Mohon tunggu...
Dreamworld Ryna
Dreamworld Ryna Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

ibu rumah tangga

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Speech Delay membuatku semakin rindu celotehmu, anakku..

25 November 2012   07:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:42 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungguh aku berserah padaMu dengan segala ketidakberdayaanku..

***

Aku bersyukur padaMu menjadi ratu yang merangkap babu di istanaku..

yang awal mulanya permintaan suami terhadapku..

dan kuturuti karena mengharap ridhoMu..

Kau lihatkan padaku..

Hikmah menjadi ratu yang merangkap babu..

Dapat melihat tumbuh kembang anakku..

Dapat melayani suamiku sepenuh hatiku..

Kini Kau beri tahu aku..

Bahwa anakku memang membutuhkan lebih dari kehadiranku..

Ya..julukan ratu merangkap babu itu..

Kusematkan padaku yang memilih posisi itu..

Posisi itu adalah menjadi ibu rumah tangga yang kadang membuat malu..

Bagi sebagian ibu..

Karena tanpa gaji dan prestasi seperti wanita karir itu..

Biarlah Tuhan saja yang menggajiku..

Itu sudah cukup bagiku...

Kini ijinkan aku anakku..

Manusia pilihan Tuhan untuk menjadi ibumu..

Membuatkan sebuah puisi tentangmu..

Agar ibu dapat berbagi kisah tentangmu..

Duhai anakku..

Ibu ciptakan puisi untuk kau yang lahir dari rahimku..

Usiamu telah genap dua tahun pada bulan lalu..

Tapi hanya beberapa kata yang keluar dari mulut mungilmu..

Tidak seperti anak sebayamu..

Yang sudah bercakap celoteh ini itu..

Sakit hati ibu saat beberapa orang mengolokmu..

Tapi ibu hanya diam tersenyum pilu..

Ibu mencoba perbaiki ikhtiar ibu..

Saat ibu bawa kau ke dokter anak di hari minggu..

Beliau merujukmu ke klinik tumbuh kembang duhai anakku..

Dalam setengah yakin akan kenormalan tumbuh kembangmu..

Ibu bawa kau ke klinik tumbuh kembang itu..

Ibu rela saat harus menghadapi empat dokter spesialis itu..

yang ingatkan ibu akan pendadaran skripsi dulu..

ah nak, ibu dicecar pertanyaan ini itu..

Belum lima menit salah satu dokter sudah mendiagnosa diagnosa itu..

Kau di diagnosa MSDD, yang merupakan singkatan dari multi sistem developmental syndrom itu..

Ah nak, ibu sempat tidak terima itu..

Lima menit sudah mendiagnosa itu..

Sungguh terlalu, batin ibu..

Tapi dokter itu jadi malu..

Saat tahu kau lulus semua ujianmu..

Ujian tentang tahapan perkembanganmu..

Jujur ibu terharu..

Tentang kebenaran naluri seorang ibu..

Akhirnya kau tetap mengikuti terapi wicara itu..

Untuk menghilangkan bahasa planetmu..

Dan meningkatkan kemampuan pemahaman kata serta artikulasimu..

Setiap hal ada hikmahnya, yakin ibu..

Benar saja itu..

Saat dimulainya kelas terapimu..

Tuhan menyibak nikmatNya pada ibu..

Lihat anak-anak itu sungguh masih beruntung ibu..

Anak-anak lain yang sebaya bahkan lebih tua darimu..

Banyak yang mengalami gangguan perkembangan itu..

Ada si kembar yang lebih tua darimu..

Telat bicara karena pengasuh kurang ajar itu..

Teganya ia mencekoki mereka dengan obat tidur..

Sehingga perkembangan bahasanya terganggu..

Bersyukurlah orang tua anak kembar itu..

Perkembangan motoriknya tidak ikut terganggu..

Ada beberapa anak dengan ke khususan syndrom down datang ke tempat itu..

Ikhtiar orang tua mereka terhadap para anaknya itu..

Sungguh membuat ibu terharu..

Di saat salah satu menghampiri ibu..

Pemilik senyum tulus itu seolah ingin menyapa ibu..

Tapi hanya isyarat itu yang diterima ibu..

Ibu tetap tahu..

Ibu ajak anak itu bermain tentang mobil melaju..

Dia tersenyum menatap ibu..

Duh Tuhan pemilik nyawaku..

Senyum itu seperti embun ditengah gersang iman ibu..

Pengingat atas nikmat Tuhan tentang rasa syukur itu..

Ibu ucapkan rasa syukur itu..

Memilikimu duhai anakku..

Dengan setiap keadaanmu..

Lihat ibu-ibu itu..

Tetap tersenyum bahagia memiliki anak-anak pemilik kebutuhan khusus itu..

Ah ibu jadi malu...

Pernah malu atas 'speech delay' mu..

Kini tidak lagi anakku..

Ibu selalu bersamamu..

Yakin ibu padamu..

Suatu saat nanti tiba masa itu..

Masa dimana kau banyak bertanya tentang ini itu..

Mungkin kau beri ibu waktu..

Agar persiapkan semua jawaban itu..

Anakku..

Ibu tetap rindu celotehmu..

Biarlah rindu itu sampaikan pada pemilik nyawamu..

Disetiap doa ibu..

Tuhanku..

kumohon dengar pintaku..

bila masa itu datang padaku..

dimana lisan anakku telah Kau lancarkan dengan kuasaMu..

kumohon sangat padaMu..

Jadikan lisannya yang bermanfaat pada ilmu..

Jadikan pikiran, hati dan lisannya penuh yakin mengimani keberadaanMu..

Jadikan ia anak yang memegang teguh iman islamMu..

Berilah kemurahanMu memberikan akhlak yang baik pada anakku..

akhlak baik yang selalu menghiasi tingkah laku..

dengan segala ketawadhu' annya padaMu..

Aamiin (satu kata yang tidak bisa kuberi akhiran u)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun