Mohon tunggu...
Drei Pandu Ananto
Drei Pandu Ananto Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

mau tidur

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hanya Ditemukan di Kolese Kanisius

15 September 2024   16:18 Diperbarui: 15 September 2024   16:34 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth


Live In hampir serupa dengan Jambore tapi tidak fokus pada kemampuan fisik. Live In adalah kegiatan siswa yang tinggal di rumah warga selama lima hari sambil bekerja seperti warga yang rumahnya ditinggali siswanya. Pengalaman Live In saya berada di Desa Kapencar dan Reco. Pengalaman Live In saya---saya tinggal di rumah warga yang pekerjaannya adalah memiliki toko. Jika dibandingkan dengan pekerjaan teman-teman saya yang lain, tugas saya termasuk mudah dan warga yang menerima saya sangat baik hingga memberikan saya makan pagi, sore, dan malam. Live In merupakan pengalaman yang unik karena saya tidak pernah tinggal di rumah warga yang saya sendiri belum pernah bertemu. Senang rasanya bisa mengenal warga yang tinggal di tempat yang jauh dari tempat saya, apalagi desa yang mayoritas katolik pastinya merupakan pengalaman yang unik dan jauh berbeda dari Jakarta.


Selain kegiatan-kegiatan wajib, saya memutuskan bahwa saya ingin mengikuti organisasi OSIS di SMA Kolese Kanisius yang tidak wajib diikuti tentunya. Untuk menjadi anggota OSIS saya sebenarnya hanya perlu untuk mengikuti Advanced Leadership Training atau ALT. Jika saya lolos seleksinya, saya akan menjabat sebagai Legionnaire II (jabatan terendah dalam OSIS Kolese Kanisius) dan bagi peserta ALT yang lolos seleksi, mereka bisa mendaftar Kaderisasi dimana kegiatan tersebut akan diadakan bagi peserta yang ingin menjadi seorang Legionnaire I (jabatan tertinggi kedua OSIS) atau Presidium (jabatan tertinggi OSIS). Motif saya mengikuti kegiatan ini adalah pengalaman. Saya merasa bahwa pada waktu itu adalah satu-satunya kesempatan saya untuk mengikuti jenis kegiatan seperti ini (karena saya sudah kelas 11 pada saat keputusan). Saya tahu bahwa kegiatan ini bukan main-main dan akan berdampak pada nilai akademik saya secara keseluruhan, tapi saya percaya bahwa nilai bukan segalanya. Maka dari itu, pada kelas 11 semester satu saya mendaftar menjadi peserta Advanced Leadership Training.


Perjalanan saya menjadi peserta Advanced Leadership Training tidaklah mudah. Saya dibombardir tugas bahkan di masa-masa ulangan harian. Namun, saya percaya bahwa ini ditujukan untuk membangun kemampuan saya untuk mengelola waktu lebih baik dan menentukan prioritas. Pada waktu itu, saya memutuskan bahwa prioritas saya adalah menjalani kegiatan ALT dengan maksimal, maka saya memotong waktu belajar saya. Sudah tertebak nilai saya pada ulangan harian waktu itu (sangat buruk). Saat seminggu terakhir kegiatan ALT datang, di sanalah puncak kegiatannya. Saya melewati tantangan fisik, mental, dan emosional karena tekanannya besar untuk menjalani kegiatan tersebut. Kegiatan ALT kurang lebih sama dengan ILT. Menurut saya, perbedaan utama ILT dan ALT adalah ILT lebih fokus pada mengembangkan kemampuan fisik dan mental para pesertanya, sedangkan ALT lebih fokus pada mental, emosional, dan kepemimpinannya. Tapi, yang pasti adalah ALT dan ILT sama-sama sulit dalam mental. Kegiatan ALT pun selesai dan saya sangat lega sekaligus tegang. Pada waktu itu saya hanya mengutamakan pola pikir bahwa saya mengikuti ALT bukan untuk menjadi OSIS, tetapi ingin mengembangkan diri saya lebih lanjut lagi. Jadi, jika saya tidak lolos seleksi, itu sangat tidak apa-apa. Tetapi kabar pun datang dan saya lolos. Saya belajar banyak hal dari ALT. Pembelajaran yang paling dominan mulai dari membuat sebuah acara, bekerja sama dengan pihak eksternal, dan kemampuan berkomunikasi secara keseluruhan. Sekarang ada satu hal lagi yang menghantui saya. Kaderisasi.


Lagi-lagi saya berusaha untuk tidak memikirkan bahwa apakah saya akan berhasil atau tidak. Saya memaksa diri saya sendiri untuk berpikir bahwa saya mengikuti Kaderisasi pada waktu itu untuk mengembangkan diri saya dan untuk pengalaman. Pada akhirnya, dengan sukar, saya mendaftar. Semua yang mendaftar Kaderisasi pasti lolos menjadi Legionnaire I, tapi belum tentu dipilih untuk menjadi calon Presidium. Bagi saya Kaderisasi lebih mudah daripada ILT atau ALT karena sama sekali tidak ada fisiknya (kecuali berjalan 30+ km). Menurut saya, tujuan Kaderisasi adalah mengembangkan daya tahan para peserta untuk menghadapi stres, tekanan, dan penyiksaan. Tugas yang diberikan sangat banyak bahkan terlalu banyak. Tugas-tugas tersebut mengakibatkan pesertanya tidak tidur selama 3-4 hari. Saya kesal bahwa H-1 Kaderisasi saya terkena penyakit dan hal itu mengakibatkan saya tidak bisa menunjukkan potensi saya yang sebenarnya. Saya tahu bahwa saya akan lolos, tapi saya ingin membuktikan bahwa saya mengikuti Kaderisasi bukan untuk poin humaniora melainkan pengalaman dan perkembangan diri. Pada akhirnya, saya tidak berhasil mengerjakan semua tugas-tugas tersebut. Pada puncaknya, para peserta Kaderisasi diajak untuk mandi di curug yang sangat dingin. Semua tantangan yang saya lewati bukan lagi menjadi ancaman, tetapi menjadi sebuah memori yang indah dan pengalaman yang tidak bisa diganti lagi. Saya belajar banyak sekali hal yang tidak bisa disebutkan satu-satu selama mengikuti kegiatan ALT dan Kaderisasi. Namun, pelajaran yang paling menonjol dari pengalaman ini adalah jangan takut untuk mencoba hal baru meskipun hal yang ingin dicoba tersebut menyeramkan. Carilah pengalaman sebanyak mungkin karena anda tidak akan mendapat kesempatan yang sama di masa depan. Pengalaman menyeramkan itulah yang akan menjadi kenangan tidak tergantikan di masa mendatang.


Saya sedih bahwa masa saya sebagai siswa di Kolese Kanisius semakin sedikit. Perjalanan saya ke depannya sebagai siswa CC mulai dari sekarang hanyalah menjalankan kegiatan Kolese Kanisius yang tersisa dan hanya fokus pada belajar. Saya tidak akan lagi mendapatkan kesempatan melakukan hal-hal menakjubkan yang saya dapatkan saat saya kelas 10. Perkembangan saya dari kelas 10 sampai sekarang adalah yang terbaik selama kehidupan saya. Memori saya di Kanisius tidak akan pernah terlupakan sebagai tiga tahun terbaik saya. Ilmu yang saya dapatkan tidak sebanding dengan apa yang akan saya hasilkan di tahun-tahun berikutnya dengan ilmu dan pengalaman saya di Kolese Kanisius. Inilah pengalaman kegiatan-kegiatan dan perkembangan saya di SMA Kolese Kanisius.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun