajaran daripada alternatif hasil pekerjaan.
Sekarang hampir semua orang yang menggunakan AI Assistant sudah terjerumus pada terangkapnya dan menggunakannya hampir dalam segala aktivitas. Hal ini sudah menimbulkan ketergantungan kepada orang-orang yang menggunakannya. Memang terlihat ajaib bahwa hanya dengan melibatkan entitas digital ini dalam kehidupan sehari-hari dapat menyelesaikan begitu banyak masalah.
Sama saja seperti narkoba---menawarkan puncak kenyamanan dan relaksasi hanya untuk sementara waktu. Rasanya seperti masalah yang sedang melanda di momen tersebut hilang secara ajaib. Tidak mengetahui dampak buruknya dalam jangka panjang. Mengorbankan masa depan demi kenyamanan sementara.
Kehadiran AI Assistant dalam kehidupan sehari-hari membawa kemudahan yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Dengan adanya AI, setiap orang bisa menyelesaikan tugas-tugas mereka secara cepat, mulai dari pekerjaan akademik hingga profesional.Â
Banyak orang merasakan manfaat dari ketepatan dan kecepatan AI dalam memberikan jawaban. Namun, seiring berjalannya waktu, muncul kekhawatiran akan ketergantungan yang tidak sehat. Orang-orang mulai melupakan pentingnya berpikir dan belajar secara mandiri karena terlalu menikmati kenyamanan yang diberikan oleh entitas digital ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI