“Akan kubuat sepadan. Sabar dan tunggu ya? Aku .. hmm.. itu.. yeaa.. kamu tahu kan maksudku?” Tanyanya.
Berderai tawa kami. “Ya.. ya aku paham maksudmu. Kau sibuk dengan pementasanmu. Oke kutunggu dan kulihat aksimu dari sini, seperti permintaanmu,” Kataku menenangkannya.
“Ya.. yaa…” Setengah melompat dia berjalan menjauh. Kupandang punggungnya, mendadak berbalik arah setengah berlari kearahku lagi. Terheran aku, mendekat dia, bibirnya melintas dikeningku. Aah.. kudorong dia menjauh. Terbahak berlari menuju tempat tadi, diiringi riuh sorakan yang menyaksikan kami. Merah padam wajahku. Baru sekarang terasa rasa malu menjalari wajahku. Sudahlah. Ini belakang panggung kami.